Rabu, 09 Maret 2016

LANGKAH DAN PELANGKAHAN

   Segala sesuatu yang akan atau hendak kita kerjakan mengunakan pemikiran terlebih dahulu demikian halnya masa kedepan memerlukan perencanaan, prakiraan, dan perhitungan dalam suatu kerangka analisa yang tepat. Bisa juga mengambil pelajaran dari masa lalu, menuju kiprah masa kedepan yang lebih baik dan benar, adalah keputusan kualitas akal masa kini. Ini semua merupakan proses yang berjalan secara alami atau otomatis, menurut kaidah-kaidah yang tidak memaksakan kehendak sendiri.

- Akal Budi.

Akal, (aka;minang] merupakan kekuatan cahaya gaib/ajaib yang ada pada manusia pemberian Tuhan Yang Mahaesa. Berfungsi sebagai alat anatomis rohani yang menjadi pusat pengendalian diri. Pusat penentu strategi dan kebijakan hidup dan kehidupan. Membaca, menganalisa, dan memproses sejumlah gejala dan fenomena alam untuk kemudian disari, dirumuskan, dan dituangkan dalam acuan-acuannya. Lagkah.

Akal sebagai zat merupakan cahaya yang ditanamkan TUHAN dalam hati manusia, lalu disebut cahaya hati. Sebagai cahaya terang bersifat menjalar, lalu merambat sampai ke otak. Sinarnya merangsang pengerak pikir(an) untuk bergetar dalam vibrasinya, menerangi dan menjalani yang gaib menuju hakekat dengan mendapatkan bukti-bukti dan tanda. Spektrum cahaya yang memancar dari pikiran-pikiran itu akan berfungsi pembeda bagi manusia. Pembeda baik dan buruk, pembeda merah, hijau, biru, hitam, putih dan lain sebagainya. Maka derajat manusia itu dari kualitas akal, dan kemampuannya menggunakan akal. Dan ini meliputi pikiran-pikiran dalam berbagai bentuk dan warnanya. Akal tidak berdiri sendiri tanpa pikiran. Oleh karena itu keduanya selalu disebut bersamaan sebagai akal-pikiran. Ia merupakan potensi kecerdasan (brain strength), sehingga akal-pikiran selalu menjadi tolak ukur jangka tertinggi kadar kualitas.

Akal dalam pengetahuan tradisi digambarkan sebagai pohon yang tumbuh bercabang dan berdaun, disebut "Pohon Akal". Sebagai pohon, akal juga bisa mati, disebut "Mati Akal". Bila daun-daun akal mati muda, disebut "mati pucuk". Oleh karena itu dahan-dahan dan cabang-cabang dari pohon akal itu dipelihara ke arah pertumbuhan yang baik. Proses pertumbuhan yang baik menunjukkan tahap langkah-langkah tertentu yang berjalan menurut alur-patut.

Alur patut ini, menjadi lebih rasional bila disebut "Pola Pikir(an)" atau alur pikiran. Ini semua disebut "alur adat" dari akal-pikiran inilah yang diisi, dipenuhi ketentuan-ketentuannya. Kalau tidak maka terjadi benturan akal, karenanya harus ada inisiatif membelokkan akal kearah yang tepat. Apabila terjadi pembiaran terhadap akal yang berbenturan ini, maka lama-lama bisa "mati akal", dimana akal pikiran tidak berfungsi dengan baik lagi, tidak tumbuh berkembang, tidak kreatif, atau buntu otak atau linglung.

Penyimpangan akal pikiran dari nilai-nilai kebenaran sering orang menyebutnya tidak berotak. Hal ini terjadi akibat pembiaran akal berjalan sendiri menurut kemauannya. Akal pikiran tidak mendapat bimbingan yang terkendali menurut alurnya.

Budi adalah serangkaian kemampuan kognitif yang memungkinkan kesadaran, persepsi, pertimbangan, dan ingatan pada manusia dan organisme lain. Akal memiliki sifat selalu bergerak, bergetar, dan menjalar dalam mencari sesuatu nilai dengan segala ikhtiar apapun juga. Ia perlu dikontrol dan diawasi supaya tidak menyimpang dari alur adat, norma yang lurus. Ia merupakan akal kreatif yang dibina, dipelihara, dan didorong pertumbuhannya. Sifat menjalar ini disebut "intuisi", yakni dorongan yang mengantar kepada kedalaman sesuatu yang tak mampu dicapai oleh akal. Bersumber dari garak garik, datak detik hati atau gerak bolak balik dalam hati, disebut "budi". Yang menjadi sebab-sebab kemuliaan seseorang. Tergantung dari budi ini. Oleh karena itu akal berpasangan dengan budi, disebut,bergandengan yakni akal budi.








{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar