Seorang laki-laki tua, memasang sebuah jala sebagai hiasan salah satu dinding rumahnya. Orang tentu menduga bahwa jala tersebut adalah jala yang pertama kali digunakan oleh orang tua itu ketika hidup sebagai nelayan. Karena jala itu sudah banyak berjasa maka disimpan sebagai kenang-kenangan. Ternyata jala yang dipasang didinding itu adalah jala baru dan belum pernah sekalipun dipergunakan. Orang yang tahu tentu menduga bahwa jala baru itu merupakan redlika dari jala tua yang disimpan dengan hati-hati karena penuh dengan kenangan. Ternyata tidak. Orang tua itu tidak mempunyai jala yang penuh kenangan sebagai seorang nelayan sebagaimana yang ada di benak orang lain. Orang tua itu bukan seorang nelayan, dia adalah seorang guru agama. Jala itu merupakan peringatan baginya terhadap nama baptis yang dipakainya, yakni PETRUS.
Refleksi:
Akhirnya bukan karena kepandaianku, bukan karena kamampuanku, xang membuatku bisa menjadi penjala manusia yang baik. Ketulusan hati dan sikap terbuka terhadap penyertaan Roh Kudus sajalah yang membuatku mampu melakukannya dalam situasi dan kondisi ku sekarang ini.
{Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar