Kala malam hendak menyepi sorot angin sepoi melambai di antara kegersangan daun melepas lelah dalam bualan gairah embun malam pun mulai menetes di antara dingin sunyi dan gairah malam mengajakku untuk bercengkrama dengan huruf yang tak mampu kulepaskan untuk kurangkai mensadi sebait kata dan kalimat.
Di kesunyian malam aku mendengar bunyi jangkrik. Di kesunyian malam aku mendengar suara orang-orang ngobrol. Sayup-sayup. Bagai suara hembusan angin yang membelai rambutku. Siapakah aku? Dimanakah aku? Mengapa seakan-akan terasa mengambang? Apakah aku hidup dalam kabut semesta alam?
Detik-detik lewat. Pengalaman mengendap seperti embun yang mencair di atas daun. Hanya sesaat. Sesaat saja. tetapi pengalaman yang telah kita berikan kepada dunia sungguh tidak sesaat saja. Dia abadi. Sesaat kita ada, maka kita tak lagi bisa di hapuskan begitu saja. Bahkan dalam kesunyian pun kita tetap ada.
Maka sesaat sebelum ALLAH menciptakan langit dan bumi, hanya ada kegelapan dan kekosongan. "Jadilah terang? lalu terang itu terjadi. Maka terang pun akan mengusir kegelapan. Sebab tak ada yang mampu mengusair terang yang telah diberikan-Nya kepada dunia. Maka keberadan kita pun abadi dalam terang itu.
Air mengalir pada sungai yang berkelok-kelok. Menyeusuri bumi. Menuju ke laut lepas. Untuk kemudian terbang melayang ke angkasa luas. Tetapi dia tidak lenyap. Suatu saat, kala fajar menyingsing, dia akan hinggap pada dedaunan hijau yang segar. Untuk kemudian menetes ke bumi, menyusup dalam tanah yang gembur dan mengalir kembali ke sungai yang berkelok-kelok.
Berputar. Hidup berada dalam siklus yang telah diatur-Nya. Sebab rencana-Nya bukanlah rancangan kita. Dan kita tak dapat mengatur apa yang akan terjadi. Tetapi toh, pada akhirnya, kita akan menuju kepada-Nya. Maka keberadaan kita tak usah di sesali. Apa yang terjadi, biarlah terjadi. Apa yang kini kita alami, kita miliki dan kita jalani, biarlah perputar terus. Kamana pun kita terbatas untuk mengalami. Tetapi dengan menetahui bahwa DIA tetap mendampingi kita, apa pun juga dapat kita jejaki. Sebab kita bersama terang yang bercahaya menerangi jalan kita.
Di kesunyian malam ku dengar nyanyian tentang embun. Embun pagi yang tentu akan hinggap dimana saja fajar tiba. Lalu kenapa harus bersedih hati jika dia pasti tiba. Kita semua mengalami sejarah hidup ini. Tetapi DIA tahu. DIA tahu...
Tetes embun pagi, kesejukan yang di dapat dari bulir-bulir air di atas dedaun yang mengawali hari dengan nafas kehidupanya melalui suara riuh gemericik yang selalu mengajak pada rasa syukur setiap harinya ketika mata tak lagi terpejam lelap...
Setates embun pagi selalu ada untuk menyejukan udara pagi hari. dia muncul tetes demi tetes seiring semangat tiap ilalang meninggi di pengharapan murni...
Takkan ada selembar daun pun di semesta ini yang di tinggalkannya...
Dan karena itulah mengapa blog ini ada...
Gbu all
Yustinus Setyanta
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar