Ada pangalaman menarik yang diceritakan oleh John Gary dalam buku Men Are From Mars, Women Are From Venus. Ketika melahirkan, sang istri, Bonnie, mengalami luka persalinan yang menyakitkan sehingga harus menelan pil anti sakit terus menerus sampai lukanya sembuh. Suatu hari ketika John sedang di kantor, Bonnie kehabisan pil. Pada kakak iparnya yang berkunjung, Bonnie minta dibelikan pil. Ternyata kakak ipar perempuan lupa, dan Bonnie menderita kesakitan sepanjang hari.
Pulang kantor John langsung kena damprat Bonnie. Tentu saja John jadi berang karena merasa tidak tahu apa-apa. Pertengkaran tak bisa dihindarkan. John yang sedang lelah segera bersiap meninggalkan rumah. Tapi Bonnie menahannya. "John, aku sakit dan berhari-hari tidak dapat tidur. Tolong dengarkan aku," kata Bonnie menangis. John tidak jadi pergi.
"John Gery, kau cuma jadi sahabat di kala senang. Tapi di kala aku sedih, kau malah meninggalkan aku. Sekarang ini aku membutuhkanmu. Tolonglah, peluk aku......" Beberapa menit dalam pelukan suaminya, emosi Bonnie mereda. "Ternyata ia cuma ingin saya peluk. Sebagai pria saya tidak mengetahui bahwa sentuhan, pelukan, dan perhatian merupakan hal yang penting baginya," kata John.
- Berbeda Namun Setara.
This is the great distinction between sexes Men see objects, women see the relationship between objects Whether the objects need each other, love each other, match each other It is an extra dimension of felling we men are without and one that makes war abhorrent to all real women and absurd.
(Ini adalah perbedaan besar antara pria dan wanita / Pria melihat objek, wanita melihat hubungan antara objek itu / Apakah objek itu saling membutuhkan, mencintai, atau cocok / Perasaan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh pria / dan sesuatu hal yang mengakibatkan pertengkaran yang dibenci semua wanita sejati, dan sesuatu hal yang bersifat aneh).
Puisi karya John fowles (70 tahun) yang dikutip dalam makalah seorang guru besar Jurusan Statistika FMIPA-IPB (yang tidak saya sebutkan namanya disini) "Ya Kartini, Sadarilah Kekuatan dan Kalemahanmu!" menujukan bahwa perempuan dan laki-laki sebagai makhluk manusia memang berbeda. "Sebagai makhluk yang setara, keduanya dilengkapi dengan otak. Namun cara bekerja otak lelaki dan otak perempuan tidak seluruhnya sama. Itu menyebabkan perbedaan dalam bersikap, bernalar, dan lain sebagainya"
Para ilmuwan yang melakukan penelitian secara intensif fungsi belahan otak. Berdasarkan hasil penelitian yang saya baca di sebuah majalah menyatakan bahwa otak manusia dibagi dalam dua belahan, yaitu otak kiri dan otak kanan.
Otak kiri punya kemampuan melakukan pendekatan pemecahan masalah berdasarkan fakta, analisi, tahap demi tahap, perhitungan angka-angka, lalu menyatakan dengan menunjukkan fakta disertai urutan yang logis. Sedangkan otak kanan bekerja berdasarkan spontanitas yang ada dalam pikiran, imajinasi, bentuk, suara, dan gerakan, lalu dikonsepkan dalam intuisinya. Untuk mengetahui kerja otak cukup mudah. Jika Anda berteriak ketakutan dan merasa ngeri melihat suatu kecelakaan di jalan raya, berarti Anda berpikir dengan otak kanan saat itu. Tapi teman Anda tenang-tenang saja dan hanya mengamati, berarti yang bekerja adalah otak kirinya.
Telah dibuktikan bahwa pola berpikir pada lelaki dewasa berbeda dengan perempuan dewasa. Hal ini terungkap dari hasil otopsi otak manusia, bahwa corpus callosum (jaringan sayaraf penghubung kedua belahan otak) pada perempuan lebih besar dibanding pada lelaki. Ini menunjukan bahwa pada perempuan koordinasi antara otak kiri dan kanan berlangsung lebih cepat dan lebih efesien. Penelitian dengan teknologi penginderaan mutahir yang mengunakan FMRI (function magnetik resonance imaging) dan PET (positron emmission tomography) juga mengungkapkan adanya perbedaan pola berpikir pada perempuan dan lelaki. Dalam artikel Sex differences and Brain Organization yang dipublikasikan dalam jurnal The Behavioral and Brain Sciences menjelaskan bahwa laki-laki cenderung menggunakan satu belahan otak dan perempuan cenderung menggunakan kedua belahan otak.
Dalam buku Taching for the Two Sided Mind: A guide to Right Brain/Left Brain Education mendeskripsikan bahwa belahan otak kiri memiliki kemampuan analistis, dan belahan otak kanan memiliki kemampuan untuk berpikir sintetis. Oleh karena itu pada otak kiri tedapat proses berpikir yang linier dan sekuensial (bergerak secara bertahap). Belahan ini sangat efektif untuk memroses infomasi yang bersifat verbal. Sedangkan pada belahan otak kanan terdapat kemampuan berpikir yang menyatukan bagian-bagian untuk membentuk konsep keseluruhan yang utuh tanpa terikat oleh langkah-langkah yang terstruktur atas dasar waktu maupun ruang. Pemakaian kedua belahan otak oleh perempuan menunjukkan bahwa dalam bertindak, perempuan juga menggunakan perasaannya. Hal ini juga merupakan kelemahan sekaligus juga kekuataan bagi perempuan. "Kelemahan, karena ia mudah terpengaruhi perasaannya oleh infomasi yang berlebihan sehingga perempuan sulit memisahkan perasaan dari nalar. Kekuataan; karena dengan perpaduan itu ia lebih terampil meredam permusuhan dan mengupayakan perdamaian".
Karena perempuan menggunakan nalar dan perasaan sekaligus, kita boleh bangga dengan kelebihannya: ia bisa menjadi sahabat yang baik, ia bisa menjadi pendidik yang lebih terampil. Dalam mendidik anak pun seorang ibu berkomunikasi dengan nalar dan perasaan. Ibu tak hanya memberi cinta dan sayang tetapi juga mengajarkan rasa cinta dan kasih sayang pada anaknya.
Otak kiri punya kemampuan melakukan pendekatan pemecahan masalah berdasarkan fakta, analisi, tahap demi tahap, perhitungan angka-angka, lalu menyatakan dengan menunjukkan fakta disertai urutan yang logis. Sedangkan otak kanan bekerja berdasarkan spontanitas yang ada dalam pikiran, imajinasi, bentuk, suara, dan gerakan, lalu dikonsepkan dalam intuisinya. Untuk mengetahui kerja otak cukup mudah. Jika Anda berteriak ketakutan dan merasa ngeri melihat suatu kecelakaan di jalan raya, berarti Anda berpikir dengan otak kanan saat itu. Tapi teman Anda tenang-tenang saja dan hanya mengamati, berarti yang bekerja adalah otak kirinya.
Telah dibuktikan bahwa pola berpikir pada lelaki dewasa berbeda dengan perempuan dewasa. Hal ini terungkap dari hasil otopsi otak manusia, bahwa corpus callosum (jaringan sayaraf penghubung kedua belahan otak) pada perempuan lebih besar dibanding pada lelaki. Ini menunjukan bahwa pada perempuan koordinasi antara otak kiri dan kanan berlangsung lebih cepat dan lebih efesien. Penelitian dengan teknologi penginderaan mutahir yang mengunakan FMRI (function magnetik resonance imaging) dan PET (positron emmission tomography) juga mengungkapkan adanya perbedaan pola berpikir pada perempuan dan lelaki. Dalam artikel Sex differences and Brain Organization yang dipublikasikan dalam jurnal The Behavioral and Brain Sciences menjelaskan bahwa laki-laki cenderung menggunakan satu belahan otak dan perempuan cenderung menggunakan kedua belahan otak.
Dalam buku Taching for the Two Sided Mind: A guide to Right Brain/Left Brain Education mendeskripsikan bahwa belahan otak kiri memiliki kemampuan analistis, dan belahan otak kanan memiliki kemampuan untuk berpikir sintetis. Oleh karena itu pada otak kiri tedapat proses berpikir yang linier dan sekuensial (bergerak secara bertahap). Belahan ini sangat efektif untuk memroses infomasi yang bersifat verbal. Sedangkan pada belahan otak kanan terdapat kemampuan berpikir yang menyatukan bagian-bagian untuk membentuk konsep keseluruhan yang utuh tanpa terikat oleh langkah-langkah yang terstruktur atas dasar waktu maupun ruang. Pemakaian kedua belahan otak oleh perempuan menunjukkan bahwa dalam bertindak, perempuan juga menggunakan perasaannya. Hal ini juga merupakan kelemahan sekaligus juga kekuataan bagi perempuan. "Kelemahan, karena ia mudah terpengaruhi perasaannya oleh infomasi yang berlebihan sehingga perempuan sulit memisahkan perasaan dari nalar. Kekuataan; karena dengan perpaduan itu ia lebih terampil meredam permusuhan dan mengupayakan perdamaian".
Karena perempuan menggunakan nalar dan perasaan sekaligus, kita boleh bangga dengan kelebihannya: ia bisa menjadi sahabat yang baik, ia bisa menjadi pendidik yang lebih terampil. Dalam mendidik anak pun seorang ibu berkomunikasi dengan nalar dan perasaan. Ibu tak hanya memberi cinta dan sayang tetapi juga mengajarkan rasa cinta dan kasih sayang pada anaknya.
- Senang Berbagi
Wanita sejak lama dicap tukang gosip, baik di arisan, di kantor, atau di lingkungan rumah. Meskipun menyebalkan, sindiran itu tidak salah. Secara garis besar pria lebih dominan belahan otak kirinya, sedangkan wanita lebih dominan belahan otak kanannya. Dengan demikian pria lebih menonjok dalam solusi hal masalah, sedangkan wanita umumnya mengutamakan berbagi rasa (sharing).
Perbedaan ini bisa menjelaskan persoalan John dan Bonnie dalam buku Men are from Mars, Women are Venus, yang disebut diawal tulisan di atas. Dengan kemarahan dan keluhannya, sebenarnya Bonnie hanya ingin berbagi rasa dengan suaminya. Tapi John justru merasa Bonnie menyalakannya. Dan ia mengambil jalan sepihak: meninggalkan rumah. "Jika menemui masalah, pria akan bersembunyi di dalam gua sampai ia menemukan pemecahannya. Sedangkan wanita akan membicarakannya".
Hal ini juga dialami teman saya yakni pasangan Harry dan Indri. Jika indri yang ibu rumah tangga menggakui lebih baik marah dari pada diam saja. "Bisa sakit saya kalau diam," kata mbak Indri. Sedangkan mas Harry "Sebelum kemarahan saya meledak, saya pikir dulu kenapa bisa terjadi begitu, dan marah pun nggak asal marah," ujarnya.
Begitu pula pengalaman Julian, "Seorang teman perempuan saya langsung melabrak orang itu begitu mendengar dirinya diomongin. Ia bukannya mencari tahu kebenaran atau sebabnya," ujarnya. Dalam pengalaman cinta Julian menuturkan, "Perempuan maunya mendengar lakinya menyatakan cintanya dengan kata-kata tidak cukup hanya satu, dua kali. Kadang malah bertanya, 'Sebenarnya kamu cinta nggak sih sama saya?' Pertanyaan itu diulang-ulang melulu, 'Sebenarnya kamu percaya nggak sih sama saya?'"
Wanita membutuhkan cinta yang penuh perhatian, pemahaman, dan rasa hormat. Sedangkan lelaki membutuhkan cinta yang penuh kepercayaan, penerimaan, dan penghargaan. Nah, dengan memahami fungsi otak Anda, maka Anda akan lebih memahami diri Anda (yah, syukur-syukur pertengkaran dengan si dia menjadi berkurang).
- Secara Hormonal
Pengaruh hormon yang membuat pria dan wanita berbeda, juga tak kalah penting. Hormon wanita, estrogen, punya pengaruh terhadap perkembangan fisik wanita sehingga berbeda dengan pria. Selain itu, estrogen juga berpengaruh tehadap sexs sekunder (suara khas wanita, payudara membesar, dan lainnya), siklus haid, dan secara tidak langsung mempengaruhi emosi wanita: meningkatkan rasa percaya diri, membuat gembira, optimis dan energik. Menjelang haid, wanita mengalami pre menstrual syndrome (PMS). Pada saat-saat itu estrogen membuat wanita menjadi sangat sensitif, mudah marah dan sedih, cenderung depresi, dan merasa kurang nyaman. Tapi di saat ovulasi, di mana sekresi estrogen mencapai titik tertinggi, justru pengaruhnya tak terlihat.
Estrogen dalam pembulu darah, juga punya pengaruh. Ia menekan kadar kolestrol dalam darah, dan dengan sendirinya menghambat terjadinya atherosclerosis (penyempitan pembulu darah karena penumpukan lemak). Agaknya tingginya kadar estrogen inilah yang menjadi alasan mengapa insidensi serangan jantung dan komplikasi berbagai penyakit pembulu darah lebih rendah lebih rendah pada wanita dibanding pada pria.
Perbedaan itu bukan penghalang atau saling serang akan kekurangan masing-masing karena keduanya saling membutuhkan dan sejatinya pria dan wanita dipanggil untuk menanggapi rencana-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya.
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar