Seberkas cahaya nampak muncul dari kumpulan mendung. Seberkas cahaya muncul dari himpunan mendung yang menutup langit. Camar. Para pelari pagi. Diriku. Dan alam. Semuanya nampak ceria menyambut terang yang perlahan menghangatkan tubuh ini. Uhh.......harapan memang tidak pernah mati jika kita bersandar pada semangat-Nya. Harapan tidak pernah sirna jika sanggup melepaskan diri dari segala impian pada batu-batu yang diharapkan menjadi roti. Sebab kita dapat menuruti teladan-Nya. Manusia hidup bukan hanya dari roti saja. Bukan. Tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Itulah kata Gusti Yesus kepada iblis yang sedang mencobaiNya.
Ya, diriku bersyukur karena hidup tidak hanya terdiri dari materi saja. Gusti Yesus yang selalu menyadarkanku walau kadang kesadaranku kutinggalkan karena tak ingat. Namun sadar akan makna keberadaanku di dunia yang fana ini. Agar semuanya tidak menjadi hampa. Agar hidup tidak sia-sia. Maka dipagi yang mendung ini. Diriku menggapai damaiku pada segala yang nampak hidup. Para pelari pagi itu pun tak terganggu oleh suasana langit yang muram karena mendung. Camar-camar tetap melayang kesana kemari.
*****************************
Puisi: Burung Camar 1
O laut biru
aku pelaut dalam alunan gelombangmu
petualang tak kenal lelah dalam udara bebasmu
bertemankan bintang sebagai penunjuk arah jalanku
O laut biru
tak henti kutelusuri setiap lekuk tubuhmu
hingga merapat ke suatu dermaga kapalku
singgah sejenak sebelum akhirnya melaju
O laut biru
akulah camar yang terbang memintasi ombakmu
terbang jiwaku memendam rindu dalam kobaran birumu
lalu terbang menukik ke dalam gelora tubuhmu
O laut biru
engkaulah samudera biru samudera hatiku
bergelora membara ombak di dalam dadaku
tak dapat kutemukan dimana batas-batasmu!
************************************
Puisi: Burung Camar 2
Burung camar terbang di senja yang senyap
Berayun halus mengepakkan sayap
Terbang merendah jauh menghinggap
Dengan tenangnya ia berharap
Berdentinglah tetes air di telaga
Imaji yang tinggi tak terhingga
Mengetuk ruas jendela
Ia berdiri tiada lekas bangga
Syair tersampaikan dalam bait
Tertulis dalam catatannya
Huruf-hurufnya kalimat nyata
Kata-kata tersusun dalam kalimat
{By:Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar