Malam ini purnama bersinar dengan indahnya di langit. Cahayanya yang jernih nampak bening berpendar menerpa alam. Dedaunan pohon-pohon nampak diam membeku. Tak ada angin. Suasana jalan sepi seakan turut menikmati keindahan cahaya yang dipancarkan oleh sang dewi malam. Aku memandang ke langit, memandang ke bulatan yang bercahaya tersebut sambil berusaha untuk menyerap keindahannya ke dalam jiwaku. Dan betapa mustahilnya menuliskan di sini pengalaman yang kurasakan saat itu dengan kata-kata dan kalimat bahasa. Pengalaman hidup memang sering tidak untuk dituturkan. Hanya untuk dirasakan. Secara pribadi. Secara amat pribadi.
Maka siapakah kita, selain dari insan yang amat pribadi, dengan perasaan dan pemikiran sendiri. Dengan memandang purnama yang menerangi langit malam, ku memandang diriku yang hadir di dunia ini, bukan hanya sebagai bagian dari dunia, tetapi bahkan adalah dunia yang kurasakan seorang diri. Tanpa aku, tanpa kehadiranku di dunia ini, dapatkah aku mengatakan bahwa dunia ini ada? Dapatkah kukatakan bahwa engkau ada? Dapatkah kupastikan bahwa dia ada? Tidak, tentu tidak. Kesadaran kitalah yang membuat keberadaan kita menjadi pasti. Dan tanpa kehadiran kita di sini, saat ini, kita semua hanyalah kemustahilan belaka.
Cahaya rembulan bersinar dengan kecemerlangan yang menghanyutkan diriku. Purnama di langit yang jernih tanpa mega secuil pun. Dan di bumi, pepohonan diam membeku, seakan turut larut dalam suasana syahdu yang dipancarkan oleh bumi saat menyambut keindahan alam ini. Ah, hidup tidaklah sia saat kupandang langit malam ini. Tidak sia. Ada banyak hal yang telah, sedang dan akan kita alami, tak mungkin dapat kita tuliskan atau tuturkan dalam kata-kata untuk dipahami. Hidup ada untuk dinikmati, untuk direnungkan, untuk dipahami. Tetapi bukan untuk dituliskan di sini. Hidup kita seakan menjadi rembulan yang terkadang bercahaya purnama, namun terkadang pula tenggelam dalam kegelapan malam. Segala sesuatu punya masa masing-masing. Segala sesuatu punya kesempatan sendiri-sendiri. Dan kita adalah pribadi yang telah, sedang dan akan mengalami kesempatan-kesempatan indah ini. Kesempatan yang indah. Sampai akhir tiba. Bukankah demikian?
Demikian setiap purnama tiba selalu membawa keindahan cahayanya. Dengan pendar sinar yang menerangi bumi, seakan menyapa alam dan mengirim salam. Bahwa waktu kegelapan takkan pernah kekal. Bahwa selalu ada masanya ketika terang tiba dan membawa harapan yang indah bagi kehidupan ini. Bagi setiap orang. Dan kita hanya perlu menanti dengan sabar. Dengan tetap mempertahankan semangat hidup yang telah dianugerahkan kepada kita. Kita semua.
Lihatlah dunia yang diterangi cahaya purnama itu. Resapkanlah kedamaian yang menyapa engkau. Nikmatilah ketenangan dalam terang yang membuat alam seakan lelap dalamnya. Bukankah kita telah memiliki segala kepermaian itu dengan cuma-cuma? Bukankah kita hanya perlu menikmati dan menyadari kehadirannya yang menakjubkan? Waktu bagi dunia hanya sekedar jalan, ke depan tanpa perlu disesali, tanpa perlu merasa kecewa dan sakit hati. Sebab siapakah yang mampu untuk menahan kehadiran sang purnama? Dia akan muncul sesuai dengan waktu yang dimilikinya.
Setiap kehadiran kita tidak hanya memiliki masa kelam, tetapi juga masa terangnya sendiri. Hidup hanya perlu dibiarkan mengalir sesuai dengan kodratnya. Hidup hanya butuh kesempatan untuk tetap ada dan tetap berlangsung. Maka purnama yang tiba segera akan menyapa kita, segera akan membawa kembali harapan yang hilang. Kita selalu punya kesempatan untuk berguna. Untuk berarti. Tak ada yang sia-sia di dunia ini selain dari ketidak-sabaran kita dalam menghadapinya.
Memangnya siapakah kita sehingga menginginkan segala sesuatu berjalan dengan sempurna? Bukankah kita hanya perlu menyadari keberadaan kita dalam eksistensi alam semesta ini? Dan semuanya berjalan sesuai dengan perputaran yang telah pasti? Bagai roda yang berputar menuju ke satu tujuan pasti, kita kadang berada di atas kadang di bawah, dan selama kita masih hidup, selama itu pula kita tak dapat menghindari situasi tersebut. Tetapi pada saatnya nanti, kita akan tiba di tujuan dimana kita dapat beristirahat dalam ketenangan yang abadi.
Setiap purnama tiba selalu membawa pesan bahwa, ada yang tak pernah bisa dihentikan. Bahwa dia akan tetap selalu hadir. Jika saatnya telah tiba. Dan sama seperti rembulan itu, harapan pun menjadi purnama yang indah jika kita setia mempertahankan semangat rembulan kita. Ya, rembulan adalah semangat dan purnama adalah harapan yang akan terwujud jika kita setia dalam meyakini kehidupan kita di alam semesta ini. Dan seperti roda yang terus berputar, kita mengarah ke satu tujuan pasti. Di sanalah kita akan membuktikan kebenaran keyakinan kita semua.
Salam damai bagimu semua....
Yustinus Setyanta
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar