Jumat, 08 April 2016

REFLEKSI DIRI - 1

Aku menyadari bahwa diriku bukanlah orang suci yang dikaruniai kuasa untuk melakukan hal-hal yang besar. Terkadang terpikir bahwa aku bukanlah sarana bagi-Nya untuk perbuatan-perbuatan mulia yang hendak Dia tunjukan bagi dunia. Aku hanyalah penonton dan pendengar yang berdiri di pinggiran lalu ikut terpana menyaksikan semua mukjizat dan keajaiban dari-Nya Dia berhasil menemukan kembali diriku. Aku adalah sosok yang dibuang oleh dunia, namun oleh karena kasih-Nya Dia memungutku dan menempatkan kembali diriku ditengah dunia. Maka tak ada alasan bagiku untuk menuntut agar aku menjadi sarana bagi kuasa-Nya.




Ketika muncul kesadaran akan Allah dalam diriku, hal itu bukanlah suatu kebetulan. Sejahat apapun, seburuk apapun, setiap orang tentu tentu pernah mengalami munculnya kesadaran tersebut. Kesadaran itu muncul karena Roh Kudus mengusik hatiku. Dengan setia Dia senantiasa mendorong, memicu munculnya kesadaran akan Allah. Kadang proses munculnya kesadaran itu melalui peristiwa menyedihkan, yang menyakitkan. Kadang pula melalui peristiwa yang mengembirakan dan membahagiakan. Namun bisa jadi muncul melalui lamunan, atau peristiwa kecil yang nampaknya tidak berarti. Begitulah Allah Bapa memanggilku, mengantar dan memberikan diriku kapada Kristus. Maka bukanlah kebetulan jika aku meng-imani Dia.

Namun, selama aku memandang segala sesuatu sebagai kebetulan, maka peristiwa lain pun akan menjadi kebetulan belaka. Hidupku bergerak dari kebetulan ke kebetulan yang lain, dan tidak merasakan bahwa ada peran Allah, ada kasih Allah dalam setiap peristiwa tersebut. Maka dengan menolak kebetulan aku bisa melihat dan merasakan kasih-Nya, dan hanya dengan merasakan kasih-Nya aku bisa bersyukur. Maka hidupku pun bukan lagi bergerak, bergulir dari satu kebetulan menuju ke kebetulan lain, melainkan mengalir dari satu rasa syukur menuju pada rasa syukur yang lain. Dengan demikian aku bisa menjadikan Dia sebagai andalan utama kehidupanku.



Yahhh........dengan kesadaran atau menyadari bahwa karena kasih-Nya aku dibimbing-Nya. Dituntun, dibimbing untuk dapat merasakan kasih demi kasih dalam setiap peristiwa yang terjadi pada diriku. Dibimbingnya aku untuk bisa bersyukur atas karunia demi karunia yang Dia berikan kapadaku. Dari hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari. 

Aku mencatat: Bahwa di dalam sebuah penderitaan ada kesempatan emas bagiku untuk mendengarkan sabda-Nya, merasakan kasih-Nya. Dalam sebuah kegembiraan ada kesempatan emas bagiku untuk berbicara dengan-Nya, untuk mengungkapkan rasa syukur kapada-Nya. Lambat laun rasa syukur itu menumpuk dan tak mampu lagi kutahan-tahan, tak mampu lagi kutampung. Tanpa kusadari rasa syukur itu meluap dan aku berani***** berani mengungkapkanya sebagai kesaksian. Kesaksian bahwa Dia telah mengubah hidupku, bahwa Dia adalah kasih yang terungkap dalam hidupku. Itulah mukjizat*** itulah keajaiban hidupku. Dia mengubah, Dia mengusikku melalui perkara kecil, Dia terus membimbing*** membimbing ke arah yang baik dan benar.

















{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar