Sabtu, 11 Juli 2015

HATI YANG SEDERHANA

Duduk dan tiduran beralaskan tikar mendong rasanya nyaman. Saya berpikir mungkinkah suatu saat nanti tidak ada lagi tikar seperti ini ketika segala sesuatu sudah digantikan oleh platik dan barang-barang sintentis? saya pun membayangkan tangan-tangan yang dengan tekun menganyam helai demi helai mendong sehingga terbentuklah anyaman tikar yang cukup luas.

Barangkali mereka yang menganyam tidakberpikir seperti yang saya pikirkan. Hati mereka yang sederhana terlihat dalam gerak sederhana jari-jemari. Nah hati yang tidak sesederhana mereka yang membuat berpikir dalam ketakutan dan khawatir.




(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar