Kamis, 17 Oktober 2013

WAKTU

Sering kita tidak menyadari betapa cepat waktu berjalan. Benih pohon yang dulu kita tanam mendadak sudah tumbuh menjadi pohon yang besar yang rimbun. Bayi yang dulu mungil dan ringkih mendadak telah menjadi anak yang lincah dan tak berhenti bergerak. Yah, sering kita tidak menyadari betapa cepatnya waktu berjalan. Walau sesekali kita pernah merasakan betapa lambatnya waktu saat kita menatikan atau sedang menunggu seseorang, itu hanyalah pengalan kecil dari perjalanan dari kehidupan kita hingga saat ini. Dan tiba-tiba kita pun menua. Menua. Kita dan waktu. Dua sejoli yang berjalan beriringan. Kita dan waktu. Menyatu dalam kesadaran kita. waktu ada karena kita ada. Tanpa kita, waktu pun lenyap. Sebagaimana lenyapnya kesadaran kita. Maka siapa saja yang ingin menguasai waktu haruslah menguasai kesadarannya sendiri. Dan setiap orang memilikai waktunya sendiri. Setiap orang memiliki kesadaran bahwa dia hidup dan hanya hidup dalam dan bersama waktunya sendiri. Den siapa pun yang berpikir bahwa dia kekurangan waktu mesti menyadari bahwa dia pun kekurangan kesadaran dalam mengalami dan menjalani hidupnya. Kita menjalani waktu sebagaimana kita menjalani perasaan dan pemikiran kita. Bersama waktu kita ada. Bersama waktu kita nyata.


Waktu Dan Kita. Dua sejoli yang berjalan beriringan Namun, Semakin kita mengejar waktu, semakin tak mampu pula kita menikmatinya. Semakin kita menikmatinya, semakin kehilangan pula kita. Jadi apakah makna waktu bagi kita? Mengapa sering kita merasa betapa kita terasing darinya. atau waktu yang telah menunggalkan kita? Ataukah kita yang meninggalkan sang waktu? Barangkali inilah ironi kehidupan kita.

Kian panjang kita jelajahi kehidupan ini, kian terasa pula betapa hidup kita hanya menggapai angin. Titik demi titik kita capai, Tetapi tak pernah kita merasakan cukup dan mencoba untuk berhenti sejenak memikirkan apa yang telah kita raih. Hidup berjalan dalam waktu yang teramat panjang dan seakan kekal. Padahal, kita sadar, atau terkadang tidak sadar, bahwa kelak, ada satu titik akhir dari perjalanan kita dalam waktu yang tak pernah usai. Sejarah telah melampaui abad demi abad, dan masih akan berjalan abad demi abad, tetapi kesadaran kita yang sederhana memusat pada waktu keberadaan kita saat ini. Hanya saat ini.

Dimanakah kita sekarang? Apa yang telah dan sedang kita lakukan kini? Akan menuju kemana kita esok? Apakah langkah-langkah kita telah berderap di jalan yang kita inginkan? Ataukah kita sedang merasakan perih, kecewa dan bahkan putus asa karena ternyata tak mampu meraih apa yang kita angankan? Bahwa hidup ini telah berlangsung dalam kecepatan yang tak mampu kita kuasi sepenuhnya. Dan segala impian-impian. harapan kita telah kandas dalam keping-keping kecil jauh di masa silam, sehingga tak mampu lagi kita tata menjadi bentuk yang untuh saat ini?

Kita hidup dengan kesadaran yang sering terasa asing. Waktu lewat melintas, dan kita berupaya menggapainya dengan sia-sia. Kita tak pernah memiliki sang waktu. Kita selalu di tinggalkan sang waktu. sadar atau tidak. Dan kita tersentak saat menyadari bahwa daya dan kemampuan hidup kita kian terbatas. sementara waktu tak pernah menunggu kita, kita seakan terpatok di sudut yang sama. terus menerus. Waktu berubah dan kita pun berubah mengikuti sang waktu. Bagai aliran air sungai yang mengalir menuju muaranya.

Terkadang langit mendung dan hujan turun. Terkadang langit cerah dan matahari bersinar terik. Dan alam berjalan dengan satu kepastian. mengalir bersama waktu. Datang dan pergi. Hadir dan musnah. Tumbuh dan gugur. Sama namun berubah setiap saat. Namun, dalam pikiran kita, dalam perasaan kita, semuanya sering tak pernah berubah. Kita merasa gagap dengan perubahan dan bahkan menentangnya, karena merasa bahwa itu tak sesuai dengan keinginan kita dan harapan kita. Padahal, apakah artinya keinginan dan harapan kita dalam perjalanan sang waktu yang tak terbatas ini?

Waktu tak pernak menunggu kiat. Kita harus mengalir bersamanya. Alam, walau dalam komposisi besarnya seakan tetap, tetapi dalam detailnya takkan pernah sama. Dan kita adalah detail-detail yang selalu berjalan semakin hari semakin menua, dan suatu saat kelak akan lenyap dan berganti. bagi kembang di taman yang tumbuh dan gugur. Kita adalah waktu saat ini. Kita adalah sekarang. Sebab itu, berjalan bersamanya. mengikuti sang waktu. Nikmatilah dia. Sesaat dan hanya sesaat, kita ada, lalu tiada. Maka  mengapa menyia-yiakan hidup ini dengan menunggu? kemungkinan selalu terbuka. setiap saat, setiap waktu.berubah. hidup kita di dunia ini tidaklah kekal.

Kita mungkin memiliki impian-impian. Kita mungkin memiliki harapan-harapan. tetapi dalam waktu, sipakah kita selain hanya sebintik noktah yang hanya lewat selintas lalu sirna begitu saja? Pada akhirnya, kita akan menua lalu lenyap menghilang. Pada akhirnya toh, segala kesadaran kita akan tenggelam dalam lintasan sejarah. Pada akhirnya kita tak memiliki apa-apa selain kenangan yang perlahan-lahan akan dilupakan dan di di abadikan. Pada akhirnya, kita semua usai.

Maka apa pun yang akan terjadi. Terjadilah. Terjadilah menurut kehendak-NYA. Kita takkan bisa untuk mengembalikan masa lalu. Kita takkan mungkin untuk membalikkan waktu yang telah lewat. Kita hanya ada saat ini. Sekarang. Dan toh, itu tetap berguna untuk di jalani. Tetap berguna untuk di nikmati. masa depan yang masih terasa asing, suram dan gelap, bagi kita, tidak berarti bahwa kita kehilangan kemungkinan-kemungkinan terbaiknya. Tidak. Waktu selalu mengandung kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga. selalu ada keajaiban yang menunggu kita. hanya kita perlu mencari. Hanya kita perlu mengadakan perubahan dan menjadikan apa yang telah lampau sebagai acuan untuk hari esok kita?.

Semakin kita mengejar waktu, semakin kita tak mampu pula menikmatinya. Semakin kita menikmatinya, semakin kehilangan pula kita. Memang demikianlah hidup. Kembang melati yang kemarin terlihat segar dan mengharumkan lingkungan sekitarnya. Hari ini mungkin telah gugur dan kehilangan keharumanya. Tapi sia-siakah hidupnya jika begitu? Tidak. Tentu tidak. Sebab, dia telah melakukan baktinya kepada alam. dan demikian pula kita. Apapun yang kita alami, apapun yang telah menerpa kita, apapun itu, kita hidup dalam waktu yang terus berubah. Maka kita mengharumkan dunia ini dengan keberadaan kita saat ini. Bersama waktu sekarang. Kini. Besok adalah hari lain pula. Yang penuh kemungkinan yang tak terduga. Dan kita mengubah kemungkinan itui menjadi yang terbaik bagi dunia. Yang terbaik bagi kita. Yang terbaik bagi Sang Pencipta. Sebab kita telah memberikan yang terbaik dari kita kepada-NYA.
Kepada-NYA....


Yustinus Setyanta
Jogja





Tidak ada komentar:

Posting Komentar