Jiwa…..
Hembusan nafas kehidupan dari Allah Bapa
Ia tak ter-benda-kan
Ia kesatuan Roh yang tak ter-benda-kan
Jiwa.....
ia kesatuan Roh
ia tidak dapat lepas dari raga
ia tinggal di dalam manusia hidup
Raga....
dia ter-benda-kan duniawi
dia tempat bagi jiwa manusia
dia bentuk pelaku pengisi duniawi
Manusia…
dia hidup dari kesatuan jiwa dan raga
dia hidup dalam alam ke-duniawi-an
dia hidup ter-benda-kan berbentuk raga
hai Jiwa Raga Manusia…
bersatu-lah
mengikuti hembusan nafas Illahi
Yesus Kristus lah pembuka jalan
tat kala…
raga…menetap di duniawi
jiwa…kembali menuju Allah Bapa
*****************
Hakikatnya dalam setiap diri manusia terdiri dari tiga bagian utama yang terpadu yaitu jiwa (sukma), jasmani (raga) dan nyawa (roh). Ada yang memberikan batasan yang sama terhadap roh dan jiwa. Padahal kedua hal tersebut (roh dan jiwa) adalah sesuatu yang berbeda hakikat. Jika kita ibaratkan dengan sebuah mesin komputer, jasmani adalah perangkat kerasnya (hardware) dan jiwa adalah perangkat lunaknya (software). Sedangkan roh adalah energi listrik yang dialirkan ke dalam perangkat-perangkat tersebut sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dengan tersusunnya manusia atas tiga substansi utama tersebut maka wajarlah jika dalam kristiani kemudian memberikan bimbingan yang terkait dengan masing-masing bagian tersebut. Dan di dalam Kitab Suci pun terdapat, berhamburan ayat-ayat yang membimbing dari ketiga bagian tersebut.
Jiwa. Merupakan sesuatu yang abstrak dalam diri manusia. Sedangkan raga sebaliknya, yaitu kongkrit, jelas, dan nyata. Gerak jiwa tidak dapat kita amati dengan panca indra. Sedangkan gerak raga sudah pasti dapat diamati. Namun meski gerak jiwa itu tidak dapat diamati secara panca indra, namun ia dapat dirasakan. Bahkan jiwa itulah yang sebenarnya menjadi penggerak dan motorik bagi raga. Jika demikian, jiwa adalah sebuah substansi yang ada dalam diri manusia. Substansi itu kemudian dituangkan menjadi raga. Namun ternyata juga tidak semua raga itu dapat merepresentasikan substansi diri kita. Ada jiwa yang hanya ada dalam jiwa itu sendiri. Memang tidak semua raga memiliki raga yang lengkap (cacat fisik) tetapi Allah Bapa tetap memberikan hati, jiwa. Sedangkan ke-cacat-an tidak hanya melulu raga/fisik.
Jiwa. Dengan jiwa manusia menyadari dirinya sebagai manusia. Dengan jiwa pula manusia menyadari hubungannya dengan manusia lain. Manusia mengetahui bahwa keberadaannya sebagai manusia adalah karena adanya manusia lain. Maka dengan jiwanya manusia menghargai dan penduli terhadap manusia lain. Tumbuhnya jiwa manusia sangat dipengaruhi oleh hasrat dan keinginannya, dan juga dipegaruhi oleh dialektikanya dengan alam dan manusia lain. Hal demikian sudah ada sebelum jiwa manusia tumbuh, bahkan sebelum raga terbentuk. Kesadaran akan hidup inilah yang dimaksud sebagai roh. Hanya dengan roh-nya manusia menyadari hidup berkaitan dengan Dia Sang Sumber Hidup. Roh memampukan manusia mengenali tujuan dari kehidupannya. Roh manusia itu berasal dari keabadian maka dia akan tetap abadi, tetapi kehidupan manusia tidak, karena dia harus mengakhirinya dengan kematian. Raga bersifat fana.
Jiwa adalah sesuatu yang membuat setiap pribadi menjadi manusia: prinsip hidup rohaninya dan keberadaannya yang tertinggi. Jiwa menyebabkan badan jasmani menjadi tubuh manusia yang hidup. Melalui jiwanya, manusia merupakan makhluk yang bisa berkata: "saya" dan berdiri di hadapan Allah sebagai individu yang tak tergantikan.
Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani. Roh manusia lebih fungsi badannya dan tidak bisa di jelaskan seperti menjelaskan susunan jasmani. Akal budi memberi tahu kita bahwa seharusnya ada sebuah prinsip rohani yang disatukan dengan badan, tetapi tidak identik dengan akal budi. Kita menyebutnya "jiwa". Walaupun beberadaan jiwa tidak bisa "dibuktikan" menggunakan ilmu pengetahun seperti halnya tubuh badani, tidak berarti bahwa manusia tidak bisa dimengerti, baik sebagai makhluk rohani mengatasi hal-hal jasmani ini. "Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan........ Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia" (Kol 1:15,16b).
Demikianlah sekilas tentang jiwa dan raga.
{Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar