".......... Aku mau, jadilah engkau tahir......." (Luk 5:12-16)
REFLEKSI:
"Aku mau, jadilah engkau tahir."
"Maaf Tuhan, apa artinya menjadi tahir untuk hidupku saat ini?"
KataNya lagi...
"Aku mau, jadilah engkau tahir."
Kalimat itu menggema dan menyusup di relung-relung kesadaranku. Aku diam. Diam dalam hening, membiarkannya menyusup kian dalam. Kata "Aku mau......." itu bergaung penuh tekanan. Ada sesuatu mendorong dan memberi isi dari dua kata yang diucapkanNya. Aku masih diam, kian memperhatikan sesuatu yang mendorong kata "Aku mau" itu. Ada getaran yang perlahan membesar dan terus membesar. Getaran itu menggetarkan hati, dan seluruh sel dalam tubuhku. Kucoba untuk merasakan getaran itu, karena sepertinya aku pernah merasakan getaran yang sama. Kucari kapan saat getaran yang sama itu pernah muncul dan aku rasakan. Aku ingat. Kuingat benar getaran yang mirip sama itu, dulu yakni saat tangan ibuku, tangan ayahku, tangan orang yang terdekat denganku membelai rambutku ketika aku menjalang tidur, atau dikala aku duduk di sampingnya. Getaran itu adalah getar-getar kasih.
"Aku mau........."
kata itu penuh getaran kasih. Yang manghangatkan. Kata itu didorong oleh rasa kasih yang dalam. Kata itu adalah ungkapan kasihNya. Kubiarkan, kubiarkan terus getaran kasih itu semakin membesar dan memenuhi seluruh rongga hidupku. Kubiarkan kasih itu ketika getarannya menyingkirkan keinginanku untuk berpikir, kubiarkan getaran itu menghalaui kepandaian, pengetahuan, dan mengusir pergi kesombonganku.
Aku diam tanpa berpikir, diam dalam hening. Aku hanya merasakan dan terus merasakan. Kasih itu membawa suasana hangat, nyaman, tenang. Getaran kasih itu meneggelamkan aku dalam perasaan yang dekat denganNya. Kasih itu membuat aku berdiri di tengah ruangan dimana Dia memeluku erat sebagai Bapa, dan ruangan itu kuberi nama ruang pen-tahir-an.
Tetapi seandainya aku tidak merasa bersalah dan merasa
sebagai korban dari kesalahan orang lain. Maka aku pun mohon agar Dia mentahirkan
orang tersebut sehingga terbuka bagi pengampunan dari Allah. Namun
sebelum aku menunjuk orang lain, ada baiknya jika aku mulai dengan
melakukan refleksi yang mendalam atas diriku sendiri.
Ya Tuhan, aku ini orang berdosa.
Aku ada dalam kegelapan.
Datanglah Tuhan, jamahlah diriku sehingga
bolehlah aku mengalami pentahiran di hadapan-Mu. Amin.
{Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar