Rabu, 11 November 2015

KETIKA JATUH CINTA

Ketika cinta merasuki jiwa
Semua benda seakan menjadi bunga 
Yang indah berwarna warni 
Harum seberbak mewangi

Ketika cinta hadirkan rasa 
Semua suara seakan menjadi nada 
Terdengar lembut mengalun berseri 
Terbangkan kesadaran membumbung tinggi

Cinta adalah anugerah Sang pencipta 
Kapada dua insan, yang berbeda 
Tidak terkira kapan datangnya 
Oh...indahnya hingga tak kuasa diri menolaknya

Bila cinta mulai bertahta 
Semua kata penuh makna 
Mengalir bagai puisi 
Ungkapkan perasaan isi hati

Tapi demikian kira-kira rasa ketika kita jatuh cinta bila dituliskan sebagai ungkapan. Meskipun cinta selaksa berjuta makna dan terbagi tiga bagian :
1. Cinta asmara
2. Cinta pada sesama manusia
3. Cinta kepada TUHAN Sang Pencipta

       Ketika jatuh cinta, saat pertemuan menjadi saat yang dinantikan. Tiada rasa takut, tiada rasa cemas dan khawatir. Hati ini rasanya berdebar bahagia dan merasakan waktu seakan berjalan demikian lamban atau malah cepat. Kalaupun hadir rasa takut, adalah takut jika sampai berhalangan sehingga pertemuan itu tidak terjadi. Kalaupun ada rasa cemas adalah jika tidak berhasil bertemu dengan orang yang di cintai. Kalaupun ada rasa khawatir, maka kekhawatiran yang timbul adalah jika sampai membuatnya marah karena menunggu lama.

Untuk meyakinkan orang lain akan apa yang sudah terjadi bisanya kita menggunakan bukti. Sebanyak mungkin bukti di paparkan untuk meyakinkan bahwa kita paham dengan alur yang membuat semua itu bisa terjadi. Bukti-bukti itu juga bisa digunakan untuk menunjuk hidung siapa yang salah dan siapa yang tidak salah dalam peristiwa yang terjadi. Tuhan tidak mengajukan bukti tetapi mengajukan tanda, karena apa yang diucapkan dalam perumpamaan adalah peristiwa yang terjadi. Tanda berupa pohon ara atau pohon apapun yang mulai bertunas, menastikan bahwa akan terjadi musim panas. Jadi tanda itu untuk memastikan bahwa sesuatu akan terjadi.  (Mrk 13:24-32)

Jika rasa cinta itu bisa aku gunakan sebagai pananda, maka aku pun harus memeriksa kembali adakah aku benar-benar mencintai-Nya? Jika sungguh-sungguh aku mencintai-Nya maka kehadiran-Nya merupakan saat yang aku rindukan. Jika aku benar-benar mencintai-Nyam maka aku akan khwatir jika,aku berbuat atau melakukan kesalahan yang tidak berkenan kepada-Nya. Maka sekali lagi aku harus bertanya kepada diriku sendiri; adakah aku benar-benar mencintai Tuhan?

Perkataan-Nya tidak akan berlalu, sabda-Nya abadi, kekal selamanya. Aku meyakini hal itu. Namun aku mulai belajar untuk memahami bahwa sabda-Nya bukan hanya kekal dan terus bartahan melainkan juga hidup. Dan sabda-Nya yang hidup itu menjadi acuan hidupku. Aku belajar untuk hidup dari sabda-Nya dan menghidupi sabda-Nya. Bukan dengan perbuatan-perbuatanyang besar dan membuat orang lain bedecak kagum, tetapi melalui perbuatan sederhana, melalui sikap-sikap yang muncul di keseharianku.

Hidup yang dihidupi dan hidup yang menghidupi sabda Tuhan, itulah yang membuat aku bertahan. Sabda-Nya menjadi langit yang terus menaungi kehidupanku, dan menjadi bumi di mana aku menginjakkan dan mendasarkan kehidupanku. Jika sabda-Nya tidak akan berlalu, maka langit dan bumiku pun tidak akan berlalu. Tumbuh tunas dalam diriku, tunas iman, tunas harapan, dan tunas kasih yang terus membesar dan membuat hidupku semakin berarti. Dalam iman, harapan dan kasih itulah aku bisa tersenyum menatap datangnya musim panas dimana bunga-bunga kasih bermekaran dalam hidupku.
Terima kasih Tuhan, Engkau andalan hidupku.















(: Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar