Persoalan yang selalu dan selalu terulang dalam diriku adalah, aku lebih mengungkapkan diriku, ke-aku-anku, harga diriku, kemampuan-kemampuanku, daripada mengungkapkan kasih-Nya. Sekalipun Dia sudah memberi petunjuk bagiku itu teramat sulit untuk kulakukan. Aku tumbuh sebagai sebuah pribadi yang demikian lekat dengan diriku sendiri, dengan kebutuhan akan perhatian, penghormatan, dan pengaguangan dari orang lain terhadap diriku. Maka hidupku lebih banyau kujalani seturut kehendak-ku dan bukan seturut kehendak-Nya.
Percayakah aku? Ya.....di bibir aku mengaku percaya, tetapi ternyata aku kurang berani mempercayakan hidupku kepada-Nya. Aku lebih mempercayakan hidupku pada dunia, pada orang lain yang bisa memenuhi kebutuhanku, pada uang dan harta yang bisa menjamin hidupku.
Ketika aku mulai menyadarinya, ternyata aku lebih terarah pada satu keyakinan bahwa hidup adalah saat ini sekarang ini. Maka meski mungkin terlambat, aku mencoba untuk mengalihkan arah dan memusatkan pandangan pada janji-Nya akan kehidupan kekal. Aku mulah belajar berlatih untuk menjadi ungkapan kasih-Nya. (Sebuah Refleksi dari Luk 7:31-35)
{Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar