Selasa, 31 Maret 2015

TIKAR

    Selama beberapa malam di masa prapaskah ku meminjam tikar dari Pak Parman untuk duduk menyendiri di kaki tangga Peziarahan Rohani Gunung Sempu. Duduk di atas tikar itu terasa nyaman sehingga aku betah merenungkan seluruh rangkaian peristiwa Paskah. Sungguh tak mungkin diriku mengucapkan terima kasih kepada tikar yang hanya benda mati. Saya bisa mengucapkan terima kasihku kepada Pak Parman yang memiliki tikar tersebut.

    Waktu dan ruang di mana ku hidup, telah mengantarku dalam perjalanan yang aku jalani selama ini. Sungguh saya bisa berterima kasih kepada-Nya yang memiliki ruang dan waktu tersebut. Terima kasih TUHAN, atas kehidupan yang kujalani selama ini.





(Yustinus Setyanta)

::. SURUTKAN BEBAN .::

Jerit ratapan terdengar disana
jauh tersimpan derita menyapa
panggil keinginan mencari dimana
Pedulikan kasih mengenal sesama


Ingin cari halaman mereka
tempat kotor damaikan jiwa
sabda janji Sang Maha Kuasa
Pastikan mereka harus disapa

Niat terlahir seiring doa
puncak indah kian terpana
ajak gurau lepaskan dukalara
Surutkan beban diantara derita


(Yustinus Setyanta)

SUARA BELALANG

Menikmati Suasana tengah malam di puncak bukit Sempu. Hening dan hanya terdengar suara angin serta serangga malam. Yang menarik dari semua itu adalah suara belalang yang tidak pernah berhenti. Ia terus menerus bersuara, entah untuk menarik lawan jenisnya atau untuk mengusir hawa dingin, tetapi ia terus saja bersuara. Suara belalang itu demikian setia menemaiku yang terus mendaraskan doa. Sepintas memang suara itu tidak berarti, namun kesetiannya dalam menemaniku berdoa sungguh sangat berarti.


Salib Besar yang terbuat dari kayu jati utuh
di Tempat Peziarahan Salib Suci
Gunug Sempu Yogyakarta.









(Yustinus Setyanta)

Senin, 30 Maret 2015

ANGIN MALAM

Tatkala di Taman Getsemani, Gusti Yesus menyendiri dan berdoa. Tidak jauh dari-Nya, ketiga murid yang dipesan untuk menemaniNya berdoa ternyata tertidur pulas. Dua kali Dia terpaksa membangunkan mereka, namun mereka senantiasa kembali tertidur. Akhirnya hanya angin malam yang menemani Dia dalam doa.

Entah berapa kali Dia membangunkan aku untuk juga terjaga dalam doa. Namun selalu saja aku kembali dan kembali tertidur lalapditengah kilauan gemerlapnya dunia. Bukan hanya ragaku yang tertidur tetapi jiwaku ikut tertidur. Jika angin malam menjadi teman bagi Dia dalam doa, maka angin malam menjadi 'nina bobo' yang terus membuatku terlena dalam tidur.






















(Yustinus Setyanta)

Minggu, 29 Maret 2015

::. KIDUNG JAGAD RAYA .::

Misteri cinta tenggelam di lubuk bumi dan cakrawala
menguras mata air dengan paruh burung di sangkarnya
Hujan turun, sungai mengalir deras, lalu muara
menampung rahasia kidung jagad raya

Kemudian benih cinta tumbuh di dasar kolam
yang dicipta di tepi danau tanpa bunga setaman
Siapa terapung di atas daun talas yang licin?
matanya merekah, bersenggama dengan matahari

Wahai pemilik segala rahasia langit dan bumi
tempat rahasia tercipta
dan misterinya cinta
Tiupkanlah wewagian di dada insani

Tetes hujan bersenandung diatas payung
menyayikan lagu-lagu semesta
Yang tak tertulis di kitab-kitab para nabi


(Yustinus Setyanta)



Sabtu, 28 Maret 2015

::. RELIEF PERJALANAN .::

Berapa lagikah harus kukatakan padamu
jika yang menggerakkan matahari di mataku:
Rekah bibirmu. Sudah sekian rupa cipta kataku
demi menyatakan kebenaran niat kepadamu

Betapa dekatnya jurang curam yang menunggu
untuk menelanku jika sekedip saja langkahku
Dan kalah pada prasangka kotor di lingkupmu
yang seolah mencemarimu sekian waktu

Sekali ini, dengarkan aku: ingat-ingatlah
Rekah bibirmu yang memahat kelopakku
Menjadi relief-relief perjalanan

Penuh syukur aku
           berdiri di muka kehidupan
Memandangmu serta sekalian
           dengan getar jiwa yang penuh
Sambil kidungkan doa
           demi daya hidup


                       (Yustinus Setyanta)

::. GENERASIKU .::

Tertiup lirih seruling, terhenti badai melanda
saksikan mendung selimuti cakrawala
Budaya menangis rampas cerita yang dipuja
mengingat kisah generasi semakin menggila


Kau anak bangsa pelantun kidung ceria
kau terlahir sempurna dimasa yang berjaya
kau panggilan negeri teriakkan lantang jiwa
kau harapan beliau yang telah wujudkan merdeka!

Bangunlah tegarkan asa busungkan dada
raih secerca kedamaian, tanggalkan angkara
Mengertilah hanya kau yang mampu menjaga
bersama impian mari teguhkan bakti tuk negara


(Yustinus Setyanta)