Minggu, 13 September 2015

.:: SAJAK LIMA RASA ::.

(1) 
Aku serius bacalah
Itu adalah pituah

Tanpa buku, kita cuma akan jadi hantu 
Itu sebabnya, di pepustakaan tak ada hantu 
Yang ada kutu Ialah di sebut kutu buku 
Hantu takut pada buku dan debu 
Mereka tahu; Kita dan buku terbuat dari debu 
Eh, sekurang-kurangnya kita dan buku tak suka debu

Buku itu jendela dunia 
    : Sebelum ada windows 
Buku itu gudangnya ilmu 
    : Sebelum ada google 
Buku itu, ya..... 
Menulis tentang kita

Saat membaca 
"Sajak Lima Rasa"

Bab satu tentang rasa sunyi 
Yang 'kan meleleh dari halaman-halaman buku 
Menagisi kurcaci dan putri salju 
Hingga sangkuriang dan dayang sumbi 
Tragedi mengasingkan buku 
Lebih sunyi dari puncak salju

Nyanyian terdengar di pucak-pucak gunung panganti sunyi itu 
Mereka merindu di hutan-hutan bambu 
Meniupi seruling sehingga merindu 
Mematuk burung sehingga berlagu

Bagi para kembara yang enggan 
Mereka melukis warna malam 
Hingga langit menutup tilam 
Dengan awan berarak pelan

"Tinggi mengeri 
Rendah mendesah"
Itu lagu menyayat tanah 
Terdengar sampai kelembah


(2) 
Kamu bilang neraka bocor 
Maka udara panas dan kotor 
Jutaan bayang tersungkur di bawah pohon 
Para pengendara mesin menghembuskan karbon

Matahari menggelinding di aspal dan beton 
Kilaunya berkaca di gedung-gedung 
Sengatnya mendarat di atap mobil 
Mencabik, menusuk kulit 

Oh, dimana kamu tukang solder ? 
Bebatuan berkilat di batang sungai 
Air mengalir keluh dan lemas 
Angin bertikai dengan daun 
Capung dan burung-burung 
Serasa hendak melepaskan sayap 
Semua ingin berendam 
Tetapi logam seperti bolhan 
Menyala disetiap lubang

Ah, kesejukan kini dalam kemasan 
Gunung dan mata air dibawa ke kota-kota 
Kenyamanan dikenai bandrol dan pejak kemewahan 
Rakyat hanya boleh menikmati keringat rasa penat mendera

Bocah-bocah tak berbusana 
Berkerumun didalam mall, tersenyum bahkan tertawa 
"Ngadem katanya"
Mereka lalu berlari 
Ke " terik matahari" 
Coba-coba pakai busana


(3) 
Senang melihatmu berkipas menanti hujan 
Melekat baju di tubuhmu dengan keringat bertetesan 
Bagai siluet di bawah pancuran 
Sexy bagai kartu undangan perkawinan

Pangilkan pawang 
atau lemparkan 
sate cabe dan bawang merah ke atas genteng 
Ah, kumandangkan doa saja

Tak dinyana berubah wajah 
Langit naik birahi 
Genteng segera basah air tumpah 
Meluncur disetiap lekukan dan pori 
Menguyur, menghanyutkan 
Sampah-sampah ke selokan

"Doamu manjur, cinta!" 
"Jadi, apa donk upahnya?"
Ikan ya, ikan bawel diasinkan
Ah,hujan memang indah
 Dengan banjir sebagai hadiah

Wah, banjir lagi 
Ya..ya..ya..banjir lagi 
Cuma bandang yang keluar batasan 
Karena sungai cemberut-kesempitan

Karena sampah ketinggalan truk 
Karena rumah-rumah mengerami 
penduduk 
Begitu deh

Segala yang kotor girang berenang 
Ikuti arus berjalan, mengambang, melayang terbang 
"Emang mau main layang-layang juga?" 
"So what? Sudah tradisi, mas bro!"


4) 
Oh sayangku, sudahlah 
Tak usah bersedih 
Semua yang hanyut tak akan kembali 
Malah harus kita syukuri

Mereka akan reuni di laut sana 
Lalu akan membahas duka-gembira kita 
Yah, tetang rasa apa saja 
atas semua yang dicinta 
atas semua yang dilupa

"Kamu ingat kado hari jadi kita?" 
"Barongsi imlek?" 
"Eh bukan! Komik donal bebek" 
"O, hanyut,itu hanyut?" 
"Bebek kok bisa hanyut?"

Sudahlah, sayangku 
Yang bersedih cuma dua:
Kalau sudah tak cinta 
Kalau sudah tak benci

Kalau sudah takdir, mau bilang apa? 
Kemaren tukang bakso cerita 
Di solo ada drakula naik kuda 
Hausnya tidak terkira 
Dia menggigit leher tumirah 
Disangkanya istri pak lurah

(pesona canda tawa dibalik layar media)


(5) 
Nah, begitu donk, tersenyum? 
Seperti kuntum melati menebar harum 
Oh.....nampak begitu anggun 
Tebarkanlah sebagian dari harta karun 
Yang tak lain adalah senyum 
Senyum untuk segala kaum 
Terlebih bagimu yang ngga' umum

Eeittttt.....gigimu besar dan bergingsul 
Lonjong kayak kapsul 
Tak usah buka mulut lebar 
Simbolis juga oke:
 Taruh tanganmu menutup bibir 
Ya...ya...sambil selfie juga oke!

Gampang kan beramal itu 
Kita gembira, bikin orang lain gembira 
Seperti obral di toko: buy one get one 
Tentu tak ada yang rugi

Tukang bakso aja bisa jadi artis 
Masak kamu tak bahagia 
Meski masih norak oke lah dia 
Jangan menilai orang dari sampul bukunya 
Tetapi tak banyak orang suka membaca buku 
Apa lagi gedgat kini telah mempengaruhi




(: Yustinus Setyanta)


Foto urkan Kota yang begitu padat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar