Menikmati hijaunya dedaunan dan padi di sawah, tanaman palawija - sayuran yang berjajar rapi menghijau itu sesuatu. Bikin mata seger, sesegar saat liat espegeh #eh...ngak ding #
Begitulah yang kadang saya lakukan keluar ke pinggiran perkotaan dengan suasana pedesaan hamparan persawahan dan bebukitan nampak menghijau dikala musim hujan karena tumbuhan, pepohonan tersiram air hujan. Sembari refresing. Refresing itu menyegarkan, menyejukkan, mempersejuk, memperbarui.
Jadi refresing itu tak harus ke tempat-tempat wisata yang mewah, ke luar negeri bukan!. Tapi yang dekat sekaligus sederhana pun bisa ada dan banyak. Justru malah tidak membuang-buang waktu, uang dan tenaga #haiyah..menghibur diri nie yee# #.
Saya teringat dengan kata-kata begini "Bahagia itu sederhana" dan kata-kata itupun acapkali saya baca distatus-status teman di media sosil. Namun benak saya pun juga bertanya "Sesederhana apakah bahagia itu? Apakah sesederhana asik-asik bermain gadget dan berenjoy-enjoy ria di media sosial tanpa mengindahkan lingkungan sekitarnya. Oh...tentunya tidak begitu, bukan!
Wah...banyak hal yang berkelebat di dalam benak saya saat hamparan padi menghijau dan padi yang menguning saat kami lewati. Mengutip Pantone Color Institute, sebuah lembaga konsultan desain khusus warna yang bermaskas di USA (Amerika Serikat) bahwa warna hijau itu mewakili semakin tingginya kesadaran orang/masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Warna hijau itu segar, penuh gairah dengan paduan bayang-bayang kuning, seperti pada hari-hari pertama musim semi, ketika dedaunan di alam mulai tumbuh, pulih diperbaharui.
Kembali ke kisah perjalanan di hamparan persawahan. Desir angin membuat dedaunan padi bergoyang. Tangkainya yang makin menunduk karena gabah-gabah yang banyak sudah mulai menguning. Hamparan luas di bawah kaki gunung tampak menguning ada pula yang masih hijau-remegak. Nampak dibarisan paling luar sana terdapat gelantungan plasik berwarna putih dan mengkilat yang tertambat dibentang tuas tali panjang. Sekali mengayun tuas tali seluruh benda-benda yang terikat bergoyang dan menimbulkan bunyi.
Tujuan petani mengikat plastik dan kaleng bekas itu adalah untuk mengusir burung yang hinggap di padi dan mematuk gabah. Teriakan petani biasanya terdengar lantang dan agak menggema. Kalau pun tak menggema hilang terbawa angin. Tentu saja burung-burung yang sedianya hendak mematuk gabah pun kaget dan lari mabur--terbang tungang langang.
Dibagian sebelah sana agak jauh dari tempat kami berdiri ditanggul nampak di atas padi-padi menguning tapi ada putih-putih dan ketika kami dekati merupakan jaring yang menutupi tanaman padi.
Tujuan petani memasang jaring tersebut tak lain untuk melindungi padi-padi dari serangan burung yang akan hinggap dan mematuk gabah-gabah yang mulai kuning menua. Padi sudah menguning siap dipanen para petani setempat. Di kaki pegunungan dengan hamparan persawahan, pemandangan yang menarik sekaligus cantik dan bisa dibilang jarang sayang melihat sawah dikaki perbukitan seperti ini. Umumnya hamparan tanaman padi dalam kedaan rata tak nampak bebukitan atau karena sayanya saja yang jarang menemui dan berada di tempat seperti ini.
Jalan-jalan kami lanjutkan dengan menaiki perbukitan nampak tanaman sayuran menghijau...buah-buahan mengelantung yang tak lain buah melon
Duduk sejenak. di tepian sungai
“Berbahagialah kamu jika pernah meniti langkah di antara tegalan sawah. Melangkah pelan dan berharap tak terpeleset, apalagi sampai terjerembab ke dalam lumpur. Kedua tanganmu bersentuhan langsung dengan daun dan tangkai padi. Merasakan bagaimana rasanya berdiri di tengah-tengah sawah. Melihat padi di sekeliling menguning, siap dipanen. Dan mendengar teriakan para petani disertai kepakan sayap burung-burung terbang berhamburan.”
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar