Jumat, 04 Oktober 2013

AKSARA HIDUP

Rumah gembala,
Dan sinarnya yang tak pernah sirna
Di dasar sumur yang teduhnya tak akan surut
Menengok lewat jendela hati
Kita pasti tahu
Kapan empat mata air itu terbit
Sebab waktu yang menyatakan bahwa firman itu hidup


Mekar bunga doa
Saat rahmat mulai di pahat di akhir usia
Ziarah jadi kerinduan pinggir oase
Menuju samar gunung Tuhan                    
                  Jelas semua ada maksud:
Apakah tiga yang membuka cakrawala?
Enam, jiwa yang melengkapi
Atau tujuh, yang membelah tubuh
Sembila,, yang memberikan pertumbuhan
Sebelum sepuluh, kembali merapuh
                  kenyataannya.........
Sebelas tak pernah sempurna
Kecuali kemurahan Tuhan
yang menjadikan kita anak


Lilin mulai dinyalakan
Kunci di letakkan di lemari diri
air, bunga dan api                        
                          bangkit meniup wangi
Lalu merajah aksara di Rumah-Mu yang tak pernah mati.






: Yustinus Setyanta
: Paroki St. Yosef - Denpasar
 ( Sajak ini saya tulis di Denpasar - Bali 24 Oktober 2011 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar