Semakin dewasa-bertambah usia beberapa hal mengalami pergeseran makna yang cukup signifikan. Bukan?. Ini bukan cuma perkara perasaan atau malah pasangan. Jika mau melirik ke dalam. Pergeseran makna juga terjadi diurusan pertemanan.
Ikatan yang satu ini boleh jadi tak sesering itu diperhatikan. Namun, selalu ada yang menarik untuk diangkat, dibicarakan bukan digosipkan, kemudian dimasukan dalam kompartemen penuh kenangan. Disuatu kali, kita akan sepakat bahwa pertemanan adalah soal siapa yang akhirnya bertahan. Namun setelah dihadapkan pada kenyatan tidak demikan.
Ada pendapat bahwa pertemanan adalah keluarga yang kita pilih sendiri. Mereka yang mendampingi tanpa banyak prestasi. Tetapi, kalau saya boleh mengatakan pertemanan itu cocok-cocokan, semasukan. Namun timbul pertanyaan juga seh "Apakah kita juga bisa cocok dengan semua orang?" pertanyaan yang tak perlu dijawab tapi ditanyakan dalam diri masing-masing, kalee...
Tetapi bilamana ditempatkan dalam pertemanan yang membangun. Ikatan yang bukan cuma sekadar berisi kumpul-kumpul, tapi bukan kumpul kebo lho ea... . Namun juga membuat otak dan
semangat mengebu. Misalnya.
Pertemanan yang memberi ruang hangat baru selekat keluarga. Tempat kita bisa diterima, didorong, kemudian berkembang. Waow... Tidak berlebihan rasanya jika pertemanan kemudian dilebeli sebagai ikatan keluarga besar yang bisa dipilih sendiri. Sebab disini dukungan selekat saudara sendiri bisa datang dari berbagai sisi. Dan rasanya riskan juga sih jika dalam pertemanan itu pilih-pilih atau gamblangnya membeda-bedakan, memilah-milah. Soal status sosial, baik-buruknya. La wong kita sendiri juga belum tentu baik 'kan?
Entahlah bagaimana jala-jala hidup membuat dekat begini rupa. Tanpa perlu berkirim pesan tiap waktu, tanpa perlu bertatap muka setiap hari atau disetiap akhir pekan misalnya, tanpa agenda yang pasti bertemu, berjuma, dimana? Tempatnya.
..........Tetapi semua orang akan tetap bisa jadi teman-teman terbaik........
Jika ditanya "Siapaka orang terdekat dalam hidupmu" yang keluar adalah nama-nama mereka. Mereka maksudnya, yah...menurut Anda para pembaca yang budiman mereka itu siapa?
Beberapa cerita juga hanya bisa dibagi pada orang-orang ini saja. Dengan sabar mereka akan mendengar keluh kesah dan impian-impian aneh, atau harapan-harapan konyol. Tanpa mengernyitkan alis mata. Tapi kalau alis matanya dilukis wahh....seorang pelukis donk, biar kagak tebel dompetnya tapi alisnya tebel donk
Mungkin kalau tiba-tiba Anda beralih profesi menjadi penulis kacangan seperti saya ini yang karyanya tak pernah dimuat apalagi mencuat. Mereka juga akan mendukung utama yang paling memahaminya. Ngomongi soal penulis tuh tentu berbeda dengan penerbit. Seinget saya seh kalau penulis itu kagak peduli apakah tulisanya itu akan dibaca orang-banyak orang pokoknya menulis dan jika itu terbit pokoknya dapat duit. Kalau dikasih duit seh, tapi siapa yang ngasih ea...? Dan jika penerbit tuh tentu menginginkan atau berharap penuh supaya tulisanya dibaca orang lain-banyak orang mungkin juga malah dipamer-pamerkan supaya dibaca. Tapi bukan penerbit sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penerbit dan percetakan lho. Wahh...kok jadi nyerocosz...cozz...ke penulis dan penerbit neh...
Barangkali ada beberapa rencana dan impian bersama teman sejenis kelamin yang bisa diwujudkan bersama teman. Yah, sekadar pergi keluar kota atau ke kampung sebelah dan menginap beberapa malam di sana. Terlihat sederhana memang, tapi siapa yang bersedia menjadi pengendara layaknya sopir bus antar kota-antar provinsi? Siapa yang bersedia, yang bisa tetap asyhk walau hanya makan kurang dari sepuluh ribu rupiah tiap kalinya?
Pernah nggak punya teman akrab? Katakanlah sahabat, pernah? Kemana-mana bareng, ngumpul bareng. Yah...mungkin dulu dimasa-masa sekolah, kuliah, atau dimasa apa saja. Tapi persahabatan bisa akrab banget kalau yang saja tidak nongol bersama-sama kak rasanya kayak ada yang kurang gitu. Nah pernah saya baca disebuah tulisan; bahwa sebuah persahabatan itu biasanya terjalin karena tindakan heroik, terlibat kospirasi bersama dan memiliki visi-misi yang sama. Tapi pada kenyataanya ada juga lho pertemanan yang dijalani itu berdasarkan kecocokan belaka. Tapi bis juga mungkin kesamaan nasib itulah yang bisa membuat dekat. Pertemanan yang akrab bisa membincangkan satu topik serius dengan seribu satu sudut pandang penuh lelucon dan ejekan, jalinan komunikasi tuh seperti sudah kayak gaya sepak bola TIMNAS. Tiki-taka, tanpa dominasi semua bebas lepas landas bicara. Nah, tulisan hni sekadar intermezzo, soal seluk beluk dunia picis pertemanan dan persahabatan. Lalu bagaimanakah pertemanan yang tanpa aksi heroik ini bisa terjalin dengan hangat. Berikut ada cerita.
Dari salah satu film kartun kesukaan saya yang berjudul Spongebob Squarepants, saya pernah mendengar ejekan Squidward untuk menggambarkan persahabatan yang dijalani oleh Spongebob dan Patrick, Squidward menyebut Patrick dan Spongebob hanya dua orang yang selalu bahagia dalam kebodohan. Nah, hal-hal bodoh dan konyol beginilah yang kadang bisa membangun sebuah pertemanan. Selain karena menyukai topik dan kegiatan yang sama, kebiasaan yang unik juga bisa melekatkan sebuah pertemanan. Seperti yang di contohkan oleh Owen Wilson dan Vince Vaughn dalam filmnya yang berjudul Wedding Crashers.
Walau pun pertemanan ada sisi kelemahan tapi lebih banyak kelebihanya. Salah satu kelebihan kelompok pertemanan adalah adanya unsur persahabat yang membuat nyaman. Jadi kalau cerita apa pun tak akan ada saling hakim-menghakimi, karena emang bukan pak/ibu hakim kalee...yee.... (~_~) Paling mentok-mentok diketawain. Kedekatan itu kadang menghapus rasa sungkan dan malu pada tiap orang.
Ini hanya sebagian kecil dari gambaran nyata pertemanan, masih ada banyak lagi tentunya berdasar pengalaman masing-masing individu. Dan bahwa bukan soal jasa yang membuat bersahabat. Kalau sudah berpisah, kenangan akan kebersamaan itulah yang tetap membuat kita tetap layak disebut bersahabat. Walau mungkin jarak tempat menghambat untuk dapat bertemu, bersulang rindu. Bisa ketmu, bisa curhat dan bisa meluapkan unek-unek untuk kemudian ditertawakan.
Bukan hanya sifat heroik semata, kadang hal itu hanya berdasarkan kecocokan, atau malah senasib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar