Jumat, 20 Desember 2013

JADILAH PENDOA YANG RENDAH HATI

Suatu senja di minggu kedua bulan oktober tampak 3 orang "simbok" (ibu-ibu tua) yang duduk cukup jauh dari Gua Maria Sendangsono. Pakaian kebayanya sudah tampak lusuh. Simbok itu sedikit membungkuk duduk dengan penuh ketakziaman, memegang rosario dengan sikap hormat dan mulut mereka tak henti mendaraskan puluhan mantra doa "Sembah Bhekti Kawula Dewi Maria". Mereka sengaja duduk menjauh dari Gua untuk menunjukkan sikap ketidakpantasannya berada terlalu dengkat denganNya, dan membiarkan peziarah lain duduk mendekat ke Gua Maria. Pengalaman menarik ini membuat ku terasa mengharukan dan sedikit tercengang, sepertinya mirip dengan kisah Injil Lukas 18:9-14 yang berbicara tentang pendoa (orang farisi) yang sombong dan pendoa (pemungut cukai) yang rendah hati. Sikap ketiga "simbok" itu mirip dengan si pendoa yang rendah hati. Dari perumpamaan tentang orang farisi dan pemungut cukai terungkaplah bahwa sikap manusia yang bertentangan dengan pertobatan adalah kesombongan diri dan selalu menggangap diri sebagai orang benar. Dalam perumpamaan injil Lukas 18:9-14 ini, Yesus menggambarkan hal itu dengan perbandingan antara si farisi dan si pemungut cukai. Si farisi dengan angkuhnya membanggakan amalnya di hadapan Allah dan sesungguhnya ia adalah orang yang tidak merasa membutuhkan Allah dan belaskasih-Nya juga. Sikap semacam itu biasanya di sertai sikap menghina sesama manusia.

Orang-orang semacam itu bukan hanya ada di zaman Yesus. Sekarang pun banyak orang-orang farisi modern dalam aneka macam bentuk dan prilakunya. Sadar atau tidak sadar "orang-orang farisi" tidak mau lagi memikirkan Allah yang maharahim. Mereka mengganggap bahwa bertobat dan mengakui kelemahan mereka sama dengan menghina diri sendiri.

Melalui kisah ini, pertama Yesus ingin mengajarkan kepada kita tentang bagaimana sebenarnya sikap yang benar ketika berdoa. Tuhan menghendaki kita untuk bersikap rendah hati dengan mengakui bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang tak luput dosa dan selayaknyalah kita mengakuinya di hadapan Tuhan sekaligus memohon pengampunan-Nya. Sikap sombong bahwa kita selama ini sudah merasa menjalankan ajaran-ajaran-Nya, sudah hidup secara benar, sudah berperan besar di gereja dan masyarakat, lalu merendahkan kualitas kehidupan orang lain sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Kedua, Tuhan menghendaki kita untuk bersikap jujur ketika berdoa karena Tuhan maha tahu terhadap kehidupan dan kebutuhan kita. Berdoa dengan bahasa yang muluk-muluk, yang "ndakik-ndakik" tidaklah penting. Sebaliknya, kita diminta untuk berdoa dengan jujus dan sederhana yang keluar dari lubuk hati kita yang paling dalam. Si pemungut cukai ini membanggakan amalnya di hadapan Allah. Ia hanya dengan rendah hati mohon agar Allah mengasihi dia. Hanya mereka yang sungguh mau bertobat mau bersikap rendah hati.



Yustinus Setyanta
Jogja



Tidak ada komentar:

Posting Komentar