Senin, 06 April 2015

::. GERHANA BULAN .::

Rembulan bisu mengambang di balik tirai samar
Perlahan lenyap ditelan gelap ruang kamar
Dalam pagut panjang bibir yang bergetar
Seberkas sinar memancar pun memudar
Dibuai waktu sawah, ladang pun menjadi liar membelukar

Di ufuk langit bulan lenyap dibekap gelap gerhana malam
Rindu demi rindu bercengkrama bebas di atas tilam
Sepasang kekasih saling berpelukan erat di balik pohon palm
Saling menggenggam erat bara api dahaga hingga padam
Padam oleh tikam maut belati malam yang menghujam

Merpati putih yang terbang jauh kembali pulang
Membawa bangkai sampan yang karam ditangan petualang
Angin barat menghembus nilai-nilai timur bagai layang-layang
Mematahkan jemari lentik melati suci yang tumbuh menjulang
Perahu sampan menggiring hati hingga ke puncak gelombang

Gerhana malam membuat rembulan terkulai pucat pasi
Bagaikan serigala liar, tangan-tangan birahi segera terjulur menjuntai
Menanggalkan lembaran pakian tidur helai demi helai
Dikegelapan simfoni malam pun mengalun, bergema hingga ke bukit dan ngarai




(Yustinus Setyanta)

Jumat, 03 April 2015

::. BENANG-BENANG JINGGA .::

Ke mana kau melangkah pergi,
Lembah demi lembah kau susuri
Laut demi laut galau kau selami
Malam demi malam kau isi mimpi

Ke mana kau melangkah berjalan
Angin demi angin kau hembuskan
Kabut demi kabut kau sibakkan
Senja pancarkan jingga kehagatan

     Bersamamu kuukir sebuah nama
     berselimut benang-benang jingga
     yang akrab terasa
     kini dan seterusnya
     membuatku terlena
     oleh hangatnya cinta
     seorang dara cina

(Yustinus Setyanta)

::. HAKIKAT KATA .::

Apa kata!!
tentang "kata"?
Paradigma saja
tak tertata

Apa katanya!!
tentang "kata"?
dengan mata
pun tak terbuka,

      Apa apa kita berkata,
      "tak apa apa katakan 'kata'
      Masihkah menahan kata!
      untuk satu dalam barisan,

Pasukan berani mati untuk para jelatah
kita ini hidup dalam tata jelata
Masyarakat penuh airmata.
masihkah kita menahan kata!

      anak-anak, ibu, ayah, saudara!
      sekarang angkatan manusia berkata,
      bukan lagi perang bersenjata,
      bukan pula gejolak cinta.

      Pikiran, kata, dan bantahan
      "kami anak-anak pembawa realita tentang kata,
      Demi bangsa,
      demi peradaban nyata"


(Yustinus Setyanta)

Kamis, 02 April 2015

::. GENERASI - 2 .::

Mereka lahir dijaman modern
masa kecil dinyanyikan lagu cinta
tontonannya realita kehidupan
ia merasa dewasa sebelum waktunya

Ia bimbang para tetua bilang
anak sekarang cepat matang
menggunakan kemajuan zaman
tapi ia bilang masa kecilku tak membahagiakan

Ada benarnya ucap mereka
otak s'lalu berfikir instan
tak mampu menciptakan alat main
dengan kedua tangannya

Kreatifitas tersumbat
terikat zaman, terjerat dunia barat
untuk apa segalanya punya
bila hanya memakai yang aku bisa
ia ingin berada di masa kecil mereka


(Yustinus Setyanta)

Rabu, 01 April 2015

4 baris

Secangkir kopi awali pagi...
Hidupkan semangat menyambut hari...
Nyalakan rokok sesudah makan roti...
Picu kembali daya kreasi..



::. YANG TAK SEMPURNA .::

Saat senja datang mengusir siang
Mereka bilang kau malam tanpa bintang
Kita beda, tak sama, apalagi sempurna
Tapi masih bisa bermakna

Semerbak bunga tanpa mahkota
Seperti kereta tanpa roda
Ku coba gali lagi susunan bumi
Mencari arti fakta lebih terperinci

      Mereka memberi seribu alasan
                          kalau kamu buruk
      Tapi aku cinta semua walau kau tak berbentuk
                         akui kalau tak sempurna
                         dan yakini masih bisa bahagia

      Maski lemah
            masih bisa menjadi kukuh
      Meski rapuh
            tetap hal yang terindah

Kita
     yang tak sempurna
Oleh....
     "Karena itu haruslah kamu sempurna,
      sama seperti Bapamu yang di sorga
      adalah sempurna."
     (Matius 5:48)

(Yustinus Setyanta)




RENUNGANKU "YANG TAK SEMPURNA"

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48)

     Membaca ayat diatas, kita mengetahui bahwa adalah kehendak Tuhan supaya setiap aku menjadi sempurna. Bukan hanya sempurna menurut pandangan kita manusia, namun sempurna sama seperti bapa Bapa. "Hah?? Mana mungkin kita bisa jadi manusia yang sempurna sama seperti Bapa?" Bisa jadi itu yang di pikirkan ketika pertama kali membaca ayat ini. Namun, faktanya, jika Yesus mengatakan demikian, maka "menjadi sempurna seperti Bapa" bukanlah hal yang mustahil bagi kita. Jika kita mencoba untuk menjadi sempurna dengan kekuatan kita sendiri, kita tidak akan pernah mencapai kesempurnaan sesuai dengan standar yang Tuhan berikan dalam ayat diatas. Dan perlu diingat, untuk menjadi sempurna berbicara mengenai Tanggung jawab dan keputusan.

Jadi, kesempurnaan ini bukanlah sesuatu yang bisa kita terima begitu saja tanpa melakukan apapun. Mari kita pahami lebih dalam ayat diatas. Ada dua hal yang bisa kita temukan dari ayat tersebut.
1. IDENTITAS
    "seperti Bapa yang di sorga adalah sempurna" bisa dipahami bahwa Bapa adalahsumbser (source) dari Kkesempurnaan itu sendiri. "Anak" memiliki artian "diambil dari Bapa". Maka dalam ayat tersebut, Yesus menunjuk kepada Tuhan Allah yang merupakan Bapa kita. Secara sederhana, jika "Bapa" memiliki artian "sumber" dan "Anak" memiliki artian "diambil dari sumber", maka seperti ungkapan, "like Father like Son" berlaku atas hidup kita. Karena "Bapa" kita adalah Pribadi yang sempurna, demikian pula kita, anak-anak-Nya sudah seharusnya sama seperti Bapa kita, yang sempurna adanya.
2. TELADAN
    Perkataan Yesus, "sama seperti Bapamu" memiliki arti yang sangat sederhana, dimana Bapa seharusnya menjadi teladan bagi setiap ku. Yesus pun meneladani apa yang Bapa lakukan. Kita bisa melihat di Yohanes 5 : 19, "......sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." Mungkinkah meneladani Bapa seperti Yesus telah meneladani Bapa? Kita tahu bahwa ketika Yesus hadir di dunia dan menanggalkan keilahian-Nya..Ia menjadi 100% manusia dan Ia dalam tubuh manusia-Nya menunjukkan kepada kita bahwa seperti halnya Dia bisa meneladani Bapa..demikian pula kita manusia bisa meneladani Bapa yang sempurna. Setiap kita yang sudah Ia tentukan untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Roma 8 : 29), bisa menjadi pribadi-pribadi yang sempurna seperti halnya Bapa dan Yesus yang sempurna karena identitas kita di dalam Kristus dan Ia sendiri telah menjadi teladan bagi setiap ku.











(Yustinus Setyanta)