Rabu, 04 Mei 2016

MERENUNG

Kebenaran; Orang yang memiliki kebenaran
tidak perlu bicara dengan suara kuat.
Orang yang bicara kuat belum tentu memiliki kebenaran.
Kenapa orang harus bicara dengan kuat dan kencang?
Tarik urat gebrak meja dan memaksakan keinginan dan pendapat?
Karena argumen atau pendapatnya tidak kuat.
Tidak kuat karena tidak memiliki kekuatan kebenaran.
Utamakanlah kebenaran bukan kencangnya suara,
hebatnya agumen atau bagusnya teori dan indahnya orasi.

Bila ada kebenaran, bukan pembenaran diri,
suara lembut pun sudah kuat bagai halilintar.
Tidak usah beragumen pun sudah benar dan menang.
Merenung sekali lebih berharga dari berbicara 100 kali.
Banyak berbicara tidak membuat kita bijak,
kadang malah membuat kita semakin dangkal dan lupa diri.
Kadang malah menyakiti orang,
merusak masalah dan ujung ujungnya
hanya membuktikan kebodohan diri sendiri.
Merenung membuat kita melihat kebenaran, memahami hidup.
Merenung membuat kita mengenali diri sendiri.
Merenung membuat kita bijak.








Merenung Bukan Melamun:

Merenung: Kemampuan untuk dengan jujur dan dengan tenang merenungkan hidup kita sendiri adalah salah satu alat yang paling berguna untuk mengembangkan kepribadian. Perenungan atau refleksi berarti menghidupkan kebenaran tentang sesuatu yang sungguh terjadi. Merenung nyaris mirip dengan meditasi dalam hal bahwa anda membiarkan kebenaran saat ini muncul ke permukaan tanpa bias atau tujuan-tujuan pribadi .

Merenung memungkinkan untuk melihat kontribusi diri sendiri terhadap suatu masalah , melihat yang dapat di perbuat untuk mengatasinya, dan melihat titik-titik gelap dalam pemikiran. Merenung membantu menghilangkan kecenderungan apapun yang mungkin ada untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kdi buat senidiri , meminta maaf, dan menghilangkan kebiasaan buruk.
Manfaat Merenung.

Pertama; kita akan mengungkap banyak sekali hakikat. Hakikat ini bisa berupa hal yang baru, yang belum pernah dibahas oleh siapapun. Banyak sekali pemikiran besar yang muncul hanya karena sebuah merenungkan. Juga kata-kata bertenaga yang dikeluarkan oleh orang besar, saya yakin kata-kata itu muncul dari sebuah perenungan yang panjang. Sebagian besar tulisan saya juga hanya didasari oleh perenungan.
Kedua; akan membebaskan pikiran dari kesedihan, kekalutan, dan kecemasan. Sebuah perenungan adalah upaya pemaksaan untuk menghayati permasalahan yang ada. Dengan itu, kita mencari penyebab, solusi dan sudut pandang yang lain. Kita tidak mungkin memikirkan dua hal pada satu waktu. Pemikiran atau penghayatan kita terhadap sebuah permasalahan, mau tak mau akan menggeser kesedihan, kekalutan dan kecemasan yang ada.

Ketiga; akan membebaskan seseorang dari kejelekan dan mengisinya dengan kebaikan-sebagaimana yang tercantum di awal-. Dengan merenung, kita akan memaknai hukum sebab akibat, bahwa keburukan akan berakibat keburukan dan kebaikan akan berakibat kebaikan. Dan semuanya berasal dari jiwa. Jiwa yang penuh kebaikan, tercermin dari perbuatan dan perkataannya. Sedang jiwa yang penuh dengan keburukan, akan tampak pada wajah dan tingkah lakunya. Sebuah perenungan, adalah upaya untuk membuat jiwa kita menjadi lebih baik.

Keempat; dengan merenung, kita akan menemukan kekayaan jiwa. Sebuah perenungan yang dalam, akan melahirkan sebuah kesadaran tentang hidup. Yaitu hakikat sebuah perjalanan yang sedang kita lakukan. Sebuah perjalanan yang seharusnya tidak diisi dengan sesuatu yang tercela dan tidak bermanfaat. Dengan itu, kita akan mengetahui tidak ada manfaatnya iri kepada orang lain yang dalam hal duniawi diatas kita. Kita akan mengetahui bahwa diri kita begitu kaya. Betapa banyak kenikmatan yang diberikan kepada kita.

Kelima; dengan merenung, kita akan menemukan hiburan. Jiwa manusia, secara tabiat membutuhkan hiburan. Tujuan berhibur adalah menemukan kegembiraan, dan salah satu sarananya adalah dengan perenungan. Betapa banyak manusia yang didera kesulitan dan musibah yang masih mampu tersenyum. Menurut saya, ini dikarenakan mereka masih memiliki sebuah harapan. Darimana mereka menemukan bahwa masih ada harapan? Salah satunya adalah dari perenungan.




Untuk menyertakan perenungan kedalam kehidupan bisnis, yang butuhkan hanyalah kehendak untuk mengerjakannya.Maka harus mempunyai kemauan yang tulus untuk bersikap jujur kepada diri sendiri dan kemampuan untuk mematikan “ kebisingan “ yang ada dalam diri selama beberapa menit setiap hari. Begitu mulai duduk dengan tenang, akan mendapati naiknya wawasan ke permukaan pikiran anda . perhatikan tiap wawasan itu , dan simpan dalam ingatan. Segera setelah itu akan menuju ke titik-titik pengamatan yang lebih tinggi dan petualangan-petualangan baru.

Saya sendiri suka merenung. Oleh sebab itu ada puisi yang saya tulis dari merenung. meski saya tak mahir membikin puisi;

MERENUNG DIRI
Tentang segala yang telah terjadi
janganlah kau anggap saling menyakiti
anggaplah pelajaran diri
dan jadikan acuan untuk memperbaiki diri
karena takkan selamanya kita begini
masih ada esok hari
yang selalu menanti untuk kita jalani
apakah akan kita jalani tanpa ada yang berarti
itu tergantung dari niat hati

Tangisan berawal dari sebuah harapan
Kenangan berawal dari sabuah ingatan
jika hati telah tersakiti...
takkan mungkin kembali mengagumi
takkan sama sewaktu pertamakali
keindahan dari setangkai bunga mewangi
kini jambangan tak lagi di jemari
dengan seiring musim berganti
seakan berguguran tanpa sisa lagi
seolah ingin melepaskan diri...

Malam...hanyalah menyisakan kesunyian
yang selalu setia temani kesepian
Tersenyum diriku bukan hanya kepuraan
ingin semua aku ungkapkan
tentang segala yang tak pernah aku katakan
kenal denganmu sungguh tak kusesalkan
sampai tiba di ujung penantian...
jikalau dirimu sangat aku rindukan

Aku hanya bisa merenungkan
dalam suasana keketenagan
disaat aku temukan sandaran
dikala aku dapatkan kebahagiaan

hanya itu yang bisa aku utarakan
emosi tak bisa dikendalikan
disaat air mata bercucuran
walau tiada yang mengiurkan
Yakini;
saat kau sendiri dalam lamunan sepi
sama merasakan betapa salinglah berarti
yang terjadi selama ini hanyalah sebuah emosi
keegoan diri semakin menjadi
tanpa adanya saling mengerti
selalu ingin menjauh pergi
sementara hati masih tidak merelai
walau tanpa sembunyi
perasaan hati takkan bisa di pungkiri...








(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar