Selasa, 05 Mei 2015

DAMAI SEJAHTERA

Barangkali tahu seperti apakah pe-rasa-an damai itu. Tahu pula seperti apakah pe-rasa-an sejahtera itu. Tuhan memberikan kedamain bagi kita. Namun Tuhan membedakan antara damai dan sejahtera-Nya dengan damai dan sejahteranya dunia. Dimana letak perbedaannya? Perbedaannya terletak pada rasa di hati. Damai sejahtera-Nya membebaskan kita dari rasa gelisah, cemas dan takut, sementara damai sejahterahnya dunia tetap masih mengurung kita dalam rasa gelisah, cemas dan takut. Dunia menawarkan damai sejahtera dengan mengandalkan materi dan nilai-nilai duniawi, yang kita tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang kakal atau abadi atau dalam kata lain fana.

Ketakutan bisa memunculkan situasi damai, tanpa gejolak, tanpa keributan. Ketika dua belah pihak sering mengancam dan keduannya takut terhadap ancaman lawan, maka kedua pihak akan menahan diri dan damai pun terjadi. Namun damai yang terjadi di sini seperti sekam yang menyimpan api di dalamnya atau api di dalam sekam. Ketika semua pihak tidak peduli dan menganggap bahwa orang lain itu bukan urusannya, maka kedamaian pun dapat terjadi. Kedamaian yang lahir dari sikap tidak mau saling mengusik, saling mengganggu. "Aku tidak akan mengusik kamu, jadi tolong ya akupun jangan kamu usik" begitu dan semacamnya. Inilah prinsip kedamaian yang semarak, berkembang di kota-kota besar. Inilah damainya dunia, damai yang kering bagaikan ilalang di pandang tandus yang kering kerontang. Damai yang mudah goyah dan tetap memendam ketakutan, kecemasan serta rentan terhadap usikan yang kecil sekalipun.

Sejahteranya dunia barangkali terjadi karena perjuangan untuk bisa memenangkan persaingan, untuk bisa mengalahkan pihak lain atau bahkan malah memanfaatkan orang lain. Maka kesejahteraan dunia dibangun di atas sikap menindas dan membudak orang lain. Sejahteranya dunia juga dibangun diatas ketidakpedulian pada orang lain, harta demi harta dunia terus dikumpulkan dan ditimbun entah dengan alasan jaminan masa depan atau apapun. Akhirnya sejahtera yang seperti ini melahirkan rasa cemas dan khawatir bila apa yang menjadi sumber kekuatan untuk bisa memanfaatkan orang lain itu berkurang atau hilang. Sejahtera dunia mengikat untuk tidak memalingkan wajah barang sekejap saja terhadap dunia, sebab akan khawatir jika berpaling sekejap maka yang dimiliki akan direbut orang lain, kesempatan akan diambil oleh orang lain. Damai sejahtera dunia, mengurung dan membelenggu kita untuk semakin terikat, melekat pada dunia. Ikatan yang diadakan oleh dunia untuk membelenggu adalah ketakutan dan kecemasan.

Kristus memberikan damai sejahtera yang tidak seperti itu, Ia meninggalkan damai sejahtera yang berlawanan dengan arus dunia. Damai yang Ia tinggalkan adalah damai yang berlandaskan kegembiraan karena kasih Allah yang meluap, melimpah ruah. Sejahtera yang Ia berikan adalah sejahtera yang berlandaskan sikap penyerahaan diri kepada Allah. Damai sejahtera yang Ia wariskan tidak tergantung pada sikap dunia melainkan pada sikap Allah. Maka penguasa dunia tidak berkuasa sedikitpun atas diri Kristus. Sikap inilah yang Ia wariskan, sikap yang terorientasi sepenuhnya kepada Allah Bapa.

Refleksi :

Kemana aku memalingkan wajah? Kemana aku senantiasa mengarahkan pandangan? Dunia dengan segala pesona dan kegemerlapannya begitu memukau perhatianku dan begitu memanjakan pandanganku. Tetapi di balik semua itu, aku pun menyadari bahwa tidak ada pesona dunia yang tidak akan berakhir. Lewat, berlalu begitu saja dalam sekejap. Sebanyak apapun harta yang dimiliki oleh manusia, sebesar apapun kuasa yang ada pada manusia, suatu saat akan berakhir, akan runtuh. Dunia membelenggu setiap manusia dengan ketakutan akan berkurang atau berakhirnya kekuatan yang di tawarkan.

Aku.............
oh aku adalah murid Kristus, dan Ia yang mengasihi semua murid-Nya telah memberikan teladan sikap untuk aku ikuti, dunia berusaha menguasaiku dengan berbagai cara, tetapi Dia membebaskan aku untuk menentukan pilihan. Dunia berusaha mengikat dan membelenggu dengan berbagai cara, tetapi Dia memerdekan diriku untuk tetap berdiri sebagai manusia yang untuh dan penuh dalam kesadaran serta keberanian untuk mengambil keputusan. Dunia menebarkan ketakutan dan kecemasan, sementara Dia memberikan harapan dan kegembiraan.

Oh....kemanakah aku, dengan kesadaran yang penuh, akan memalingkan wajah. Kepada dunia ataukah kepada Allah. Kemanakah aku akan mengarahkan pandangan dengan penuh percaya diri, ke arah dunia ataukah ke arah Allah. Di sinilah kemudia Roh Kudus berperan. Roh Kudus berperan sebagai penghibur, pembimbing, dan menuntunku serta mengajari aku. Roh Kudus mendayai aku. Roh Kudus membuka mataku. Roh Kudus pula akhirnya aku bisa merasakan kepenuhan damai setahtera karena Damai Sejahtera-Nya ada dalam diriku. Amin






(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar