Sabtu, 12 November 2016

SEMARAK SAJAK

.


















1. SAJAK.

Ialah sajak bukan kata bijak 
Yang bikin penyair tidur nyenyak 
Membawanya mimpi sambil mendekap bahasa 
Dengkur penyair menjadi magma aksara.

2. SAJAK BAHASA 

Bahasa ialah hidup 
Ia tak sanggup 
Kesepian 
atau sendirian

Bahasa diterbangkan diharap jadi hujan 
Semua tambah segar 
Anak-anak tak bertengkar 
Tak ada debat berantakan

Apakah bahasa mulai sirna? 
Kueja tanda-tanda






3. SAJAK LETIH.
(seniman idealis)
Lapar kita semata mengingatkan 
Bahwa masih panjang perjalanan 
Ribuan kelokan menghadang di didepan 
Bila terhenti, lalu mencari nasi,

Terpampang perjalanan makin tersendat 
Tak akan pernah sampai tujuan-bila lambat 
Ke tempat kita berteduh dari siraman air hujan 
Dari kejaran angin malam, angin siang, juga debu jalanan

Mengalirlah di kali warisan lelulur 
Yang selalu penuh makna.

4. SAJAK GESIT.
( Seniman proposal )
Altar itu tak'kan tertemukan 
Bila engan meliuk naik turun mengikuti jalan
Yang tergambar di atlas 
Apapun harus dikerahkan 
Siapapun mesti mengolah retakan aspal 
Bila ingin menghirup atmosfir berbeda 
Yang sedikit menyejukan, atau bakan 
Mengamankan perut dari rasa lapar 
Yang bisa mendera siapa saja

Deretan angka adalah harapan yang dipasangnya 
Terdoa menembus cakrawala 
Meski kadang menyeret tawa 
Mengundang berjuta cerca


.




5. SAJAK LAPAR. 
(seniman penyuka danais)

Inilah saat yang ditunggu 
Nafas huruf yang selalu tersengal akan terlonggarkan 
Tak ada lagi asma aksara yang menyandra

Mari menari 
Menikmati melodi terkomposisi aroma wangi 
Sulingan belasan imaji

Gerak ritmis bukan untuk diri sendiri 
Memuaskan ribuan kepala yang haus sunguhan lengendari 
Sudah saatnya mencicipi 
Kapan lagi kalau bukan saat ini

Mari berpesta penuh kemeriahan 
Memanjakan kesenian....
Kesenian tak cuma kesenagan 
Yang sekedar untuk memuaskan 
Dalam sekecap mata

6. SAJAK WACANA. 
(seniman omdo : omog doang)
Lepasnya bianglala di cakrawala selatan 
Momen harus diabadikan 
Tak terduga, karena mengandung muatan 
Yang tak tertemukan di khayangan

Apalagi laut yang terpagari bukit-bukit 
Jadikan dongeng bagi anak-cucu nan cicit 
Taruh di museum agar semua orang terkenang 
Terbayang-bayang selalu mengenang

Anak, cucu, cicit diberi kebanggan 
Secuil masa lalu 
Bahwa leluhurnya mampu bertindak 
Bergerak dan ngawu-awu 
Bikin terpesona nuansa dimana saja 
Dengan kata-kata menukik gesit-melejit 
Membelah apa saja Di beranda mayapada

- Sepasang tokek ngekek 
- Tergema kisah

7. SAJAK WASPADA 
(seniman perayu)

Untuk meruntuhkan nyali 
Kata selalu dikedepankan
 Mencuatkan kegamangan, 
Mengindari kewajaran.

Tak ada salahnya debu 
Yang melekat pada tubuh dijadikan azimat 
Penarik simpati agar mau peduli

Kapan lagi menikmati kalau bukan kali ini?
Alam akan memaklumi 
Mengerti lalu menepi begitu saja 
Manusia punya nafsu 
Yang kadang melebihi hewani

: ah, sama saja dengan yang lain!






8. SAJAK RAKYAT 
(seniman pro rakyat)
Bagaimanapun laparku lebih penting 
Dari lapar para tetangga 
Eksistensiku juga ingin sampai singgasana 
Tentu saja tetap ingat ribuan yang nestapa

9. MELEPAS SAJAK
Pergilah, 
Sampai di sini aku mengantarmu 
Temui sendiri olehmu 
Tuan pembaca nyinyir

Ia akan menatapmu 
Memandangmu 
Dengan gayanya sok itu 
Bernafsu melucuti segenap hurufmu

Sampai gigil terakhir 
Ia ingin mengunjungimu langsung 
Pada kesempatan pertama: 
Adakah kau sungguh liat 
Atau hanya geliat mayat kalimat? 
Ketahuilah Ia mencurigai sangat

Aku telah mencoba 
Menempamu semampu bisa 
Kurelakan rembulan menyembunyikanmu 
Sampai genap merihmu 
Telah kurobohkan pula 
Rapuh struktur kisahmu 
Duka cerita bumi 
Dan sangit aria langit 
Aku tak tahu tapi 
Adakah sekaliannya cukup?

Pergilah, sana 
Aku melepasmu di sini saja 
Temui sendiri olehmu 
Tuan pembaca nyinyir itu.






(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar