Para sopir yang senantiasa berkelindan di ruas ke ruas tiap-tiap jalan penjuru kota, bahkan antar kota antar provinsi, antar daerah antar wilayah itu cukup kreatif dan berimajinasi tinggi. Siapa bilang sopir-sopir itu cuma bisa nyetir doank. Ada banyak kalimat-kalimat bijak dalam bentuk kocak tak terelakkan puitik yang unik menarik untuk disimak. Berikut beberapa postingan-postingan yang ada di bak belakang trus yang saya ingat: "Mencari Nafkah Demi Desah" "Pergi karena tugas, pulang karena beras" "Nggak pulang dicari, Pulang diomeli" "Pergi cari rejeki, pulang demi ngeloni bini" "Bojomu mantan pacarku" (suami/istimu mantan pacar aku) hehehe... Dan masih banyak lagi.
Tentu sudah tidak asing lagi bukan? Dengan tulisan-tulisan kocak di bak belakang truk. Nah, jauh-jauh hari sebelum ada media sosial seperti; Path, Twitter dan kawan-kawannya. Para mobil truk sudah menuliskan status-statusnya di bak belakang truknya. Mereka mengiasi sekalimat seturut mereka. Sepertinya pembaca diajak-mengajak, malah mesti "memfrasekan" apa yang mereka maksud dengan kalimat-kalimat pendek.
Mungkin, pada awalnya tulisan-tulisan itu adalah ungkapan-ungkapan ekspresi menghadapi tuntutan hidup. Hal-hal yang biasa, nestapa sekaligus mendera diubahnya menjadi luar biasa dan tidak terduga cenderung mengundang gelak tawa. Namun tulisan-tulisan di bak belakang truk itu semacam ada isyarat yang hendak diunggah oleh mereka dari suara hati kecil sesungguhnya semacam pelisanan mereka untuk pembaca ketahui; dari frasa-frasa, idiom, bahkan tak jarang semacam aforisma.
Dari postingan-postingan sekilas pada kendaraan umum dan truk-truk yang kecenderungan pada bagian samping atau belakang bak terbukanya itu bergambar kemudian terselipkan kalimat pendek adalah tindakan konkret mereka yang tak ubahnya para penyair atau pengarang (penulis) dalam menepis sebuah judul atau selarik syair betapa refleksi tanpa tendensi yang macam-macam. Kedinamisan terhadap permainan berbahasi itu sendiri, kadang dijumpai tulisan kalimat pendek tersebut berbentuk seperti sebaris Sepentina, ada juga Alusi, ada pula kalimat berbentuk Kuplet. Bermain frase yang cenderung seperti kita endus bak aforisma tersebuat adalah kebiasaan positif serta patut diapresiasi
Kesimpulan sederhananya sih "Bermain-main dengan bahasa memang mengasikan selain perannya sebagai komunikasi keseharian dalam formal serta non formal.
Tak sekadar berbahasa untuk mencapai titik kebersahajaan belaka, tapi kedinamisan terhadap permainan berbahasa itu sendiri. Adalah kebiasaan yang layak-layak saja atau dalam kata lain positif. Itu adalalah murni tanpa cari sensasi. Suatu bukti nyata dari pernyataan kreatif yang merupakan bentu modifikasi mobil truk ala sopir Indonesia yang patut diapresiasi.
Apakah Anda suka dengan tulisan-tulisan kalimat pendek tersebut? Atau justru malah bapar, sebal, dan nyinyir?
Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar