Selasa, 15 Oktober 2013

ELEGI DALAM HIDUP

Dalam kehidupan ini, ada banyak hal yang ingin kita katakan, namun tak terucapkan. Ada banyak hal yang ingin kita lakukan tetapi tak terlaksanakan. ada banyak, ya banyaklah......kemungkinan yang bisa terjadi yang sama sekali tak pernah kita duga. Kita sering larut dalam obrolan tetapi tak sekalipun saling memahami. kita mungkin hidup dalam kebersamaan tanpa sekali pun mengenal. Dan saat kita masing-masing sibuk hanya dengan diri kita sendiri, kesempatan lewat dan tak mungkin kita raih kembali.

Elegi. kata ini pertama kali saya dengar dari sebuah lagu lama milik ebit G ade yang berjudul elegi esok pagi, saat itu saya tertarik dengan kata "elegi" ini tanpa tahu apa artinya. Rasa penasaran membuat saya membuka kamus besar bahasa indonesia untuk mencari arti kata dari 'elegi' ternyata arti kata dari elegi itu adalah syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan duka cita (khususnya pada peristiwa kematian). setelah mengetahui arti kata tersebut, saya lebih menyukai kata ini, kenapa? jawabnya simple aja...karena nggak pasaran, di tengah kebanyakan orang lebih memilih  kata galau, walau berbeda makna sebenarnya, tetapi kata ini memiliki pergeseran hati. seketika saya berfikir bahwa hidup tak selamanya ber-elegi-ria.

Ya, barangkali kita pernah mengalami duka ketika orang yang kita sayangi tiada atau meninggal dunia, atau barangkali kita mengalami kesedihan mendalam yang lain, namun kita tak terus-terusan bersedih, tidakkah kita sadari bahwa detik-detik yang kita lewati dalam putus asa, membuat kita melupakan nyanyian burung dan keindahan bunga yang mekar mewangi. Butakah kita akan indahnya bulan dan bintang-bintang yang bersinar di langit malam. dan melihat betapa cahaya purnama menyinari kegelapan langit dengan segenap kecemerlangannya. Ingat bahwa hidup bisa berarti sebuah nyanyian pilu, yang kita bawakan dengan penuh parsaan sehingga menjadi semakin dalam.

Kita tahu bahwa waktu kita terbatas, kita sadar, bahwa ada banyak hal yang tak mungkin kita kuasai, kita pahami bahwa takkan mungkin mengubah semua hal menjadi sesuai dengan kinginan kita sendiri. tetapi haruskah kita mengeluh? haruskah kiat kecewa atau mersa sakit hati bukankah fajar tetap minyingsing dan senja hari akan segera tiba dengan segala kepermainannya? hidup mengalir dalam waktu. dan kita ikut mengalir bersamanya segala sesuatu yang ingin kita tolak, sesuatu yang tak kita kehendaki tetap akan terjadi tetapi kemudian akan segera lewat.

Ya, memang kita harus bangkit dan menikmati kehidupan ini dengan penuh syukur, dengan puas meneriam apa yang BAPA berikan kepada kita. Kita pun berupaya untuk mengisi kehidupan ini, kita berjuang untuk mencapai yang kita inginkan, tanpa kehilangan kesadaran pada kelemahan kita sendiri, Ya, kita hanyalah setitik debu di keluasan alam semesta ini. Kita hanya senoktah riwayat di panjang masa yang demikian tak terbatas. Tetapi sekarang, saat ini kita adalah pusat dari kehidupan dunia kita sendiri. kita memiliki pikiran dan perasaan yang nyata, ada dan pasti. sama seperti alam raya. Kita adalah secuil atom. tetapai karena kita ada maka keindahan bisa kita rasakan dengan seluruh indrawi kita.

Kita berpikir, kita merasakan, kita menikmati kita menerima segala kekhawatiran dan ketakutan kita.
Kita pun menikmati segala kebahagian dan kegembiraan kita. tak ada yang salah dengan hidup ini semua tergantung dari bagai mana kita hidup bagaimana kita menghadapinya dan menerima hidup kita, tak ada sesuatu yang sia-sia di muka bumi ini. tak ada sesuatu yang terjadi  tanpa ada gunanya, bahkan musibah dan dan ketidak beruntungan kita sekalipun. Kita coba belajar untuk menerima semua hal apa adanya. seperti burung-burung yang bernyanyi di kala duka. seperti bintang-bintang yang bersinar di malam kelam kita ada dan tak mungkin kita hapus lagi.

Dan saat kita berpikir bahwa hidup kita rumit menyadari bahewa sesungguhnya kerumitan itu hanya ada dalam pikiran kita saja. Hanya ada dalam apa yang kita coba raih namun sering tak terjangkau dalam apa yang kita inginkan namun tak terwujud. Kita hidup dalam kebersamaan dengan dunia dan itu menandakan keberadaan kita sendiri. Dan jika musibah terjadi, bahkan jika kita harus mengetahui keterbatasan waktu kita sendiri, tak tahukah kita bahwa memang kita semua memiliki keterbatasan yang sama. Lalu mengapa harus kahwatir berlebihan? Mengapa harus takut? hiduplah dengan senyum. Senyum tulus ikhlas maka segala sesuatu akan tersenyum bagi kita.


Yustinus Setyanta
Jogjakarta - 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar