Sabtu, 28 Februari 2015

SUARA BATIN DAN PIKIRAN

Jika berbicara soal kedalaman, kesungguhan, dan kejujuran, acakali mengkaitkannya dengan suara hati atau suara batin. Kita menganggap bahwa suara batin berbeda dengan buah pikiran. Demikian pula dengan perasaan, acapkali memisahkan soal perasaan dengan olah pikir. Namun adakah mengetahui mekanisme yang sesungguhnya? Atau bisakah bener-bener membedakan antara olah pikir dan suara hati? Apa yang biasa disebut suara hati itu terlepas sama sekali dari aktifitas pikiran? Apakah suara batin yang paling dalam itu juga sama sekali tidak berkaitan dengan kerja pikiran. Apakah perasan-perasan yang timbul juga bukan karena persepsi yang dibangun oleh pikiran. Suara hati atau suara batin seringkali menjadi pelindung untuk apa yang dikatakan sebagai yang mengatasi pikiran, atau sifatnya mengatasi sifat manusiawi.

Demikian pun ketika seseorang masuk ke dalam ruang bawahsadar karena laku semedi atau meditasi. Apa yang terekam, apa yang terlihat pada ruang bawah sadar tersebut seringkali disebut sebagai kebenaran dari Allah, atau berasal dari dimensi lain di luar dimensi manusia.

Yesus tidak menempatkan diriNya di dalam ruang bawahsadar manusia. Ia menempatkan diriNya dalam realitas kesadaran manusia, dan mengangkat sikap hati sebagai landasan dalam berbuat ataupun bertindak. Sikap hati yang terarah pada Allah dan merasa dikasihi oleh Allah. Namun sikap hati yang mengarah pada kepentingan diri akan tumbuh menjadi upaya untuk menutupi ketakutan, kecemasan dan kekuatiran dengan bentuk bermegah diri, iri hati, dan keserakahan. Maka sikap hati yang diharapkan oleh Yesus bukanlah sikap hati di luar kesadaran melainkan sikap hati yang menumbuhkan kesadaran. Dengan demikian Yesus menjadikan kita semakin manusiawi, dan bukan mengajak kita untuk melepaskan kemanusian kita. Mengikuti jejakNya dalam perjalanan rohani, berarti memupuk kesadaran manusiwi kita sehingga mampu memahami realitas hidup. Lebih jauh perjalanan rohani juga membangun keradaran untuk terlibat dalam upaya memanusiakan orang lain.














{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar