Jumat, 27 Mei 2016

PAYUNG

Payung adalah suatu benda pegang yang digunakan untuk mencegah hujan mengguyur tubuh seseorang. Juga digunakan untuk menciptakan bayang-bayang dan mencegah terpaparnya orang oleh sinar matahari. Payung yang digunakan untuk menahan cahaya matahari disebut parasol.

Payung atau umbrella dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin "umbra", yang berarti bayang-bayang. Saat ditemukan pada 4 ribu tahun lalu, awalnya payung kuno didesain khusus hanya untuk melindungi sang pemakai dari terik panas matahari. Sampai akhirnya bangsa China berhasil membuat payung yang berfungsi juga sebagai pelindung terhadap hujan. Mereka berhasil memanfaatkan lilin danlak sebagai pelapis kertas agar payung itu antiair.

Pada abad ke-16, keberadaan payung menjadi populer terutama di negara-negara Eropa Utara yang memang kerap sekali turun hujan. Semula payung hanya dianggap sebagai aksesoris kaum wanita. Lalu seorang petualang dan penulis Persia, Jonas Hanway (1712 - 1786), dengan percaya diri sering membawa payung di depan publik, sehingga menggoda keberadaan payung untuk dipakai juga oleh pria. Begitu populernya payung sehingga para pria di Inggris menyebut payung itu sebagai "teman jalan".

Payung-payung generasi awal di Eropa dibuat dari kayu atau tulang ikan paus dan ditutup kain kanvas yang diberi minyak. Sebagai penarik diberi sentuhan seni dengan gambar warna-warni dan gagang yang melengkung terbuat dari kayu keras, macam kayu eboni, dan sebagainya. Sampai akhirnya pada tahun 1852, Samuel Fox menemukan rangka besi guna menyangga kain payung. Sejak saat itu selanjutnya teknik desain payung lebih terfokus pada cara bagaimana menemukan teknologi menutup atau melipat payung itu agar lebih praktis saat dibawa.






Payung: Benda kecil satu ini memang memiliki manfaat yang berkali-kali lipat daripada ukuran aslinya. Tak heran jika diam-diam payung juga digunakan sebagian orang untuk melukiskan sebuah filosofi yang mendalam. Kok bisa begitu ya? Yuk coba intip beberapa filosofi payung berikut ini:

1. Pelindung

Tentunya Anda sangat akrab dengan peribahasa ‘sedia payung sebelum hujan’, bukan? Apa makna yang tertangkap dari peribahasa yang satu ini? Keberadaan payung di sini ternyata diposisikan sebagai elemen ‘pelindung’, tepatnya pelindung yang harus disiapkan sebelum terjadinya hal-hal yang kurang menyenangkan.Filosofi payung pelindung ini mengajarkan pada Anda untuk selalu cermat dan bijak dalam memperhitungkan hal-hal terburuk yang kemungkinan terjadi dan solusi untuk mencegahnya.

2. Harga diri

Filosofi kedua yang terdapat dari keberadaan payung ini adalah menyangkut harga diri pemakainya. Lho kok bisa begitu ya? Ternyata filosofi ini muncul tak lepas dari sejarah keberadaan payung. Di zaman dahulu, hanya segelintir orang dan kaum tertentu saja yang mengenakan payung. Bahkan, dalam budaya Mesir kuno, semakinpanjang tangkai payung yang digunakan, semakin tinggi pula kedudukan orang dibawah payung tersebut. Hal ini berlaku pada raja-raja yang diagungkan.

3. Kebebasan dan keberanian

Mungkin Anda heran bagaimana mungkin sebuah payung justru memiliki filosofi kebebasan dan keberanian sementara payung tampak bertindak sebagai pelindung yang justru tampak mengekang? Ternyata filosofi ini muncul ketika penggunaan payung yang sebelumnya hanya melekat di kalangan para kaum wanita, mulai pertama kali berani dikenakan oleh seorang pria bernama Jonas Hanway, pendiri dari English Magdalen Hospital. Atas keberaniannya inilah, penggunaan payung mulai bebas dikenakan oleh para pria lain di Eropa sejak tahun 1970-an.

4. Kemajuan

Ya, jika sebelumnya benda ini hanya difungsikan sebagai pelindung dari panas matahari, keberadaan payung masa kini yang berfungsi untuk melindungi diri dari guyuran air hujan juga dapat menjadi sebuah titik kemajuan. Bahkan, di Eropa penggunaan payung sendiri telah menjadi lebih luas, yakni digunakan sebagai pelengkap gaya berbusana para pria dan wanita serta menjadi aksesoris menarik yang menghias pada meja-meja acara pesta, lho.

Nah, ternyata banyak hal yang bisa kita petik dari keberadaan payung dan filosofinya bukan? Dari keberadaan benda kecil ini ternyata kita mampu belajar banyak hal yang sebelumnya mungkin tak pernah terlintas.










(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar