Jumat, 04 Oktober 2013

BERSYUKUR

Dalam pengalaman hidup keseharian kadang sering kita mengucapkan; "Tuhan, Engkau dimana? Mengapa pada waktu kami sangant membutuhkan kehadiran-Mu, kami justru merasakan kehampaan? Apakah itu hanya suatu ujian bagi kami?".

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul tentu bukan tampa alasan. Alasan yang menurut kita amat kuat adalah bahwa rasanya Tuhan sedang menutup telinga terhadap jeritan hati kita. Kata mau agar sesesegera mungkin TUHAN bertindak dan menjawab pergumulan hati kita saat itu juga. Tetapi, pernahkan kita bercermin diri dan bertanya pada diri sendiri, apakah saya terlalu memaksakan Tuhan agar segera mengabulkan pemohonan ku?

Seandainya pada saat itu juga Tuhan mau memperhitungkan segala kebaikan-Nya kepada kita, pakah daya kita? Bukankah Tuhan telah memberikan segalanya yang terbaik dalam hidup kita? Pegalaman-pengalaman akan kebaikan dan rahmat yang kita terima dari Tuhan hendaknya menjadi dasar bagi kita untuk terus berharap kepada-Nya.

Tuhan tidak peranah memberikan tantangan jauh lebih besar dari pada kemampuan kita.
Ada dua hal yang menjadi sumber kekuatan kita tidak terjerumus dalam perasaan pesimis yang berlebihan. Pertama; belajar untuk selalu bersyukur. Syukur yang dimaksud bukan hanya pada saat kita menghadapi suanana yang menyenangkan, tetapi juga pengalaman pait, walau sulit tetap berupaya.
Kedua; tekun mengkomunikasikan pangalaman hidup kepada Tuhan. Manusia tidak hidup dan beraktivitas sendirian. Segalag sesuatu yang dikerjakan, selalu berada dalam rencana dan naungan Tuhan. Artinya, Tuhan senantiasa hadir dalam seluruh hidup kita. Dengan keyakinan demikian, maka komunikasi dengan Tuhan (doa) akan berlangsung, Tuhan senantiasa ada, hanya kerap hati manusia yang masih buta untuk melihat-Nya.

Yustinus Setyanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar