Minggu, 07 September 2014

LEBIH DARI MOTIVATOR MANAPUN

Sebagai orang kristiani tentu saja kita pun mengakui bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, bahkan lebih dari itu kitapun mengakui bahwa Yesus adalah Jurus Selamat, bahwa Yesus adalah Mesias yang telah menghapuskan segala dosa-dosa kita. Keyakinan kita lebih dari dalam dari pengakuan iblis.

Jika kita mengamati gaya Yesus, nampaklah jelas bahwa Dia bukanlah sosok yang suka berteori saja. Kecaman-kecaman Yesus kepada ahli Taurat dan orang-orang farisi setidaknya menunjukkan ketidaksetujuan sikap Yesus terhadap sikap mereka yang dikecamnya sebagai sikap yang munafik. Yesus melihat pengakuan, keyakinan dan kepercayaan bukan pada pernyataan yang keluar dari mulut, tetapi dari dalam hati. Yesus selalu melihat ke dalam dan bukan sekedar mengamati apa yang ada di permukaan. Jika Yesus melihat keyakinan iman kita, Dia pun akan masuk ke dalam hati kita dan mengamati segala yang ada di sana. Sekiranya kita mau menyelami, mengamati isi hati kita sendiri, persis seperti itulah yang terpampang di depan Tuhan. Tak ada yang tersembunyi dari-Nya.

Mungkin kita tidaklah seburuk orang-orang farisi dan para ahli Taurat, terlebih seburuk iblis. Namun, yang ada di dalam hati kita adalah kelemahan-kelemahan, ketidakberdayaan dalap menghadapi kenyataan hidup ini. Menyadari kelemahan dan ketidakberdayaan kita, adalah batu pertama dari bangunan yang apa adanya. Melalui kesdaran inilah kita dimampukan untuk melihat betapa kasih Allah selama ini telah menopang hidup kita. Betapa selama ini Dia telah memainkan peranan penting dalam kehidupan kita. Maka dengan penuh kesadaran, dengan penuh ketulusan kita mengungkapkan syukur kita. Pada saat kita semakin mampu merasakan seluruh kasih Allah, maka tanpa harus dipaksa, tanpa harus dihimbau atau dianjurkan, kasih itu akan terungkap dan terpancar dari setiap gerak langkah kita secara otomatis. Lambat laun, kasih itu menjadi sifat yang melekat dari hidup yang penuh syukur.

Menerima kelemahan dan ketidakberdayaan munkin sikap yang tolol. Namun tidak menyadari kelemahan dan ketidakberdayaan kita, lebih tolol lagi. Menyadari bukan berasti pasrah terhadap kelemahan dan ketidakberdayaan. Menyadari akan mengangkat kesadaran kita akan peran Dia dalam seluruh kehidupan kita.

Refleksi Diri:
Motivasi adalah daya dorong untuk berbuat segala sesuatu. Selami ini aku diarahkan untuk menjadi kuat, untuk berkata 'tidak' pada ketidakberdayaan. Begitulah menjadi seorang pejuang, pantang untuk menyerah. Maka sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa Yesus ditangkap, diadili dan dihukum mati. Selalipun Yesus kemudian bangkit, tetapi sikap menyerah dan mandah begitu saja, tetapi tidak bisa kumegerti.

Apa yang terjadi pada Yesus, apa yang dianjurkan oleh para motivator seolah bertolak belakang. Yang satu tidak melawan, yang satu berjuang dengan penuh semangat. Yang satu membiarkan diri terikat dan disiksa, yang satu berusaha melawan. Yang satu membiarkan diri mengalami kematian, yang satu mempertahankan kehidupan. Sepintas memang demikian, tetapi itu hanya sepintas. Demikian lemahkan Yesus? Demikian takberdayakah Dia? Dia adalah yang Kudus dari Allah, bagaimana mungkin Dia akan selemah itu? Pasti ada sesuatu yang tidak aku lihat, pasti ada rencana yang tak mampu kuselami.

Yesus adalah Terang, Dia menyadari benar hal itu. Dengan mudah pula aku memahami bahwa terang itu tentu berlawanan dengan gelap. Ketika terang datang, kegelapan akan menyingkir. Ketika terang redup, kegelapan akan datang. Iblis adalah penguasa kegelapan, ia ada di sisi seberang dari Terang Allah yang ada pada diri Yesus.

Rupanya kegelapan inilah yang didatangi oleh Yesus dengan kematian-Nya. Dia datang dengan berani dan penuh kesadaran Dia memasuki kegelapan di mana seharusnya manusia berada dan mengangkat kemanusiaan di sana. Rupanya, apa yang sepintas demikian lemah itu ternyata demikian kuat. Apa yang tampak demikian tak berdaya itu ternyata demikian luar biasa. Motivasi yang ada pada Yesus Kristus melebihi konsep motivator manapun.

(Sebuah Refleksi dari Luk 4:31-37)




{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar