Rabu, 16 Maret 2016

PENERJEMAHAN PUISI

Salah satu cara dalam mempermaya khasanah wacana dalam sastra di Indonesia adalah dengan melakukan penerjemahan. Tidak sedikit karya sastra dari luar negeri baik prosa maupun puisi (juga wacana teori-teori) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Namun khusus dalam kasus penerjemahan puisi, tampaknya diperlukan kerja yang ekstra.

- Penerjemahan Puisi

Sebuah puisi berbahasa jepang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan yang terakhir dicoba untuk menerjemahkannya kembali ke dalam bahasa Jepang, dimungkinkan bahwa puisi 'baru' dengan bahasa Jepang itu akan lain dengan aslinya.

"Poetry is untranslatable". Hal ini akan dapat disetujui manakala yang dimaksud adalah menejemahkan puisi ke dalam bahasa lain lengkap dengan seluruh nilai yang ada pada puisi itu, baik ritme, simbol, bunyi bahasa, tema, dll... Kerja penerjemahan menjadi sulit kalau sebagian besar nilai puisi dipertaruhkan pada permainan bunyi bahasa.

Kerja penerjemahan puisi sama saja dengan menyusun puisi baru, malahan dengan batasan-batasan. Dalam hal ini terjadi suatu proses kreatif, sehingga disarankan yang melakukan penerjemahan itu juga seorang penyair.

- Pekenalan puisi-puisi asing bermanfaat bagi puisi-puisi di Indonesia. 

Maka dapat dikatakan bahwa dalam proses kerja penerjemahan puisi, penerjemah harus paham konteks bahasa yang akan dipergunakan. Perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terhadap perbedaan zaman dan budaya yang tercermin dalam bahasa di masing-masing bangsa. Seorang penerjemah perlu melakukan tafsir atas puisi yang akan terjemahkan, sehingga puisi hasil terjemahkan itu dapat sesusi dengan konteks zaman dan budaya di mana bahasa digunakan. Menerjemahkan adalah proses mengaalihkan satu kebudayaan ke kebudayaan lain atau suatu pengertian dari kebudayaan yang satu ke pengertian kebudayaan yang lain. Artinya, yang utama dari karya terjemahkan adalah bisa dibaca dan dipahami oleh pembaca sasaran dengan memprioritaskan kesepadanan pesan yang akan disampaikan.

Puisi hasil terjemahan diusahakan dapat relevan dengan sudut pandang pengguna bahasa sasaran, sebab bahasa mengikuti tempat yang melingkupinya. Hal ini membuktikan bahwa bahasa menunjukkan bangsanya!.

***

Di lain sisi timbul pertanyaan, bagaimana dengan nasib perpuisian Indonesia di arena internasional? Kiranya di sini perlu ditekankan juga mengenai trasisi penerjemahan puisi-puisi karya penyair Indonesia ke dalam bahasa asing yang hingga saat ini terasa kurang semarak. Sementara di era globalisasi yang sarat dengan kemajuan piranti komunikasi ini kita perlu banyak bersinergi keluar, secara mikro maupun makro.

Dalam perkembangan puisi Indonesia di kancah dunia, meskipun usaha menejemahkan puisi-puisi karya penyair Indonesia ke dalam bahasa asing cukup banyak, namun hal tersebut dirasa belum cukup bisa membebaskan puisi-puisi Indonesia dari ketepencilannya.

Ketiadaan hasil terjemahan puisi (juga karya sastra lainnya) buah pena sastrawan Indonesia secara runtut bisa jadi berkaitan dengan belum mantapnya para penerjemah terhadap puisi-puisi Indonesia. Jika benar demikian, artinya, pertumbuhan dan perkembangan penerjemah puisi Indonesia tidak bisa lepas dari rasa percaya diri dan kerja sama antara penerjemah dengan para penyair itu sendiri. Padahal banyak puisi-puisi karya penyair Indonesia (tanpa saya menyebut siapa saja mereka) yang berkualitas tinggi dan berkelas.

Iklim penerjemahan puisi dan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa asing perlu ditumbuh-kembangkan seiring dengan konsep dalam dunia penciptaan puisi di Indonesia. Penerjemah musti memiliki pengetahuan yang luas dan terbuka, serta memiliki rasa percaya diri yang besar. Dengan demikian, muncul harapan bahwa kelak akan banyak puisi-puisi karya penyair Indonesia secara runtut dari zaman ke zaman yang diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dapat tersebar keberbagai belahan dunia. Semoga!... ***yts.






(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar