Sabtu, 20 September 2014

DI BANGKITKAN KEMBALI

      Terlalu banyak hal yang kemudian menjadi biasa dalam hidupku. Bukan karena peristiwa-peristiwa itu yang berubah menjadi biasa, tetapi caraku memandang yang berubah. Aku mengalami pendangkalan penglihatan sehingga tidak mampu lagi melihat keluarbiasaan dalam segala sesuatu yang tampaknya biasa. Akibatanya aku akan kehilangan kebiasaan untuk memuliakan Allah. Segala kuanggap biasa, wajar, dan normal-normal saja sehingga tidak menusik ketakjuban dan tidak menumbuhkan keinginan untuk memuliakan Allah. Lebih jauh lagi aku semakin tidak bersyukur. Semakin jauh lagi, aku tidak melihat peran dan kehadiran-Nya dalam kehidupanku.

     Setiap nafas yang aku hirup dan kuhembuskan lagi, ah....itu biasa, sangat biasa. Semua orang juga demikian bahkan bnatang pun demikian. Apa yang menakjubkan dari setiap nafas yang keluar-masuk paru-paru lewat kedua lobang hidung? Begitu juga ketika bangung tidur. Segala yang kulihat, apa yang ada di seputar kamar, semua biasa saja. Dan aku biasa melihat, itu pun normal-normal saja, wajar dan sangat wajar. Sebagaian besar orang lain juga melihat bahkan bintang pun bisa melihat, apa yang menakjubkan dari biasa melihat? Segala sesuatu menjadi wajar, tidak menakjubkan tidak pula mengherankan.

      Wajar pula jika kemudian aku tidak pernah memuliakan-Nya dengan tulus, wajar juga jika aku mencari-cari peristiwa besar dan fenomenal untuk bisa memuliakan Allah. Wajar jika aku tidak pernah melihat DIA dalam kehidupanku, tidak menyadari bahwa DIA melawat kehidupanku. Aku seperti pemuda itu ( Luk : 11-17) yang diam di dalam keranda dan dibawa menuju ke pekuburan. Hanya karena kasih-Nya, karena hati-Nya yang kudus, aku dibangkitkan kembali.

(Refleksi Dari Luk : 11-17)










{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar