Senin, 02 Februari 2015

CAMAR MELAYANG DI ANGKASA

     Sekumpulan camar melayang di angkasa. Sekumpulan camar melayang di bawah langit yang mendung kelabu. Sekumpulan camar dengan formasi segitiga, mengepak-ngepakkan sayapnya sambil lalu lalang, naik turun kesana kemari. Membentuk seperti wajah sosok mahkluk, terdiri dari kedua mata dan mulut. Mendung kelabu yang menutupi cahaya pagi hari seakan menjadi tempat berteduh bagi mereka yang hidup. Hujan tidak turun. Angin bertiup semilir membawa hawa dingin. Ku berdiri memandangi sekumpulan camar, mendengarkan deru suara dahan dan ranting pepohonan tertiup angin yang bergelora sambil menikmati kesegaran udara pagi. Beberapa sosok tubuh nampak berlari menyisiri jalan. Beberapa sosok tubuh, dengan nafas terengah-engah sedang melaksanakan jogging untuk kesehatan tubuh. Diriku. Camar. Para pelari pagi. Dan alam. Suatu tali yang lembut dari nafas hidup sedang menghubungkan kami semua.

    
     Seberkas cahaya nampak muncul dari kumpulan mendung. Seberkas cahaya muncul dari himpunan mendung yang menutup langit. Camar. Para pelari pagi. Diriku. Dan alam. Semuanya nampak ceria menyambut terang yang perlahan menghangatkan tubuh ini. Uhh.......harapan memang tidak pernah mati jika kita bersandar pada semangat-Nya. Harapan tidak pernah sirna jika sanggup melepaskan diri dari segala impian pada batu-batu yang diharapkan menjadi roti. Sebab kita dapat menuruti teladan-Nya. Manusia hidup bukan hanya dari roti saja. Bukan. Tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Itulah kata Gusti Yesus kepada iblis yang sedang mencobaiNya.

     Ya, diriku bersyukur karena hidup tidak hanya terdiri dari materi saja. Gusti Yesus yang selalu menyadarkanku walau kadang kesadaranku kutinggalkan karena tak ingat. Namun sadar akan makna keberadaanku di dunia yang fana ini. Agar semuanya tidak menjadi hampa. Agar hidup tidak sia-sia. Maka dipagi yang mendung ini. Diriku menggapai damaiku pada segala yang nampak hidup. Para pelari pagi itu pun tak terganggu oleh suasana langit yang muram karena mendung. Camar-camar tetap melayang kesana kemari.

*****************************
Puisi: Burung Camar 1

O laut biru
aku pelaut dalam alunan gelombangmu

petualang tak kenal lelah dalam udara bebasmu
bertemankan bintang sebagai penunjuk arah jalanku

O laut biru
tak henti kutelusuri setiap lekuk tubuhmu
hingga merapat ke suatu dermaga kapalku
singgah sejenak sebelum akhirnya melaju

O laut biru
akulah camar yang terbang memintasi ombakmu
terbang jiwaku memendam rindu dalam kobaran birumu
lalu terbang menukik ke dalam gelora tubuhmu

O laut biru
engkaulah samudera biru samudera hatiku
bergelora membara ombak di dalam dadaku
tak dapat kutemukan dimana batas-batasmu! 

************************************
Puisi: Burung Camar 2

Burung camar terbang di senja yang senyap
Berayun halus mengepakkan sayap
Terbang merendah jauh menghinggap
Dengan tenangnya ia berharap

Berdentinglah tetes air di telaga
Imaji yang tinggi tak terhingga
Mengetuk ruas jendela
Ia berdiri tiada lekas bangga

Syair tersampaikan dalam bait
Tertulis dalam catatannya
Huruf-hurufnya kalimat nyata
Kata-kata tersusun dalam kalimat

{By:Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar