Jumat, 07 Maret 2014

KARYA TUHAN

Matahari mulai mengintip dari balik awan dengan malu-malu mulai menampakkan kecemerlangan wajahnya dari balik dedaunan pohon rimbun depan rumah tempat tinggalku. Perlahan kehangatan cahayanya mengusir udara subuh dan membuyarkan udara yang dingin. Sinarnya perlahan-lahan menerobos di semua penjuru jagat raya. Tampak panorama elok di ufuk timur. Keindahan fajar yang mempesona saat merasakan tetes embun di rerumputan menyegarkan kulit. Demikianlah suasana pagi yang menyapa hidup, selagi dapat dan mau merasakan keindahan alam ini. Nikmati dan resapkanlah betapa setiap hari yang tak pernah sama mampu membuat kita terpesona, membuat kita mengagumi betapa indahnya ciptaan TUHAN. Bahkan termasuk kita sendiri. Kita. Masing-masing dalam seluruh. Seragam dalam keberagaman. Berbeda tetapi satu.

Bukankah hidup bergerak sejajar dalam waktu, maju dan maju terus ke depan, tanpa akhir yang pasti walau masing-masing memiliki ujungnya sendiri. Maka siapa pun yang saat ini membanggakan kehidupannya, atau menyesalkan kehidupannya, patutlah belajar dari perubahan-perubahan yang terjadi setiap saat di sekelilingnya. Perubahan yang terkadang sangat kecil, tetapi selalu dan selalu terjadi. Setiap detik berlalu takkan pernah kembali. Setiap detik datang selalu berbeda. Perubahan dan perubahan, hanya itu yang ada dan terus ada. Hanya perlu kepekaan agar dapat menikmati indahnya perubahan yang setiap saat terjadi. Hanya butuh kesadaran untuk memahami dan menyerap keindahan yang diberikan secara cuma-cuma oleh dunia ini. Dan kita, yah kita semua, memiliki anugerah itu. Hanya seringkali kita tidak menyadarinya. Atau seringkali melupakannya karena kepentingan diri jauh lebih diutamakan daripada keindahan semesta. Sayang, sungguh sayang.....

Kita hidup di dalam pergulatan menjalani kenyataan yang ada sehari-hari. Tetapi kita semua juga hidup bersama keinginan, ambisi, hasrat dan gairah untuk apa dan bagaimana keinginan kita dapat diraih. Acapkali tanpa menyadari bahwa perjalanan hidup kita sejajar dengan perjalanan hidup sesama, bahkan perjalanan peristiwa lingkungan dan alam semesta. Sebab pikiran kita telah menciptakan semesta lain yang kadang kala demikian melelapkan kesadaran kita pada dunia ini. Tetapi bukankah hidup ini sesungguhnya tidak akan pernah terlepas dari apa yang ada di sekeliling kita. Bahwa kita semua saling terkait, saling membutuhkan, saling terikat satu sama lain dalam perjalanan melewati waktu dan ruang yang demikian tak mungkin diprediksi. Dan di atas segalanya, bukankah kita hanya secuil debu di luasan semesta raya yang belum atau takkan mampu kita ukur. Hanya setitik noktah dalam garis panjang sang waktu yang belum atau tidak dapat kita pastikan ujungnya.

Matahari mulai menampakkan cahaya dan kehangatannya kepada kehidupan di atas bumi yang biru kecil ini. Matahari yang tak pernah memilih kepada siapa ia memberikan cahaya dan kehangatannya. Matahari yang demikian gemilang di langit biru dan hadir setiap saat dalam waktu yang seharusnya, walau kadang awan mendung menutupi wajahnya. Semuanya indah. Semuanya punya guna. Semuanya tidak sia-sia. Hanya kadang kala kita lupa atau mungkin juga malas untuk menyapanya. Hanya kadang kala kita lebih suka bersembunyi di ruang sempit kamar kita yang sunyi, gelap dan tenggelam hanya untuk diri kita sendiri. Kita tidak sendirian. Kita tidak pernah sendirian. Tidak pernah sendirian. Marilah menyapa kehidupan yang indah ini dengan melupakan sejenak segala kepentingan diri, segala hasrat dan keinginan kita, segala ambisi dan cita-cita kita. Menyambut kehadiran pagi sama seperti kita sambut kehadiran malam.


Yustinus Setyanta
Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar