Kamis, 03 Oktober 2013

DEBUR OMBAK - DI PANTAI DRINI

Suatu panorama menawan membentang di depan mata. saat matahari surut, di ufuk horizontal langit terpantul warna jingga dengan lapisan tipis awan mengambang di atasnya. Udara menyejuk dan kegelapan malam perlahan tiba. ku menyaksikan pemandangan ini sambil menghirup hawa laut yang menguap dari samudra lepas di depanku. Terasa betapa damai memenuhi jiwa dan rasaku. Sembari mendegarkan sedau gurau mamah, mbak, dan keluarga dari palembang yang duduk jauh di belakang ku yang membentangkan tikar dan menyiapkan makan malam disajikan. ku dengar sayup-sayup debur ombak yang nampak berlarian saling berkejaran menuju tepian pasir pantai. Seakan ingin memeluknya. Seakan ingin memeluknya melepas rasa kagen yang ada.

Saya sedang berada bersama dengan keluarga yang saat ini sedang berkumpul sembari refresing di pantai drini gunugkidul yogyakarta. Udara terasa nyaman, dan hawa persaudaran yang hangat menyelimuti kami dengan tawa riang. Dengan kisah-kisah masa lalu, yang kadang dulu terasa menakutkan bahkan memalukan namun kini di tanggapi dengan kegembiraan dan penuh canda. Perjalanan waktu seakan membeku. Dan kami sadar betapa semua keresahan, kejengkelan, kesepian, bahkan rasa sakit hati di masa silam nampak hanya sia-sia saja sekarang. Yah, waktu akan mengobati segala duka dan luka, dan memang demikainlah adanya. Memang demikianlah adanya, sebuah proses dalam hidup.

Hidup memang merupakan suatu perjalanan yang berubah terus menerus. Kekecewaan, kekesalan, atau bahkan kemarahan (emosi jiwa) dan rasa sakit hati kita saat ini, tidak akan pernah abadi. Sementara kelak, yang tersisa hanya rasa kengen atau kerinduan pada masa kini, yang kelak, sudah lama kita tinggalkan atau malah mungkin telah kita lupakan untuk di kenang kembali. Bahkan terkadang saya berpikir, bukankah justru saat-saat sulit dan memalukan di masa lalu justru membuat hidup menjadi lebih bermakna di masa kini? Tanpa pengalaman pahit, tanpa pengalaman kesedihan dan kesengsaraan, masa lalu takkan meninggalkan apa-apa sama sekali bagi kita. takkan menyisakan apa-apa bagi kita semua.

Demikianlah kehidupan berlangsung dan kami yang masih memiliki kesempatan untuk bersua, untuk berkumpul bersama dan saling membagikan pengalaman hidup, akan mampu pula untuk manyadari keterbatasan kami, akan kelemahan atau kekurangan serta menghargai sahabat-sahabat, saudara masa lalu kami. Di sinilah kami berada, saling berbagi, saling menikmati rangkulan persaudaraan yang rukun dan saling menghargai waktu yang telah silam di masa lalu. Hidup ternyata selalu meninggalkan jejak panjang yang indah, sepahit apapun masa lalau kita. Yang lewat, biarlah lewat dan sekarang kami berkumpul untuk saling bertutur betapa lucunya sikap kami pada, anak, orang tua, di saat kami masih remaja dulu.

Seperih apapun, sehampa apapun keadaan saat ini. siapa yang akan tahu apa yang mungkin kita temui di masa depan? siapa yang dapat memastikan apa yang bisa di dapatkannya di masa mendatang? tentu tidak tahu kita. Dan hanya Tuhan yang tahu. Betapa tak masuk akannya rasa sakit hati, ketakutan, kemarahan bahkan keputu-asaan kami di masa lalu. Lalu kami percaya pula bahwa, apa pun kondisi yang sedang kami alami saat ini, semuanya kelak akan berbuah manis Barangkali malah bisa di jadikan sebagai lelucan yang membuat gelak tawa kegembiraan. Kita semua manusia dengan ketidak-pastian dan karena itu dengan banyak kemungkinan yang tak terbayangkan untuk saat ini. Mari tersenyum dan menghadapi hidup hari ini dengan penuh tekad dan harapan, bahwa masa depan bisa jadi indah.

Malam telah turun bagai tirai yang menutupi langit bersama kegelapannya. Namun pelita telah di nyalakan, dan kami bersantap sambil berdoa bagi kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan dalam kemungkinan terburuk pun yang dapat kita alami. Dan itulah yang bisa kita di jalani dengan penuh semangat. kita jangan patah semangat. kita takkan patah semangat. Dan senja hari yang lain akan tiba. Besok.

Setelah usai berkumpul ku sejenak menyepi sendiri menatap laut yang samar-samar yang hanya di sinari bintang dan bulan sabit di langit timur. aahhh....ku mau tulis sajak desir ombak.

DESIR OMBAK

Sayap-sayap hitam membentang..
Puluhan waktu serentak berdendang..
Arah pun berubah pandang..
Gumpalan angan gelombang pasang..

Degup jantung bergemuruh..
Bias kaca buram mengisi seluruh..
Sayup-sayup lirih berbisik..
Seteguk rindu menyeruak...
Tanpa pandang bulu...
Di antara dendang waktu..

Kita pun berliuk di lorong-lorong..
Menggulung impian jadi kepompong..
Lalu menitipkannya pada pelukan waktu..
Entah bila kan menjelma seelok kupu-kupu..


  : Yustinus Seyanta : Septembar 2013 : Pantai Drini Gunungkidul - jogjakarta

"/>"width="400px"helght="250px">

Tidak ada komentar:

Posting Komentar