Rabu, 21 Januari 2015

PERISTIWA YANG LUAR BIASA

     Mukjizat adalah kata yang digunakan untuk menyebut suatu hal atau peristiwa yang luar biasa dan tidak masuk akal sama sekali. Mukjizat menjadi suatu hal yang irasional, entah...bagaimana, tetapi terjadi. Peristiwa Yesus menggadakan lima roti dan dua ikan hingga dapat memberi makan 5000 orang lebih selama berabad-abad diyakini dan dipercayai orang bahwa hal tersebut terjadi (Mrk 6:34-44). Bagaimana kita sebagai orang kristiani yang hidup di jaman modern yang notabene mengukur segala sesuatu dengan kacamata rasio/akal ini melihat mukjizat yang di lakukan oleh Yesus tersebut?.

     Mungkin ada yang tidak percaya dan memandang peristiwa tersebut hanyalah dongeng semata untuk menguatkan kepercayaan bahwa Yesus Sang Mesias. Namun ada pula yang mencoba untuk merealiskan peristiwa tersebut dengan hanya mengambil inti persoalan dan kesudahannya. Intinya peristiwa itu ingin menggambarkan semangat berbagi dan sudah. Hanya dengan tahu bahwa mukjizat penggandaan roti maknanya adalah agar kita memiliki semangat berbagi, lalu kita sudah merasa paham dengan nas tersebut.

     Tidak bisa disangkal bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiahnya menggiring semua orang untuk berpikir seturut metode ilmiah. Berpikir dengan mendasarkan diri pada data/pengamatan, menghubungkannya dengan dengan sebuah metode, menganalisis dan menarik kesimpulan berdasarkan logika. Nalar/logika menjadi dasar pijak kebenaran, hal yang berada di luar jangkauan nalar untuk sementara dikotakkan ke dalam peti yang berlebel 'irasional' dan kebenarannya masih di pertanyakan.

     Orang semakin tidak mampu melihat mukjizat namun tidak bisa disangkal pula bahwa orang semakin ingin mengalami mukjizat. Maka kemunculan ilusi, metalist, sulap, metapfisik, dan hal-hal yang spektakuler ingin dilihat dan dialami. Dorongan rasa penasaran untuk mengetahui hal-hal di luar jangkauan nalar manusia tetap ada. Menjadi yang luar biasa, mengalami hal yang luar biasa menjadi idaman, sementara hal-hal yang biasa berlalu begitu saja tanpa diperhatikan. Orang berlomba untuk membicarakan hal yang luar biasa yang dia alami dan tidak perduli akan hal-hal yang biasa yang telah dia lalui.

     Terpaku pada mukjizat membuat mata kita tertutup untuk melihat keseluruhan proses yang terjadi. Peristiwa penggandaan roti dan ikan, diawali dari tergeraknya Yesus oleh rasa belas kasihan, 'ketika Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Selanjutnya Yesus menyuruh para murid untuk memgumpulkan apa yang ada, sekalipun tidak cukup dan sangat terbatas tetapi Yesus menerimanya. Yesus kemudian menegadah ke langit, mengucapkan berkat, memecah-mecah lalu memberikan kepada para murid untuk dibagikan.



Refleksi:
     Roti itu adalah hidupku, ikan itu adalah hidupku. Didorong oleh belas kasih-Nya maka Yesus meminta agar aku datang kepadaNya. Dia tetap menerima aku apa adanya, dalam kekurangan maupun keterbatasan ku, sebagaimana Dia tetap menerima lima roti dan dua ikan. Dia akan memegang aku dengan kedua tanganNya, memberkati hidupku untuk memecah-mecahnya dan membagikan hidup ku untuk sesama melalui gereja. Keberanian untuk datang kepada Yesus Kristus sebagai roti dan ikan, adalah keberanian untuk menjadi ungkapan kasih-Nya. Kerelaan untuk dipecah dan dibagikan adalah wujud kesediaanku memanggul salib.





{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar