Jumat, 09 Januari 2015

CERPEN KEMBALI KE GALILEA

     Sobatku Nina kemarin datang ke rumahku dan minta diantar ke rumah temannya. Sebenarnya aku malas banget mengantar dia, apalagi hari sudah sore, tapi begitu melihat roman mukanya yang sedih dan pucat, aku jadi tidak tega. Akhirnya, aku keluarkan mobil di garasi dan kuantarkan dia ke rumah temannya. Di jalan, dia menceritakan padaku tentang masalah yang sedang dia alami saat itu. "Sebenarnya gue gak mau ngerepotin lu, tapi lu satu-satunya orang yang bisa gue andalkan untuk menemani gue saat ini," katanya kepadaku.
"Udah gak apa-apa, lagian percuma dong gue ngaku-ngaku jadi sobat lu, begitu lu lagi sedih malah gue tinggal. Eh, ini belok kemana?"
"Belok sini! Nah iya, terus lurus sampe ketemu rumah yang pagarnya biru. Nah itu tuh! Oke, kita udah sampe, yuk turun!" katanya setelah kami sampai. "Gue gak usah turun aja kali, gak enak ganggu lu yang mau curhat. Gue jalan-jalan saja dulu, nanti kalo lu udah selesai miscall gue aja, Ntar gue jemput lagi disini," "Alah lu pake acra gak emak segala, katanya sobat gue. Udah gak apa-apa, ikut aja, ayo masuk!" katanya sambil menarik tanganku.

      Kemudian Nina memencet bel di dekat pintu dan tak lama ada orang dengan badan tinggi besar mempersilahkan masuk. "Andra," kata temen Nina itu sambil menjabat tanganku kemudian kami masuk dan duduk di sebuah ruang tamu yang cukup nyaman. Kami ngobrol-ngobrol sebentar sampai Nina menceritakan masalahnya kepada Andra. "Sebenernya gue mau datang minggu aja, tapi rasanya dada ini udah penuh banget dan mau meledak. Gue udah ngk kuat lagi, Ndra, makanya malam-malam gini gue minta dianterin ama sobat gue ini," kata Nina sambil memandang ke arahku. "Memang bapakmu mulai neror, kalian lagi setelah kamu bersama ibu dan kedua adikmu memutuskan pergi dari rumah?" tanya Andara. "Neror sih nggak, tapi dia minta gue pulang, kan lu tau saat ini kami belum bisa pulang selama dia masih melakukan kekerasan kepada kami," kata Nina lagi. "Ya, saat ini memang kalian belum bisa pulang dan ini bukan yang pertama kalinya kalian mengalami hal ini kan? Sekarang belajalah dari pengalaman, kamu mau jatuh ke lubang yang sama untuk ke dua kalinya? Tidak kan?" kata Andra lagi. "Iya sih, tapi bagaimana pun juga dia kan bokap gue. Meski kadang dalam hati gue marah ama dia, tapi tetap aja rasa sayang itu masih ada. Selama ini bokap gue ya cuma dia, Ndra, bingung gue Ndra, kadang gue bertanya, hidup ini pilihan gue sendiri sebagai manusia bebas, atau memang sudah ditakdirkan ama Gusti Allah ya?" Tanya Nina. "Aku tau, saat ini kamu bener-bener bingung sama posisi kamu sebagai anak, memang seperti makan buah simalakama. Tapi, lihat pengalamanmu dulu dan belajarlah dari pengalaman itu. Cobalah melihat pilihan hidup begini, pilihan hidup kita akan selalu kita selaraskan dengan kehendak Gusti Allah. Bahwa apa yang kamu jalani saat ini ingin kamu jalani saat ini ingin kamu persembahkan sebagai jawaban atas perutusan Gusti Allah kepada kamu. Kamu sudah baca blog 'KalaKita' punya temanku itu kan?" tanya Andra kepada Nina.

      Kalakita adalah blog milik wawan, temannya Andra, Nina pernah memgirimkannya kepadaku dan sudah kubaca. Teman Andra menulis tentang tradisi Salubong di Filipina yaitu suatu tradisi tentang penampakan Yesus kepada Maria, Bunda-Nya setelah Dia bangkit dan kisah ini memang tidak ada di Kitab Suci. Tapi menurut Ignasius Loyola - Seorang Jesuit dari spanyol - dalam buku latihan rohaninya, dia merefleksikan bahwa Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, orang pertama yang akan Dia kunjungi pasti adalah Ibu-Nya. Kitab Suci menuliskan bahwa Dia menampakkan diri kepada para murid setelah Dia menampakkan diri pada orang banyak lainnya. Yang kemudian diartikan oleh Santo Ignasius bahwa salah satu dari orang banyak itu Bunda-Nya, Maria. Kemudian Andra melanjutkan, "Di blog itu tertulis, malaikat berkata kepada murid-murid-Nya untuk pergi ke Galilea bila mereka mau menemukan Yesus dan tidak di makam-Nya. Mengapa Galilea? Kamu tahu kan di sanalah tempat Yesus memilih murid-murid-Nya. Tempat Dia mengajar pertama kali, melakukan berbagai aktivitas, dan menyembuhkan banyak orang. Mengapa kita kemudian diajak kembali ke Galilea kita sendiri? Kamu tahu tidak makna di balik itu semua? Galilea itu sama seperti pengalaman pertama kita. Kejadian dalam hidup kita ini yang sudah pernah kita lewati bersama Gusti Allah.

      "Dengan melihat pengalaman yang lalu kita juga bisa melihat dan merasakan kembali kasih Gusti Allah kepada kita. Kamu bisa tetap ada dan terus melangkah sampai saat ini adalah berkat kasih Gusti Allah yang terus membimbing kamu. Gusti Allah sudah membantu kamu dan keluarga kamu melewati masa-masa sulit kalian sampai hari ini. Dalam hidup ada masa ketika kita jatuh, tetapi kita tidak boleh terlena, melainkan harus berani berjuang untuk bangkit lagi. Dan itu semua merupakan proses yang harus dilalui, menjadi sakit dan kecewa untuk kemudian bakit kembali meraih kebahagian dan kegembiraan. Karena hidup ini tidak seinstan seperti kita bikin mie instan kan? Dalam kesusahan yang melilit keluargamu. Gusti Allah selalu tinggal bersama kalian dengan cara-Nya yang ajaib. Gusti Allah terus-menerus membantu kalian dalam membuat keputusan yang terbaik untuk semuanya. Cobalah kembali ke Galilea hidupmu dan lihatlah pengalaman-pengalaman itu untuk membuat kamu bangkit lagi demi masa depanmu yang lebih cerah lagi. Yakin deh, di depan sana pasti ada yang terbaik untuk kalian. Ngak usah takut, karena ketakutan itu hanya ada dalam pikiran saja tepislah itu, yakinlah bahwa kamu tidak pernah sendirian. Ada Gusti Allah, keluargamu, teman-temanmu, dan sobatmu ini yang mau mengantarkan kamu malam-malam begini ketemu aku. Monggo, Mbak, disambi (Silahkan, Mbak, diminum), jangan diam saja. Cape ya dengerin aku ngomong berteori gini. Aku ini kalau sudah ngomong cerewet banget ya?" tanya Andra kepadaku. "Ahh, enggak apa! Aku juga ikut belajar kok." jawabku.

      Akhirnya, setelah puas ngobrol-ngobrol, aku dan sobatku pamit. Dalam perenunganku malam itu, aku sadar kalau selama ini aku pun jarang melihat masa laluku, jarang kembali ke Galilea hidupku sendiri. Yang bisa kulihat adalah pegalaman yang kuhadapi saat ini dan masa depanku. Tapi aku pun menyadari bahwa dalam melihat pengalaman masa lalu, aku pun perlu hati-hati agar tidak terjebak ingin kembali ke pengalaman masa lalu yang menyenangkan saja. Benar kata Andra melihat masa lalu untuk melihat kasih Gusti Allah dalam hidupku.




(Yustinus setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar