Jika Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Sumber Air Hidup, maka bisa kita bayangkan bahwa dari dalam diri-Nya air kehidupan memancar dan terus memancar, mengalir dan terus mengalih. Tidak ada alasan bagi kita untuk membuat bendungan supaya air-Nya hanya untuk kita nikmati atau khusus untuk kelompok kita saja. Seberapa pun besar bendungan yang kita buat tidak akan bisa menampung seluruh air kehidupan yang DIA pancarkan. Tidak ada alasan pula bagi kita untuk mempersalahkan orang lain yang ikut menikmati karena tidaj minta ijin dari kita yang mengaku sebagai kelompok pengikut Yesus. Justru melalui kitalah air kehidupan itu mestinya mengalir semakin jauh dan berarti bagi semakin banyak orang.
Tidak ada alasan pula bagi kita untuk khwatir bahwa air kehidupan yang berasal dari-Nya akan habis, akan kering dan berhenti memancar. Tidak ada alasan untuk takut suatu saat kita akan kehausan karena sumber air itu menjadi kering. Jika hidup kita menjadi kering, jika kita merasa haus atau dahaga dan tidak mengalami kesegaran, maka yang perlu kita pertanyakan adakah dimana kita sekarang berada. Adakah kita berada di dekat Yesus sang Sumber Air Hidup, ataukah kita berada jauh dari-Nya? Adakah relasi kita dengan-Nya cukup baik ataukah mungkin ada retak bahkan terputus sama sekali?
Kita telah dilahirkan kembali di dalam Roh. Di dalam diri kita ada roh yang menjadi pintu yang selalu terbuka bagi rahmat-Nya. Maka biarkan pintu itu senantiasa terbuka, dan jangan sekalipun kesombongan kita menjadi penghalang bagi terbukanya pintu rahmat. Jangan sekalipun kepentingan diri menjadi tabir yang menghalangi rahmat kasih-Nya. Dan....jangan sekali kita merasa bahwa kita telah penuh sehingga menolak aliran rahmat yang datang dan selalu datang.
Roh Kudus adalah pintu yang terbuka dimana rahmat Allah mengalir masuk dan juga mengalir keluar melalui kita. Kesegarannya akan selalu kita rasakan, keindahannya akan selalu mewarnai hidup kita. Gemericik aliran rahmat itu akan selalu menghidupkan kita. Jika Yesus adalah Sumber Air Hidup maka kita pun akan menjadi terminal-terminal kecil yang mengalirkan Air Hidup bagi orang lain. Bersama DIA dan di dalam DIA, kita akan menjadi sumber air kehidupan yang tak akan pernah kering di sepanjang jaman.
Yustinus Setyanta
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar