Sabtu, 02 Mei 2015

"SAYYY............"


Judul itu adalah kepanjangan dari kata sayang. Biasanya digunakan sebagai ungkapan rasa cinta, baik asmara maupun non-asmara. Begini contoh yang saya lihat di media sosial. "Pagi sayyyy........Lovee bangettt dech sayyy....."

 - Diri.

Pada situasi yang seperti apakah, mengucapkan kata yang bermakna sayang? Yang jelas ketika hati lagi senang, problema nyaris tidak ada dan ketika hubungan dengan pihak lain berlangsung baik-baik saja, bukan? Tetapi, bagaiman kalau dalam perjalanan waktu sebuah hubungan pertemanan, asmara, bisnis, rekan-rekan kerja, keluarga menjadi tidak baik? Atau error? Apakah "nyanyian" bermakna sayang itu masih akan disuarakan? Barangkali pertanyaan saya ini konyol sekali. Mungkin juga Anda akan setuju untuk diam saja atau mengatakan: "Ya ngapain juga......" atau bergumam "ah udah lelah jiwa dibanjiri pertanyaan mulu bikin bete tauk....."

Pada waktu saya membaca sejuta kata sayyy di media sosial, saya teringat akan betapa semaraknya kemunafikan bukan pada diri orang-orang tetapi bagai debu beterbangan mengepul seperti debu tertiup angin dikala musim kemarau yang siap menempel pada diri orang kapanpun dan dimanapun berada. Tetapi, membaca ekspresi itu, kok seperti diingatkan bahwa lidah ini benar-benar tak bertulang. Tak ada saringannya, asal bicara saja.

Jika kita melihat ke dalam diri, di beberapa kejadian tidak menganggap seseorang yang patut disayangi, tetapi melakukan perilaku yang bisa disebut munafik itu karena ada agenda tersembunyi, ada sesuatu yang diharapkan serta dilakukan untuk kebutuhan pribadi.

Seorang manajer hubungan masyarakat beberapa kali menguhubungi rekannya untuk meminta data beberapa orang tenar dan kaya di kotanya. Ia tak pernah lupa untuk memulai percakapan atau pesannya dengan hope that you are well. Kemudian dilanjutkan dengan mengajukan permohonan, dan sebagai penutup ia akan menulis atau mengucapkan: "Aku tunggu ya darling. Lovee you sayyy......". Tetapi, kalau giliran aku lagi butuh, ia bahkan tak pernah menjawab pesan atau mengangkat telepon. Pernah kesal, kemudian pikiran kesal itu tak ada gunanya sama sekali. Lalu memutuskan untuk berperilaku seperti dirinya. Ia adalah satu dari sekian manusia dalam hidupnya yang mengajarkan kemunafikan yang menguntungkan. Eh....kadang aku malah bingung apakah aku harus berterima kasih atau sama sekali tidak.

- Bermakna
          
Ungkapan kasih sayang semacam itu dibutuhkan dalam dunia ini. Mau munafik atau tidak alasannya. Mencium pipi kalau bertemu, mengirim kado ulang tahun rekan bisnis, mengirim kerangan bunga saat dilangsungkan pernikahan, pembukan kantor baru, meluncurkan produk baru. Dan, tindakan itu masih disertai ucapan: "Selamat ya, panjang umur, sehat dan sukses. Usaha dan kariernya lancar." sebuah ungkapan yang meluncur dengan mulus tanpa halang rintang seperti sebuah mobil berlari kencang di jalan bebas hambatan. Sebuah ekspresi yang sering dilakukan tanpa berpikir panjang.

Bagaimana kalau yang dikasih ucapan benar-benar panjang umur, sehat, enteng rejeki, usaha lancar itu ternyata sukses sekali dan kebetulan bermain di dalam industri atau bidang yang sama dan pada akhirnya mengalahkan diri sendiri? Tidakkah itu menimbulkan iri hati dan bisa jadi berakhir untuk menjatuhkannya? Waaa......padahal nie, kesuksesan itu juga bisa jadi karena ucapan selamat yang sudah mirip doa, yang dilakukan saat dia baru memulai usahanya. Atau sebaliknya, bagaimana kalau yang di sayyy, kan, kemudian terjatuh, ternyata koruptor, ternyata pembunuh, atau sesuatu yang mengancam hidup kita? Masihkah mulut akan bernyanyi mengekspresikan ungkapan kasih sayang itu? Benarkah masih mau menyayangi yang membuat hidup di ujung tanduk?

Salah satu kejahatan yang bisa dilakukan sebagai manusia adalah bukan kemunafikan, melainkan melakukan sesuatu tanpa memiliki makna. Memeluk orang tanpa makna, berbicara ceplos aja tanpa makna, mengirimkan karangan bunga tanpa makna, mendoakan tanpa makna, dsb. Bermakna itu tidak mengandung agenda apa pun. Makna berbeda dengan menaikkan awareness, berbeda dengan material promosi. Karangan bunga di sebuah acara yang ukuranya raksasa disertai nama si pengirim berikut nama perusahaan yang sama ukurannya bahkan mengalahkan ucapan selamatnya, itu bukan bermakna. Itu bentuk sebuah keegoisan yang cantik, sebuah ucapan yang bukan datang dari hati, melainkan datang dari bagian pemasaran.

Tak menetapakan yang pasti, mungkin saja sulit sekali menghilangkan kemunafikan, tetapi nurani memberikan alat, obat manjur untuk mengurangi hal itu serta mencegah menganggap, menunjuk borok kemunafikan orang lain katimbang melihat diri. Begini. Jangan berpikir panjang soal apa yang akan diungkapkan. Tetapi, pikiran apakah yang benar-benar gembira atau bahagia dengan apa yang di nyanyikan dari lidah tak bertulang. Benar-benar bahagia itu artinya yang benar berbahagian itu aku yang bernyanyi. Aku benar berbahagia teman panjang umur, aku benar berbahagian usahanya yang aku daokan maju dan mengalahkan usaha aku, dsb, tanpa ada rasa terancam dalam diri dan tersaingi.

Semoga kalau kita gembira, bahagia, sedih, galau, kalau kita tak punya agenda yang tersembunyi, itu bisa mengurangi sebuah kepalsuan hidup.














(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar