Minggu, 17 Januari 2016

PUISI MOTHER TERESA

Dalam keheningan perjalanan pertama yang sangat jauh meninggalkan (Loreto) menuju Benggala India, selama lima pekan. Pada 6 Januari 1929, ketika kegembiraan dan kesedian bercampur aduk dalam hatinya menyalurkan perasaannya dalam sebuah puisi: 

SELAMAT TINGGAL

Kutinggalkan rumahku yang kusayangi 
Dan tanah kelahiranku yang permai 
Ke Benggala yang panas dan gersang 
Nun jauh di pantai sana. 
Kutinggalkan teman-teman lamaku 
Kutinggalkan keluargaku dan rumahku 
Hatiku menghelaku ke depan 
Tuk melayani Kristusku. 

Selamat tinggal bunda terkasih
Semoga Tuhan Senantiasa bersamamu
Kuasa yang lebih tinggi menghendaki aku 
Tuk pergi ke India yang panas dan kering. 
Kapal bergerak perlahan-lahan ke depan 
Meninggalkan buih-buih ombak di buritan, 
Ketika untuk terakhir kalinya kupandang 
Pantai Eropa tersayang di sana. 

Berdiri dengan berani di geladak 
Dalam kegembiraan, dalam kedamaian hati, 
Kebahagiaan murid kecil Kristus 
Calon mempelai-Nya yang baru. 
Di tangannya sebuah 
Salib besi Tempat sang Juru Selamat bergantung, 
Sementara jiwanya masih bergejolak 
Merenungkan pengorbanan pedihnya. 
“YA Tuhan, terimalah pengorbanan ini 

Sebagai tanda cintaku, 
Tolonglah aku ciptaan-Mu 
Untuk memuliakan nama-Mu! 
Sebagai balasan, aku hanya meminta-Mu, 
Bapa kami semua yang paling baik: 
“Perkenankan aku menyelamatkan setidaknya 
Satu jiwa Yang telah Engkau ketahui”. 
Sehalus dan semurni embun musim panas 
Air mata hangatnya yang lembut mulai mngalir, 
Menyiram dan menyucikan 
Pengorbanannya yang memedihkan. 

(Mother Teresa) 

+ + + + + + + + + + + +

Ada dua kalimat yang sangat saya sukai dalam puisi diatas:
 
1. Kebahagiaan murid kecil Kristus. Calon mempelai-Nya yang baru Lihatlah sahabat, begitu rendah hati nya sosok Mother Teresa, beliau mengagap dirinya hanyalah "murid kecil Kristus". Bandingkan dengan keadaan di sekitar kita saat ini, banyak orang-orang yang menjuluki diri nya sendiri hamba Tuhan yang besar, hamba Tuhan yang sangat terurapi, dan hamba Tuhan yang terbekati. Sungguh ironis, yah buat saya semua itu sunggu sangat ironis. Apakah kita semua telah lupa akan perkataan Yesus dalam Kitab Lukas 17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Apakah kita telah lupa, atau memang kita sengaja pura-pura menjadi lupa? 

2. “Perkenankan aku menyelamatkan setidaknya satu jiwa yang telah Engkau ketahui”. Kita sama-sama tahu apa yang telah Mother Teresa lakukan di negara India untuk kemuliaan Tuhan. Hanya sebuah karya misi kecil pada awal nya diwilayah India, lalu pada akhir nya meluas dan tersebar hingga keseluruh dunia melalui Ordo Misionaris Cinta Kasih. Dibalik karya Mother Terasa yang bisa kita lihat saat ini, tampak sebuah kisah kerendahan hati nya "perkenankan aku menyelamatkan satu jiwa". Matius 23:11-12 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan Sungguh karya Tuhan terjadi, karya Tuhan yang dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia bukan hanya oleh orang-orang percaya saja. Karya Tuhan melalui hamba-Nya murid kecil Kristus yang diawali kesederhaan hati ingin memenangkan satu jiwa saja. Kau luar biasa, Bapa, memakai orang-orang yang Kau pilih secara langsung dengan segala kerendahan hati yang mereka miliki. Ubahlah kami seturut kehendak-Mu, agar kami memiliki kerendahan hati seperti yang Kau inginkan dan dapat berkarya bagi sesama kami untuk kemuliaan nama-Mu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar