Setalah murung wajahmu terpantul di atas awan
Apakah mendung pernah tersesat
Membuat yang dipertontonkan ikut mengkilat
Petir menyambar kepala pohon
Petir menyambar kepala pohon
Merasa dunia tak pernah aman-aman
Kesedihan pun bergemuruh dalam ketakutan
Kegembiraan menggelegar dalam keberanian
Selamat siang, langkah hujan beranjak sepi
Selamat siang, langkah hujan beranjak sepi
Menyusun kembali wajah langit yang pucat pasi
Gemuruh langit menjilat bahasa terik siang
Bagai dentuman pada dada yang gersang
Legking angin memekak telinga
Legking angin memekak telinga
Yang dapat menjadi tetanda
Pelan-pelan menampung apa saja yang ada
Bukan hanya bersuara tetapi mendengarnya
Selamat sore, selapas hujan seharian
Selamat sore, selapas hujan seharian
Sisa basah kian terlepas dari tubuh tanah
Meski malam membikin hangat runtuh
Menandai malam menuju pagi.
(:Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar