Sabtu, 26 Maret 2016

PASKAH 2016

FREND, kasih Allah Bapa yang Mahakuasa dan Maharahim bener-bener JEMPOL, penuh SIMPATI dan secerah MENTARI. Lebih luas dari benua ESIA, lebih besar dari ukuran XL, Dia BEBAS-kan kita dari dosa walaupun Dia memiliki kartu AS kita karena kita adalah STAR ONE di mata-Nya. Oleh karena itu kita wajib CERIA. Percaya dan yakin pada-Nya adalah pilihan JITU & SMART. Oke ?!?


P eristiwa
A gung
S alib
K ristus
A tas
H idup kita


Melalui kebangkitan Kristus kita memperoleh kemenangan, pengampunan, kesempatan, harapan-harapan yang baru di dalam-Nya dan hidup bersatu dengan Tuhan.

Selamat Paskah 2016


Kamis, 24 Maret 2016

SUDAH SELESAI

Dengan tertatih-tatih 
Dengan berdarah-darah 
Dengan jatuh-bangun nan susah payah

Engkau tetap melangkah 
Engkau redam s'mua amarah 
Engkau hapus semua salah

Di bukit golgota/tengkorak itu 
Di palang kayu itu 
Dengan tangan-kaki terpaku

Dengan berhiaskan mahkota duri 
Seusai meminum anggur asam dari buli-buli 
Berkatalah Engkau "Sudah Selesai!"





















{: Yustinus Setyanta}

Rabu, 23 Maret 2016

HUBUNGAN DENGAN AUDIENS

Pada awalnya, sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa.

McQuail (1987) menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens sebagai berikut:
Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak. Pendekatan sosial budaya sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.
Audiens sebagai massa. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang berukuran besar, heterogen, penyebaran, dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak emiliki keberadaan(eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini sudah tidak layak lagi dipakai.
Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isyu, minat, atau bidang keahlian. Audiens ini aktif untuk memperoleh informasi dan mendiskusikannya dengan sesama anggota audiens. Pendekatan sosial politik sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.
Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar, atau pemirsa) iklan tertentu. Pendekatan sosial ekonomi sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.

Konsep-konsep di atas tentu saja tidak saling eksklusif, secara empiris para pengelola/pemilik maupun pengguna media massa memaknai audiens sebagai perpaduan konsep ke satu, empat, dan tiga.

Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach (dalam Nurudin, 2004; Rakhmat, 1994) mengkaji interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Mereka menyajikan tiga perspektif yang menjelaskan kajian tersebut. Ketiga perspektif itu adalah sebagai berikut:

1. Individual Differences Perspective. Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Berdasarkan ide dasar dari stimulus-response, perspektif ini beranggapan bahwa tidak ada audiens yang relatif sama, makanya pengaruh media massa pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologi individu itu yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Dengan kata lain, masing-masing individu anggota audiens bertindak menanggapi pesan yang disiarkan media secara berbeda, hal ini menyebabkan mereka juga menggunakan atau merespon pesan secara berbeda pula.

Dalam diri individu audiens terdapat apa yang disebut konsep diri, konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi -mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Dengan kata lain, konsep diri mempengaruhi terpaan selektif, persepsi selektif, ingatan selektif.

2. Social Categories Perspective. Perspektif ini melihat di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, keyakinan beragama, tempat tinggal, dan sebagainya. Masing-masing kelompok sosial itu memberi kecenderungan anggota-anggotanya mempunyai kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Dari kesamaan itu mereka akan mereaksi secara sama pada pesan khusus yang diterimanya. Berdasarkan perspektif ini, pemilihan dan penafsiran isi oleh audiens dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok sosial. Dalam konsep audiens sebagai pasar dan sebagai pembaca, perspektif ini melahirkan segmentasi. Contoh: Anak-anak membaca Bobo, Yunior, Ananda. Ibu-ibu membaca Kartini, Sarinah, Femina. Kaum Islam membaca Sabili, Hidayah.

3. Social Relation Perspective. Persektif ini menyatakan bahwa hubungan secara informal mempengaruhi audiens dalam merespon pesan media massa. Dampak komunikasi massa yang diberikan diubah secara signifikan oleh individu-individu yang mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Tentunya perspektif ini eksis pada proses komunikasi massa dua tahap, dan atau multi tahap.

Sejarah penelitian/pembahasan mengenai audiens telah dimulai seiring dengan penelitian tentang efek komunikasi massa. Pada awalnya, audiens dianggap pasif (baca teori peluru (Bullet Theory) atau Model Jarum Hipodermis). Namun pembahasan audiens secara intensif yang dimulai tahun 1940, Herta Herzog, Paul Lazarsfeld dan Frank Stanton (dalam Barran & Davis, 2003) memelopori mempelajari aktifitas audiens (yang kemudian melahirkan konsep audiens aktif) dan kepuasan audiens. Misal, pada tahun 1942 Lazarfeld dan Stanton memproduksi buku seri dengan perhatian pada bagaimana audiens menggunakan media untuk mengorganisir pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Tahun 1944 Herzog menulis artikel Motivation and Gratifications of Daily Serial Listener, yang merupakan publikasi awal tentang penelitian kepuasan audiens terhadap media.

* * * * *

Presentasi dibuat untuk ditampilkan di hadapan audiens. Audiens yang tertentu. Mereka spesifik dan berbeda-beda pada setiap presentasi.

Mengenali siapa audiens Anda – yaitu orang-orang yang akan datang untuk melihat dan mendengarkan Anda – akan membantu kita memahami bagaimana mereka mencerna informasi, dan apa yang ingin mereka dengar dari sebuah presentasi. Keuntungannya? Anda bisa melakukan penyesuaian agar presentasi Anda mampu mempengaruhi audiens dengan efektif.

Jika kita melihat 3 komponen yang saling terkait dalam sebuah presentasi, salah satu kunci penting presentasi adalah audiens. Anda tampil memberikan presentasi dan menciptakan sebuah proses komunikasi, adalah untuk mereka.


.



- Mengenal Audiens Sangat Penting

Tak kenal maka tak sayang, kata orang. Bagaimana memahami dan memberikan apa yang audiens inginkan jika Anda tak mengenal siapa mereka? Ketika Anda tidak tahu sudut pandang apa yang mereka gunakan ketika mendengarkan Anda, proses komunikasi tidak akan terjalin.

Anda kesulitan untuk menyambungkan diri dengan mereka, dan mereka kesulitan untuk memahami Anda. Ini berujung pada frustrasi: Anda frustrasi karena tidak bisa membuat mereka mengerti, dan mereka pun frustrasi karena kesulitan memahami Anda.

Sebaliknya jika Anda mengenal audiens dengan baik. Presentasi yang Anda bawakan menjadi mudah, karena Anda tahu betul apa yang mereka inginkan. Anda dapat menentukan mana informasi yang harus disampaikan dan mana yang tidak perlu. Meyakinkan audiens pun menjadi jauh lebih mudah, karena Anda mengerti faktor apa yang mempengaruhi mereka dalam mengambil tindakan.

Mengenal audiens bukan sebatas mengetahui bahwa mereka adalah atasan Anda, rekan kerja, mahasiswa, atau masyarakat umum. Mengenal audiens mencakup mengenal nama, posisi mereka dalam organisasi, keputusan apa yang biasa mereka ambil, dan apa yang mereka butuhkan dari presentasi Anda. Tak kalah penting, mengapa mereka datang untuk menyaksikan presentasi Anda.

Kenali audiens. Inilah yang membedakan seorang presenter hebat dari sekumpulan para pelaku presentasi yang biasa saja. Seorang presenter hebat akan terlebih dahulu berusaha mengenali kepada siapa mereka berbicara, kemudian menyesuaikan isi pembicaraan agar relevan dan efektif.

Para presenter biasa tidak merasa penting untuk mencari tahu siapa audiensnya. Mereka hanya akan memberikan presentasi yang sama kepada berbagai audiens yang berbeda. Setiap komunikasi bersifat unik. Komunikasi sangat tergantung kepada siapa Anda menyampaikannya dan dalam situasi bagaimana komunikasi itu disampaikan. Presentasi, adalah sebuah komunikasi

- Menjalin Hubungan Dengan Audiens

Media arus utama dihadapkan pada tantangan dunia digital yang memiliki gaya interaksi berdeda dengan audiensnya. Menjalin kontak dengan audiens secara personal atau melalui media dering menjadi cara baru yang harus ditempuh untuk memperkuat kehadirannya.

Pengunjung akan tetap setia kepada situs berita jika isinya relevan dengan kehidupan mereka. Pemberitaan sebagai sebuah percakapan bukan hanya memberikan informasi, melainkan juga melibatkan pembaca.

Terdapat lima prinsip sebagai strategi menarik keterlibatan pengunjung. - Mengadakan temu audiens secara langsung sekaligus untuk memperdalam loyalitas mereka kepada media. - Interaksi dengan audiens melalui media sosial, tayangan secara real time, blogging, hingga mengomentari pedapat. - Menyediakan konten lokal yang spesifik sesuai keinginan audiens. - Memberdayakan audiens untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka. Aplikasi yang disediakan memudahkan pengguna memilih informasi yang paling penting bagi mereka atau menyediakan platform berita interaktif yang memungkinkan audiens turut berkontribusi. - Mengukur efektivitas dan nilai interaksi. Dalam hal ini, parameter keberlangsungan bisnis harus lebih diutamakan dibandingkan jumlah retweeks atau likes di Facebook.

Salah satu contoh yang digagas perusahaan media dalam temu audiens yang dilakukan perusahaan media itu ialah "GeekWire" di Seattle, Amerika Serikat, menjadi jalur yang efisien untuk mempertemukan audiens dengan kontak bisnis.

Salam hangat. Semoga bermanfaat









{Yustinus Setyanta}

FENOMENA SASTRA DIGITAL

Rasanya, di masa sekarang, dimana nasib sastra miris dan nyaris tenggelam, bahkan sastrawan sulit untuk dihormati. Orang-orang, yang merasa bukan penyair, kemudianmenyingkir. Menghindar, tidak minat, bahkan menjauhi sastra. Kajian-kajian sastra pun sepi regenerasi.

Tengoklah komunitas-komunitas sastra sekarang ini (wacana ini saya tulis), di Semarang misalnya, hanya ada sekitar lima sampai sepuluh orang yang aktif. Itu pun kadangkala di antaranya sering tidak hadir saat diskusi berkala digelar. Belun lagi, sastra seringkali dihadapkan pada situasi yang semakin tak berarti di dunia akademik Indonesia. Sastra seakan tak punya gaung dan taring yang tajam untuk unjuk gigi ke permukaan. Tak punya makna dan nilai sosial. Alhasil, sastra mudah disingkirkan. Akhirnya, karya sastra hanya dibicarakan antarsastrawan dan bila masuk sistem pendidikan cuma dijadikan subtema, sebagai pemanis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Beberapa penyair yang getol menyuarakan tentang pentingnya menggalakkan sastra di ruang digital. Saat dimana keberadaan sastra cetak cenderung bergantung pada standar redaktur media dan tempat diterbitkan. Setidaknya, kehadiran sastra digelar menjadi alternatif penting dalam menyebarluaskan kecintaan terhadap sastra kepada orang-orang yang dulu tidak memiliki akses terhadapnya. Keterbatasan itu misalnya, karena tidak memiliki biyaya untuk membeli buku sastra atau berlangganan koran. Dengan demikian, kehadiran sastra dalam bentuknya yang digital membuat sastra semakin cair dan terbuka. Karya-karya sastra kian mudah diakses banyak orang dengan bentuknya yang kian beragam.

Twitter, facebook merupakan salah satu dari jaringan ruang sosial maya yang getol dimanfaatkan kegiatan sastra. Sebelumnya, kegiatan sastra juga memenuhi ruang teknologi komunikasi global, seperti; Blogspot, Wordpress, atau friendster. Ini pergeseran media sastra dari cetak ke ruang digital yang kian menguat di Indonesia beberapa tahun belakangan. Dengan jaringan yang kian mudah, cepat dan massal, dunia sastra leluasa dimasuki siapa saja.

Elitisme sastra--yang dulu seolah sakral dan hanya digenggam kalangan sastrawan saja--kini mencair. Setiap orang bisa ikut ambil bagian, asal rajin menulis dan mengirimnya. Semuanya berlangsung secara bebas, tanpa batas, demokratis, dengan bentuk dan tema beragam.





- Teks Cetak.

Para pelaku sastra yang terbiasa dengan teks cetak juga masuk ke ruang ini. Tak pelak fenomena sastra digital pun mendapati responsnya yang positif. Kemunculan sastra di ruang digital diharapkan mampu memperkenalkan dunia seni tulis kepada orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal sastra. Hal itu baik guna mendekatkan dan membuat masyarakat menghargai literatur, baik karya penulis lokal maupun asing.

Oleh sebab itu, dalam proses globalisasi seperti sekarang ini, janganlah sastra menjadi objek, tetapi sastra harus mengambil posisi sebagai subjek dalam perubahan itu. Sastra Indonesia harus menjadi kekuatan. Maka, tugas para sastrawanlah yang harus terus melahirkan karya-karya yang bermakna dengan penuh kejelian mengangkat tema dan isu lokalitas dalam imsjinasinya. Dengan demikian, sastra bisa dijadikan tempat melakukan pengembaraan intelektual dan sepiritual bagi nilai-nilai kebenaran. Salah satunya lewat sastra digital, diharapkan akan meningkatkan kebiasaan menulis di kalangana masyarakat yang sudah lama diperjuangkan lewat konvensional. Dan, orang-orang tidak perlu takut lagi menulis sastra, tanpa peduli mereka sastrawan atau bukan. Yang penting karya-karya itu direspons secara postif dan dimaknai.

Pada akhirnya posisi sastra selalu berubah seiring perkembangan zaman. Jikalau dulu, sastra dianggap karya yang adilihung atau tinggi, kini lebih merakyat. Kehadiran sastra digital mendorong demikratisasi di dalam dunia kesusastraan. Kedudukan pe-nulis tidak hanya di monopoli para penyair atau elit sastrawan, tetapi juga mencakup orang bisa atau dalam kata lain orang bukan dari kalangan sastrawan.

Jadi sangat mungkin kedepan bakal muncul bentuk-bentuk ekspresi baru, unik, bahkan ekstrem, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informsi. Setelah selama ini hanya didominai dua hal: karya sastra yang berupa tulisan dan ilustrasi dengan puisi, sajak tipografi dan kalimat-kalimat yang disusun sebagai gambar. (=_=) yts.









(Yustinus Setyanta - Jogja)

Selasa, 22 Maret 2016

KIAT MENGHAPUS DATA SECARA PERMANEN



Pernahkah Anda mengalami hal seperti ini, hendak menjual desktop atau laptop, namun kuwatir data-data pribadi di hard disk akan jatuh ke orang lain. Ya, kekawatiran semacam ini sangat dimaklumi. Maklum juga, teknologi recovery yang ada saat ini, bisa memunculkan data-data di hard disk yang sudah dihapus.

Perlu diketahui, ketika file dihapusdari komputer dengan cara mengosongkan recycle bin, trash, atau dengan cara format ulang, sistem operasi menghapuskan file tersebut dari daftar file yang berada di dalam hard drive. Meski begitu, konten sebenarnya dari file tersebut masih tersisa dalam hard drive, sehingga file file tersebutditimpa dengan file lainnya, entah itu dengan cara menggunakan ruang yang sama dari hard drive ataupun dengan cara penghancuran data yang disengaja. Data yang belum ditimpa bisa dengan mudah dikembalikan lagi dengan beberapa program dan metode tertentu. Artinya, data tersebut tidak benar-benar hilang walau telah dihapus.

Nah, jika ingin memastikan bahwa file-file pribadi yang ada di hard drive tidak bisa dikembalikan lagi, berikut ini kiatnya:

Pertama adalah cara klasik, yaitu dengan cara memformat hard disk sampai beberapa kali, minimal tiga kali. Tetapi cara ini tidak terbukti 100% aman. Masih ada kemungkinan dengan software tertentu. Agar lebih meyakinkan, cara yang lebih ampuh adalah dengan software penghapus data. Contohnya antara lain CCleaner, Eraser, Dariks Boot and Nuke, File Shredder, PC Shredder, sDelete, atau Active@KillDisk dan lain-lain. Selain software-software tersebut, di internet masih bisa dicari lagi software penghapus data lainnya.

Bila menggunakan software penghapus data masih kesulitan, barangkali cara manual berikut bisa dicoba. Langkahnya adalah, rename-lah file-file yang mau dihapus dan ubah ekstensinya, misalnya JAV.avi menjadi svchost. Langkah berikutnya, hapuslah file yang sudah direname tersebut, dan kosongkanlah recycle bin. Berikutnya, bikinlah sembarang file (misalnya dari notepad atau word), lalu simpan di folder tempat file aslinya yang baru saja dihapus, dan rename plus ubah ekstensinya sesuai nama yang dihapus tadi. Selanjunya, hapus lagi file yang baru saja dibikin tadi dan emptykan recycle bin. Ulangi langkah-langkah tersebut sebanyak dua atau tiga kali.

Cara di atas dikenal andal, file akan sulit ditemukan karena ekstensinya berbeda dengan file aslinya. Kalaupun ketemu, tetap tidak bisa direcovery karena sudah overwritten atau 'ketimpa'.

Cara manual ini juga dilakukan untuk memusnahkan ribuan file berbarengan dengan cara merename semua file yang akan dihapus bersamaan (blok semua file dan rename) dan menyiapkan file sembarang untuk 'menimpanya'. Atau bisa juga dengan cara mengumpulkan file yang ingin dihapus ke dalam archiver seperti ZAP atau RAR, dan selanjunya ikuti cara diatas. (yts)-.











(Yustinus Setyanta - Jogja)

Minggu, 20 Maret 2016

CCTV DENGAN ANDROID



Memiliki perangkat Android juga menguntungkan bagi penggunanya. Tidak hanya memudahkan pekerjaan akan tetapi sebagai panduan untukmemberikan berbagai informasi yang ingin di didapatkan penggunanya. Salah satunya pemanfaatan android yaitu sebagai alat monitor keamanan di sekitar penggunanya menjadi Closed Circuit Television (CCTV).

Bagi yang tertarik untuk mencobanya dapat mengikui langkah-langkah berikut ini.

Pertama, download IP Webcam di Google Play Store kemudian install di komputer atau laptop. Download juga video LAN VLC (Local Area Network VideoLAN Client) dan install, nantinya video LAN VLC berperan untuk menampilkan hasil video CCTV.

Kedua, setelah IP Webcam terinstall pilih 'Star Server' tunggu sampai muncul URL. Jalankan VCL Media Player (yang juga telah terinstall), pilih 'Menu' pilih 'Media' pilih 'Stream Jaringan' .Masukkan URL yang tadi kemudian pilih 'Play'.

Ketiga, atur kestabilan ataupun gerakan yang akan ditampilkan dengan pilih 'Playback' kemudian pilih 'Speed' pilih yang tarakhir 'Faster'. Selesai dan tinggal menggunakan sebagai CCTV yang dapat selalu dipantau dengan komputer atau laptop setiap. ***(yts-IT).

Selamat Mencoba










{Yustinus Setyanta - Jogja}

Rabu, 16 Maret 2016

PENERJEMAHAN PUISI

Salah satu cara dalam mempermaya khasanah wacana dalam sastra di Indonesia adalah dengan melakukan penerjemahan. Tidak sedikit karya sastra dari luar negeri baik prosa maupun puisi (juga wacana teori-teori) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Namun khusus dalam kasus penerjemahan puisi, tampaknya diperlukan kerja yang ekstra.

- Penerjemahan Puisi

Sebuah puisi berbahasa jepang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan yang terakhir dicoba untuk menerjemahkannya kembali ke dalam bahasa Jepang, dimungkinkan bahwa puisi 'baru' dengan bahasa Jepang itu akan lain dengan aslinya.

"Poetry is untranslatable". Hal ini akan dapat disetujui manakala yang dimaksud adalah menejemahkan puisi ke dalam bahasa lain lengkap dengan seluruh nilai yang ada pada puisi itu, baik ritme, simbol, bunyi bahasa, tema, dll... Kerja penerjemahan menjadi sulit kalau sebagian besar nilai puisi dipertaruhkan pada permainan bunyi bahasa.

Kerja penerjemahan puisi sama saja dengan menyusun puisi baru, malahan dengan batasan-batasan. Dalam hal ini terjadi suatu proses kreatif, sehingga disarankan yang melakukan penerjemahan itu juga seorang penyair.

- Pekenalan puisi-puisi asing bermanfaat bagi puisi-puisi di Indonesia. 

Maka dapat dikatakan bahwa dalam proses kerja penerjemahan puisi, penerjemah harus paham konteks bahasa yang akan dipergunakan. Perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terhadap perbedaan zaman dan budaya yang tercermin dalam bahasa di masing-masing bangsa. Seorang penerjemah perlu melakukan tafsir atas puisi yang akan terjemahkan, sehingga puisi hasil terjemahkan itu dapat sesusi dengan konteks zaman dan budaya di mana bahasa digunakan. Menerjemahkan adalah proses mengaalihkan satu kebudayaan ke kebudayaan lain atau suatu pengertian dari kebudayaan yang satu ke pengertian kebudayaan yang lain. Artinya, yang utama dari karya terjemahkan adalah bisa dibaca dan dipahami oleh pembaca sasaran dengan memprioritaskan kesepadanan pesan yang akan disampaikan.

Puisi hasil terjemahan diusahakan dapat relevan dengan sudut pandang pengguna bahasa sasaran, sebab bahasa mengikuti tempat yang melingkupinya. Hal ini membuktikan bahwa bahasa menunjukkan bangsanya!.

***

Di lain sisi timbul pertanyaan, bagaimana dengan nasib perpuisian Indonesia di arena internasional? Kiranya di sini perlu ditekankan juga mengenai trasisi penerjemahan puisi-puisi karya penyair Indonesia ke dalam bahasa asing yang hingga saat ini terasa kurang semarak. Sementara di era globalisasi yang sarat dengan kemajuan piranti komunikasi ini kita perlu banyak bersinergi keluar, secara mikro maupun makro.

Dalam perkembangan puisi Indonesia di kancah dunia, meskipun usaha menejemahkan puisi-puisi karya penyair Indonesia ke dalam bahasa asing cukup banyak, namun hal tersebut dirasa belum cukup bisa membebaskan puisi-puisi Indonesia dari ketepencilannya.

Ketiadaan hasil terjemahan puisi (juga karya sastra lainnya) buah pena sastrawan Indonesia secara runtut bisa jadi berkaitan dengan belum mantapnya para penerjemah terhadap puisi-puisi Indonesia. Jika benar demikian, artinya, pertumbuhan dan perkembangan penerjemah puisi Indonesia tidak bisa lepas dari rasa percaya diri dan kerja sama antara penerjemah dengan para penyair itu sendiri. Padahal banyak puisi-puisi karya penyair Indonesia (tanpa saya menyebut siapa saja mereka) yang berkualitas tinggi dan berkelas.

Iklim penerjemahan puisi dan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa asing perlu ditumbuh-kembangkan seiring dengan konsep dalam dunia penciptaan puisi di Indonesia. Penerjemah musti memiliki pengetahuan yang luas dan terbuka, serta memiliki rasa percaya diri yang besar. Dengan demikian, muncul harapan bahwa kelak akan banyak puisi-puisi karya penyair Indonesia secara runtut dari zaman ke zaman yang diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dapat tersebar keberbagai belahan dunia. Semoga!... ***yts.






(Yustinus Setyanta)

LITERASI DI ERA DIGITAL

Zaman seolah bergerak ketika teknologi informasi berkembang makin pesat. Dalam dunia penerbitan, mulia terjadi perubahan media publikasi yang dulu melalui barang cetakan kini mulia beralih ke format digital. E-book digadang-gadang menjadi masa depan buku. Dari fenomena itu kemudian muncul kecemasan bahwa buku mulia menuju kepunahan atau langka karena ancaman kehadiran E-book.

Apabila dilihat dari sudut pandang penulis buku, kecemasan itu ada benarnya kerena yang paling pertama mengalami proses digitalisasi adalah penulis. Hampir seluruh penulis di dunia telah menulis dalam format digital. Kalau pun mereka menulis manual, itu dilakukan untuk hal yang singkat, ringkas-ringkasan inspirasi, dan sejenisnya. Sementara hasil akhirnya selalu dalam bentuk digital. Pihak penerbit yang nanti akan memutuskan apakah karya itu di cetak atau tetap dalam bentuk digital ketika dipublikasikan.

Meskipun kecemasan itu ada benarnya, dari sudut pandang pembaca buku kecemasan itu terlampau jauh karena sebagian besar pembaca termasuk penulis buku di dalamnya masih dalam tradisi manual dalam menikmati bacaan. Apa yang membuat para pembaca belum beralih ke e-book faktor kenyamanan dan kebiasaan. Ada yang merasakan nuansa khas ketika membeli buku, meminta tanda tangan penulisnya, mencium bau kertas dan hurufnya, melipat dan mencoret-coret halaman, membawanya dalam pelukan, dan lain sebagainya.

Namun, kita pun tidak dapat menggelakkan mulai tumbuhnya generasi baru yang justru mulai terbiasa membaca di dalam gawai. Dan mereka merasakan kenyamanan ketika jari-jari mereka menyentuh layar sembari mendengarkan musik dari alat yang sama. Generasi baru ini baru kemungkinan besar masih segelintir yang membaca e-book karena lebih banyak yang membaca artikel-artikel ringan. Lagipula, sebagian besar e-book masih merupakan versi kedua dari versi cetaknya. Artinya, masih belum banyak e-book yang murni, yang tidak dicetak sama sekali.

Jadi, apakah benar buku mulai terancam langka atau punah karena kehadiran e-book? Untuk sememtara ini tidak, minimal satu generasi lagi, 15 sampai 25 tahun kemudian, kehadiran buku mulai terancam. Bahkan mungkin era digital akan bergati era apalagi nantinya saya pun tidak tahu. Namun, untuk masa sekarang ini (tulisan ini saya buat) yang mulai terancam justru kehadiran media masa cetak sebab masyarakat mulai lebih suka membaca berita online karena aksesnya lebih mudah dan murah.

Bila pada satu generasi mendatang kehadiran buku mulai terancam, apa yang mungkin dapat kita siapkan untuk generasi mendatang? Ada baiknya mulai dipikirkan bagaimana mendigitalisasikan naskah-naskah kuno atau lembaran-lembaran media massa cetak lama agar mereka masih dapat belajar tentang sejarah bangsanya, sejarah yang kita pun belum mendalaminya. Sememtara untuk peristiwa di masa kini mereka akan mudah belajar sebab segalanya telah ada dalam berita format digital.

Pada masa mendatang, terutama ketika semua tulisan hanya ada dalam format digital, buku barangkali akan menjadi barang mewah. Hanya karya-karya tertentu--yang dianggap akan laku meskipun dijual lebih mahal daripada format digitalnya yang akan dicetak dan dijual-belikan dengan edsi terbatas. Sebab, orang-orang pada masa mendatang mulai merasa lebih nyaman membaca dalam gawai. Di masa sekarang belum sampai pada tahap itu karena harga e-book dan buku tak banyak selisihnya. Sementara membeli buku seolah mendapatkan rasa kepemilikan atas buku ketika memegang, memajangnya atau pun mengoleksi, sementara tidak ada rasa kepemilikan atas e-book meskipun kita memiliki hak mengaksesnya berulang kali.

Masa depan ebook memang lebih menjanjikan keterbukaan. Bayangkan bila Anda membacasebuah ebook dalam mengutip pernyataan seorang dalam e-book lain sebagai refrensi. Kemudian Anda dapat membaca langsung kedalam halaman tempat pernyataan itu dikutip. Bayangkan pula bila judul-judul dalam daftar pustaka di sebuah e-book dapat diklik hingga Anda dapat langsung mengakses pada karya yang dituju. Tentu, apabila hal ini terjadi entah berapa puluh tahun lagi perkembangan ilmu pengetahuan akan semakin pasat dan menyebar, tidak lagi memusat pada institusi pendidikan. Plagiasi akan mudah dideteksi sehingga gairah menemukan hal baru semakin tergugah.

Akan tetapi, di balik segala keistimewaannya, e-book pun memiliki kelemahan. Sebab segalanya bergantung pada listrik yang terus-menerus mengeruk energi bumi--dengan satu sistem komputerisasi yang nanti terpusat, maka rentan pula terhadap sabotase.

Hubungan antara e-book dan buku-bukulah permusuhan yang masing-masing saling mengancam. Tidak ada yang salah diantara keduanya. Keduanya pun tidak sempurna. Bagi saya, keduanya tidak saling menggantikan, tetapi saling melengkapi. Jika buku adalah jendela dunia, e-book barangkali adalah pintu dunia. smile emotikon . Keduanya-duanya dibutuhkan untuk memahami dunia. - YTS 










{Yustinus Setyanta - Jogja}

Rabu, 09 Maret 2016

LANGKAH DAN PELANGKAHAN

   Segala sesuatu yang akan atau hendak kita kerjakan mengunakan pemikiran terlebih dahulu demikian halnya masa kedepan memerlukan perencanaan, prakiraan, dan perhitungan dalam suatu kerangka analisa yang tepat. Bisa juga mengambil pelajaran dari masa lalu, menuju kiprah masa kedepan yang lebih baik dan benar, adalah keputusan kualitas akal masa kini. Ini semua merupakan proses yang berjalan secara alami atau otomatis, menurut kaidah-kaidah yang tidak memaksakan kehendak sendiri.

- Akal Budi.

Akal, (aka;minang] merupakan kekuatan cahaya gaib/ajaib yang ada pada manusia pemberian Tuhan Yang Mahaesa. Berfungsi sebagai alat anatomis rohani yang menjadi pusat pengendalian diri. Pusat penentu strategi dan kebijakan hidup dan kehidupan. Membaca, menganalisa, dan memproses sejumlah gejala dan fenomena alam untuk kemudian disari, dirumuskan, dan dituangkan dalam acuan-acuannya. Lagkah.

Akal sebagai zat merupakan cahaya yang ditanamkan TUHAN dalam hati manusia, lalu disebut cahaya hati. Sebagai cahaya terang bersifat menjalar, lalu merambat sampai ke otak. Sinarnya merangsang pengerak pikir(an) untuk bergetar dalam vibrasinya, menerangi dan menjalani yang gaib menuju hakekat dengan mendapatkan bukti-bukti dan tanda. Spektrum cahaya yang memancar dari pikiran-pikiran itu akan berfungsi pembeda bagi manusia. Pembeda baik dan buruk, pembeda merah, hijau, biru, hitam, putih dan lain sebagainya. Maka derajat manusia itu dari kualitas akal, dan kemampuannya menggunakan akal. Dan ini meliputi pikiran-pikiran dalam berbagai bentuk dan warnanya. Akal tidak berdiri sendiri tanpa pikiran. Oleh karena itu keduanya selalu disebut bersamaan sebagai akal-pikiran. Ia merupakan potensi kecerdasan (brain strength), sehingga akal-pikiran selalu menjadi tolak ukur jangka tertinggi kadar kualitas.

Akal dalam pengetahuan tradisi digambarkan sebagai pohon yang tumbuh bercabang dan berdaun, disebut "Pohon Akal". Sebagai pohon, akal juga bisa mati, disebut "Mati Akal". Bila daun-daun akal mati muda, disebut "mati pucuk". Oleh karena itu dahan-dahan dan cabang-cabang dari pohon akal itu dipelihara ke arah pertumbuhan yang baik. Proses pertumbuhan yang baik menunjukkan tahap langkah-langkah tertentu yang berjalan menurut alur-patut.

Alur patut ini, menjadi lebih rasional bila disebut "Pola Pikir(an)" atau alur pikiran. Ini semua disebut "alur adat" dari akal-pikiran inilah yang diisi, dipenuhi ketentuan-ketentuannya. Kalau tidak maka terjadi benturan akal, karenanya harus ada inisiatif membelokkan akal kearah yang tepat. Apabila terjadi pembiaran terhadap akal yang berbenturan ini, maka lama-lama bisa "mati akal", dimana akal pikiran tidak berfungsi dengan baik lagi, tidak tumbuh berkembang, tidak kreatif, atau buntu otak atau linglung.

Penyimpangan akal pikiran dari nilai-nilai kebenaran sering orang menyebutnya tidak berotak. Hal ini terjadi akibat pembiaran akal berjalan sendiri menurut kemauannya. Akal pikiran tidak mendapat bimbingan yang terkendali menurut alurnya.

Budi adalah serangkaian kemampuan kognitif yang memungkinkan kesadaran, persepsi, pertimbangan, dan ingatan pada manusia dan organisme lain. Akal memiliki sifat selalu bergerak, bergetar, dan menjalar dalam mencari sesuatu nilai dengan segala ikhtiar apapun juga. Ia perlu dikontrol dan diawasi supaya tidak menyimpang dari alur adat, norma yang lurus. Ia merupakan akal kreatif yang dibina, dipelihara, dan didorong pertumbuhannya. Sifat menjalar ini disebut "intuisi", yakni dorongan yang mengantar kepada kedalaman sesuatu yang tak mampu dicapai oleh akal. Bersumber dari garak garik, datak detik hati atau gerak bolak balik dalam hati, disebut "budi". Yang menjadi sebab-sebab kemuliaan seseorang. Tergantung dari budi ini. Oleh karena itu akal berpasangan dengan budi, disebut,bergandengan yakni akal budi.








{Yustinus Setyanta}

BUTUH

Setelah rasa pengin bertubi
Sesuatu yang aku dapati 
Aku semakin mengerti 
Butuh itu punya tafsir tersendiri


























{Yustinus Setyanta}

Minggu, 06 Maret 2016

SELEPAS HUJAN SEHARIAN

Selamat pagi, kudengar bisik hujan 
Setalah murung wajahmu terpantul di atas awan 
Apakah mendung pernah tersesat 
Membuat yang dipertontonkan ikut mengkilat

Petir menyambar kepala pohon 
Merasa dunia tak pernah aman-aman 
Kesedihan pun bergemuruh dalam ketakutan 
Kegembiraan menggelegar dalam keberanian

Selamat siang, langkah hujan beranjak sepi 
Menyusun kembali wajah langit yang pucat pasi 
Gemuruh langit menjilat bahasa terik siang 
Bagai dentuman pada dada yang gersang

Legking angin memekak telinga 
Yang dapat menjadi tetanda 
Pelan-pelan menampung apa saja yang ada 
Bukan hanya bersuara tetapi mendengarnya

Selamat sore, selapas hujan seharian 
Sisa basah kian terlepas dari tubuh tanah 
Meski malam membikin hangat runtuh 
Menandai malam menuju pagi.


(:Yustinus Setyanta)