Perbedaan-perbedaan membuat komunikasi antar satu orang dengan orang menjadi rumit. Terlebih jika masing-masing menonjolkan pebedaan tersebut. Komunikasi membutuhkan kesamaan bahasa, kesamaan arah perhatian bahkan kesamaan rasa. Kesamaan-kesamaan inilah yang menjadi dasar pijakan dalam berkomunikasi.
Namun kesamaan realita bagi setiap manusia; bahwa mereka semua manusia yang hidup. Maka berkomunikasi soal kemanusiaan dan soal kehidupan bisa dilakukan antar sesama manusia entah agamanya apa, entah setatus sosialnya apa, entah suku apa dan entah perbedaanya apa. Namun sayangnya hal itu jarang terjadi dengan baik lantaran masing-masing bukan berpijak pada kesamaannya melainkan lebih menonjolkan perbedaan. Bukan soal kemanusiaan yang dibicarakan melainkan soal status yang lebih dikedepankan. Bukan soal kehidupan yang dibicarakan melainkan soal kebenaraan agamanya yang dipersoalkan.
Ketika perbedaan status, kepentingan dan kekayaan yang lebih ditonjolkan, maka berkomunikasi menjadi rumit sekaligus sulit bahkan ditingkat yang paling sekalipun. Komunikasi antara dua orang bisa menjadi perdebatan yang tak kunjung selesai. Komunikasi dalam keluarga bisa menjadi pertengkaran yang tak ada habisnya. Komunikasi dalam komunitas, lingkungan, wilayah, masyarakat pun tidak akan menemui titik temu.
Antara Allah dengan manusia, perbedaannya jelas, sangat nyata. Namun Dia berkenan untuk datang sebagai manusia agar menjadi dekat dan mengalami kehidupan yang sama sebagai manusia. Inilah kasih Allah yang merupakan karunia luar biasa sehingga kita bisa bekomunikasi dangan-Nya. Maka demikian pula kita dengan sesama, semoga kita dapat senantiasa berkomunikasi dengan sebaik-baik mungkin.
(Yustinus Setyanta)