Kira-kiralah apa yang setitik itu.
Di sekitaran kita mengambang lautan. Di atas melangit atmosfer terlontar. Rasakan pijakan pada telapak. Tanah menggenang masuk sampai dalam. Siang menanggang, malam mengelam. Siang malamlah yang membasuh raga. Berkecambah dibelai cahaya bintang-bintang yang menjamahi tiupan debu mengintai badai di sela batu.
Bermimpi di rumah kediaman. Tanah terhampar menanamkan bebukitan dan pegunungan. Bahasa mengerentang mengeja mata air. Dalam mimpi yang setitik benamkan ke dalam nokta. Di sanalah terbaca cahaya-cahaya bingar dan pendar.
Kira-kiralah apa yang setitik itu.
Ujung jari mengaliri lautan ketika sekuku tercelupkan. Sudah di matai cahaya air. Yang membawa kembali mengarungi langkah. Kembembali terbenam ke dalam nokta.
Bila mengharapkan lebih dari setitik itu. Haraplah pada guratan kening semestinya membaca bagaimana rupa asa itu.
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar