jika yang menggerakkan matahari di mataku:
Rekah bibirmu. Sudah sekian rupa cipta kataku
demi menyatakan kebenaran niat kepadamu
Betapa dekatnya jurang curam yang menunggu
untuk menelanku jika sekedip saja langkahku
Dan kalah pada prasangka kotor di lingkupmu
yang seolah mencemarimu sekian waktu
Sekali ini, dengarkan aku: ingat-ingatlah
Rekah bibirmu yang memahat kelopakku
Menjadi relief-relief perjalanan
Penuh syukur aku
berdiri di muka kehidupan
Memandangmu serta sekalian
dengan getar jiwa yang penuh
Sambil kidungkan doa
demi daya hidup
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar