Jumat, 14 Oktober 2016

PRINSIP

"Kamu tak punya prinsip!" kata teman-teman di komunitasnya kepada Ida, hanya karena Ida selalu kritis memandang setiap persoalan yang didiskusikan di komunitasnya. 




Apa itu prinsip? :

Dalam KBBI, kata "prinsip" berarti asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya. Hal ini lantas berarti bahwa orang yang punya prinsip adalah orang yang berpikir dan berlaku berdasarkan kebenaran yang ia anut. 

Di dunia politik nyata terjadi seseorang mendukung tokoh publik tertentu, entah sebagai gubernur entah sebagai presiden, dst. Nah, sering terjadi seseorang yang mendukung sang tokoh melupakan prinsip kebenaran yang ia anut. Misalnya Alex merasa emosi dan tersinggung ketika rekannya Ida yang mengkritik tokoh publik panutannya. Apalagi Ida sebelumnya juga sejalan mendukung sang tokoh tersebut. Alex pun langsung mengatakan bahwa Ida tak punya prinsip. Belum tentu Ida tak punya prinsip. Bahkan sebetulnya si Alex lah yang tidak punya prinsip. Lho kok bisa? Pertanyaannya sangat sederhana: Adakah jaminan bahwa tokoh publik panutan Alex pasti benar dan bisa dijadaikan sebagai acuan kebenaran? 


.


Tentu saja tidak. Bahwa tindakan dan pemikirannya bisa dijadikan acuan.. mungkin saja. Tetapi sifatnya selalu temporal dan parsial. Sebab, terutama dalam kasus politik, besar kemungkinan bahwa sang idola tadi justru melakukan kesalahan. Jadi, kalau "prinsip" dihitung berdasarkan loyalitas pada tokoh panutan, maka Anda salah. Sebab prinsip akan terasa sempit maknanya bila hanya dikaitkan dengan loyalitas. Sebab loyalitas tak sepenuhnya berkaitan dengan kebenaran. Lain dengan prinsip yang bertautan langsung dengan kebenaran yang kita anut. Maka, karena berpegang pada prinsipnya, seseorang tak mudah ikut atau melawan arus. Ia hanya mengikuti kebenaran yang dianutnya, yakni suara hatinya, dan bukan pada loyalitas pada tokoh panutannya. Lagi, harus kita ingat bahwa orang yang berpegang pada prinsip tak lantas berarti tak loyal. Bisa jadi ia lebih loyal tetapi dengan caranya yang kritis; apalagi sikap kritisnya tadi justru demi memperbaiki sang tokoh panutan. Orang seperti inilah yang punya prinsip, karena ia loyal pada kebenaran yang dianutnya, dan bukan pada tokoh panutannya atau atasannya sekalipun. 

Sebab orang yang punya loyalitas belum tentu punya prinsip; tetapi sebaliknya, orang yang punya prinsip pasti memiliki loyalitas. 

Di dunia politik orang-orang yang punya prinsip-lah yang dibutuhkan., bukan penggagum buta yang kelak bisa menjadi penjilat. 

Maka, di dunia politik, janganlah sesekali menuduh orang lain sebagai orang yang tak punya prinsip hanya karena ia kritis. Terlepas dari itu setiap orang juga mempunyai prinsip-nya masimg-masimg, dan kita saling mengharagai.












(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar