Tidak enaknya, jika mau keluar kita hanya mempunyai satu arah akses. Mau tidak mau yang harus ke arah itu, suka tidak suka yang harus ke arah itu karena arah yang lain buntu. Tidak enaknya lagi, sering menjadi sasaran orang bertanya karena tersesat.
Yohanes Pembaptis mengajak ku untuk mempersiapkan jalan buntu bagi Tuhan. Jalan buntu yang supaya Tuhan hanya menjadi milik kita dan untuk keptentingan kita. Biarkan Tuhan melintas dan kita mengikuti kemana Dia membawa kita, sekalipun itu untuk kepentingan orang lain entah siapa, entah sampai dimana.
Ada orang yang berseru-seru di padang gurun, "Persiapkan jalan bagi Tuhan, luruskan jalan bagi-Nya" Begitulah nabi Yesaya menubuatkan kehadiran Yohanes Pembaptir. Sekalipun Yohanes Pembaptis berteriak-teriak ribuan tahun silam dan di tengah padang gurun yang letaknya nun jauh di sana, rasanya gema suaranya masih terdengar untuk saat ini, juga masih relevan di kekinian kita.
Menjadi sederhana dan tulus dalam jaman ini, di jaman modern ini, di tengah peraingan dan tawaran -tawaran untuk selalu lebih dan lebih dalam kemewahan, sungguh tidaklah mudah dan tak bisa dipungkiri. Dari soal makan-minum, pakaian-penampilan, berkendaraan, dll, semua terarah pada nilai gengsi seturut tren atau mode. Seturut mode atau tren yang sedang berlangsung inilah yang menjadi ukuran normal. Kalau tidak mau mengikuti, akan ditinggalkan dan ditertawakan. Dan inilah menakutkan, mengerikan. Akhirnya pun larut dalam arus dan sikap sederhana seolah barang usang dan harus ditinggalkan. Menjadi sederhana akan nampak aneh, ganjil. Kalau sudah demikian, bukan jalan bagi Tuhan yang dipersiapkan tetapi jalan bagi diri sendiri demi eksistensi sendiri. Semoga kita tidak demikian.
{Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar