Orang-orang semacam itu bukan hanya ada di zaman Yesus. Sekarang pun banyak orang-orang farisi modern dalam aneka macam bentuk dan prilakunya. Sadar atau tidak sadar "orang-orang farisi" tidak mau lagi memikirkan Allah yang maharahim. Mereka mengganggap bahwa bertobat dan mengakui kelemahan mereka sama dengan menghina diri sendiri.
Melalui kisah ini, pertama Yesus ingin mengajarkan kepada kita tentang bagaimana sebenarnya sikap yang benar ketika berdoa. Tuhan menghendaki kita untuk bersikap rendah hati dengan mengakui bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang tak luput dosa dan selayaknyalah kita mengakuinya di hadapan Tuhan sekaligus memohon pengampunan-Nya. Sikap sombong bahwa kita selama ini sudah merasa menjalankan ajaran-ajaran-Nya, sudah hidup secara benar, sudah berperan besar di gereja dan masyarakat, lalu merendahkan kualitas kehidupan orang lain sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kedua, Tuhan menghendaki kita untuk bersikap jujur ketika berdoa karena Tuhan maha tahu terhadap kehidupan dan kebutuhan kita. Berdoa dengan bahasa yang muluk-muluk, yang "ndakik-ndakik" tidaklah penting. Sebaliknya, kita diminta untuk berdoa dengan jujus dan sederhana yang keluar dari lubuk hati kita yang paling dalam. Si pemungut cukai ini membanggakan amalnya di hadapan Allah. Ia hanya dengan rendah hati mohon agar Allah mengasihi dia. Hanya mereka yang sungguh mau bertobat mau bersikap rendah hati.
Yustinus Setyanta
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar