Refleksi:
Kucoba untuk memejamkan mata dan menutup mataku dengan kain. Kucoba menutup mataku dengan kaca mata hitam. Guna untuk merasakan kegelapan. Aku hanya bisa meraba-raba, aku hanya bisa mengandalkan ingatanku akan situasi di sekitarku untuk melangkah. Kucoba untuk menutup telinga, hingga tidak mendengar suara apapun. Lalu diam dalam keterasingan dan kesendirian. Kucoba untuk merasakan kegelapan dan kesepian.
Ketika kulepas penutup mataku dan kubuka mataku, ketika kulepas penutup telingaku, ternyata aku masih berada dalam kegelapan dan kesunyian. Aku melihat namun tak melihat, aku mendengar namun tak mendengar. Aku mulai cemas, khawatir. Aku mulai berteriak untuk menarik perhatian-Nya. Tak lama kemudian kurasakan
Ketika kulepas penutup mataku dan kubuka mataku, ketika kulepas penutup telingaku, ternyata aku masih berada dalam kegelapan dan kesunyian. Aku melihat namun tak melihat, aku mendengar namun tak mendengar. Aku mulai cemas, khawatir. Aku mulai berteriak untuk menarik perhatian-Nya. Tak lama kemudian kurasakan
Dia datang mendekat dan menyentuh mata dan telingaku. Dalam sekejap aku bisa melihat dan bisa mendengar bukan hanya melihat dan mendengar lewat mata dan telinga yang selama ini kualami tetapi kepekaan telinga dan mata hatiku.
Ketika aku bertanya kenapa bisa demikian? Dengan lembut Dia menjawab, " Ada penggangu diri yang menutup mata dan telingamu, sehingga engkau hanya bisa melihat dirimu sendiri dan mendengar dirimu sendiri. Sekarang segala penghalang itu sudah Aku angkat darimu"
Tak ada yang bisa kukatakan selain menunduk dan bersyukur bahwa Dia demikian mengasihi diriku, aku pun berterima kasih kapada-Nya, karena Tuhan telah menendang segala penghalang. Penghalang untuk menuju pada terang-Nya.
(Yustinus Setyanta)
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar